Home / Urban / Hasrat Sang Pewaris / Saat Dikunjungi Dosen Cantik

Share

Saat Dikunjungi Dosen Cantik

Author: Chana Lee
last update Last Updated: 2023-05-30 11:52:38

Mata Saka membulat sempurna.

Saka tak menyangka, jika dosennya ini masih mau menemuinya setelah penolakan dirinya terhadap ajakan tidur dari dosen cantiknya itu.

Tak hanya itu, bahkan sebelumnya pun, bu Laura telah membayarkan tunggakan uang kuliahnya, tanpa sepengetahuannya.

Seribu tanya bersarang di benak Saka.

Sementara, Laura langsung terbelalak saat melihat keadaan Saka yang babak belur dengan luka lebam di wajahnya.

"Siapa yang membuat kamu seperti ini, Saka!" teriak Laura sambil mendekati jeruji besi seraya menatap setiap lebam di wajah tampan Saka.

Terlihat wajah penuh khawatir di mata indah Laura yang bergetar dan berkaca-kaca di balik kacamata beningnya.

"Apa para polisi itu yang menghajarmu hingga kamu seperti ini?" terka Laura dengan suara serak dan bergetar penuh amarah.

"Tega sekali mereka, keterlaluan!" rutuk Laura sambil menatap keadaan Saka yang memprihatinkan.

Saka menunduk seakan menyembunyikan luka di wajahnya dari Laura -dosennya itu.

"Aku akan menghubungi pengacaraku untuk keadilan kasus ini," lanjut Laura dengan menggebu-gebu.

"Ta -tapi, Bu- "

"Kamu tenang aja," potong Laura dengan cepat,  "biaya pengacara, bahkan seluruh biaya untuk kasusmu ini aku yang tanggung," lanjutnya dengan menggebu-gebu.

Saka menghela napasnya sambil menatap wajah Laura yang terlihat begitu terlihat bersemangat dan tulus dalam upayanya ini.

Tapi, Saka tak ingin menyeret Laura dalam kasusnya yang sebenarnya bisa ia selesaikan sendiri.

Saat ini Saka hanya butuh ponsel untuk menghubungi keluarganya, atau mungkin orang kepercayaan di keluarganya.

Saat Saka bisa menghubungi keluarganya, maka semua urusan ini akan selesai dengan mudah.

"Tapi, Bu. Kasus ini berhubungan dengan Damian, ibu tahu sendiri kan jika orang tua Damian adalah pemilik saham terbesar kampus, karier ibu sebagai Dosen bisa terancam," jelas Damian sambil menatap wajah Laura yang ternyata jauh lebih cantik saat berada di luar kampus.

"Aku menjadi dosen bukan karena uang, tapi hanya untuk mengisi waktu senggangku saja, jadi aku gak peduli jika aku harus dipecat sekali pun, demi kamu!" timpal Laura dengan tegas.

Saka terhenyak, matanya menatap lekat wajah Laura.

"Demi aku?" tanya Saka dengan terkejut.

"Ma -maksudku, demi kebenaran," jawab Laura kikuk sambil menelan salivanya dan mengalihkan pandangannya ke dalam sel yang nampak pengap.

Saka menghela napasnya, ia melihat ada hal aneh pada diri Laura, dari mulai kejadian saat dirinya diajak tidur, hingga ucapannya saat ini, merupakan sebuah keanehan yang terasa ganjil untuk Saka, penuh misteri.

Akan tetapi, Saka merasaakn jika apa yang diucapkan oleh Laura merupakan sebuah kejujuran.

Kecemasan dan kekhawatiran yang terpancar dari mata Laura nampak bagai sebuah ketulusan.

Namun kendati demikian, Saka masih ragu jika itu adalah 'cinta'.

"Kenapa ibu mau repot-repot menolong pemerkosa sepertiku?" tanya Saka sambil menatap betis serta lutut Laura yang putih dan bersih bagai kapas.

"Karena aku tahu jika kamu bukan pelakunya," jawab Laura.

"Kenapa ibu bisa seyakin itu?" Saka sambil mengangkat wajahnya hingga tatapan mereka kini beradu.

"Kamu menolakku saat aku mengajakmu tidur, maka sangat tidak mungkin jika kamu melakukan hal tidak senonoh dan tak berperasaan seperti itu," jawab Laura dengan sorot mata yang penuh keyakinan.

Saka pun kembali terdiam, ia menghela napasnya.

Ia tak tahu, harus merasa bersalah atau menyesali atas penolakannya tempo hari itu. Tapi meski demikian ... kini ada sedikit rasa lega, karena ternyata masih ada orang yang percaya terhadapnya.

"Boleh aku pinjam ponselnya, Bu?" lanjut Saka memberanikan dirinya.

Laura pun menatap Saka dengan lekat, kemudian perlahan menggenggam tangan Saka yang tengah mengepal jeruji besi yang menjadi pembatas itu.

Saka sedikit terkejut, namun ia membiarkan saja tangan halus itu mengepal pada tangannya.

Ada rasa aneh yang ia rasakan, seperti sebuah rasa nyaman yang sulit untuk dimengerti.

"Bukannya aku gak mau ngasih pinjam ponselku, Saka. Tapi saat ini kamu jangan dulu banyak pikiran, jangan dulu berhubungan dengan siapa pun, biar aku yang selesaikan urusanmu ini. Kamu tenanglah! kamu akan segera keluar dari sini," jawab Laura dengan yakin.

Laura tak memberikan ponselnya, ia berharap Saka menenangkan dirinya tanpa berhubungan dulu dengan siapa pun yang mungkin akan membuat pikirannya semakin kacau.

Laura tentu tidak tahu jika Saka ingin menghubungi keluarga Sadewa yang merupakan orang paling berpengaruh di negeri ini.

Karena yang ia tahu, Saka hanyalah pria miskin yang banting tulang hingga menjadi driver ojek online untuk bisa memenuhi kebutuhannya.

Tapi di saat bersamaan dan tanpa mereka sadari, telah datang tiga mobil super mewah, di parkiran kantor polisi itu.

Dari mobil yang paling mewah dan yang mengkilat turun seorang pria paruh baya dengan jas hitam elegan.

Aura lelaki itu terlihat begitu sangat kuat dan tajam, ia berjalan memasuki kantor polisi dan dikawal oleh lima orang bodyguard yang berbadan tinggi besar mengenakan jas, dasi, serta kacamata serba hitam.

Keadaan di kantor polisi ini pun seketika menjadi penuh dengan kepanikan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Sang Pewaris   HASRAT YANG TERPENUHI

    Malam itu, langit menggantung dalam gelap yang nyaris sempurna. Tapi di antara keheningan, sebuah rumah kecil di pinggiran kota menyala hangat. Lampu-lampu temaram menyinari dinding bata, dan angin malam menerpa tirai tipis dari jendela yang terbuka setengah.Saka duduk di tepi ranjang kayu yang sederhana namun rapi. Kemeja putihnya tergantung di sandaran kursi. Tubuhnya hanya terbalut celana panjang kain, sementara rambutnya masih sedikit basah setelah mandi. Ia memandang ke arah luar jendela, ke langit malam yang kini tidak lagi menakutkan seperti dulu.Dulu, malam seperti ini identik dengan rasa sepi. Rasa kalah. Rasa kecil. Tapi malam ini… berbeda.Pintu kamar terbuka pelan. Anggia melangkah masuk, mengenakan gaun tidur tipis berwarna lembut. Wajahnya polos, tanpa riasan. Rambutnya digerai begitu saja, seperti tak ada yang perlu disembunyikan lagi.Saka menoleh perlahan. Matanya menatap Anggia bukan dengan nafsu semata, tapi dengan rasa—yang telah matang oleh waktu, luka, dan peng

  • Hasrat Sang Pewaris   nyala yang SESUNGGUHNYA

    Malam terus merambat. Lampu-lampu kota Jakarta menyala seperti gugusan bintang yang tersesat di bumi. Anggia masih berdiri di pinggir jalan kampus, tubuhnya kaku, bibirnya kelu. Saka telah pergi, membawa serta bayangan masa lalu dan kebenaran yang selama ini tersembunyi.Tapi yang tertinggal bukan cuma kejutan. Ada luka yang menyesak di dada Anggia—luka karena rasa bersalah. Rasa menyesal. Dan rasa… yang tak sempat diucapkan.Beberapa jam berlalu. Dunia kampus mulai sepi. Anggia melangkah sendirian, melewati lorong-lorong yang biasa ia lewati bersama Saka dulu. Sudut tangga belakang gedung A, bangku taman kecil dekat kantin—semua terasa asing dan menyesakkan, padahal dulu tempat mereka tertawa.Langkahnya berhenti di depan gerbang utama.Lalu tiba-tiba...“Masih suka duduk di bangku ketiga dari kanan?” suara itu muncul di belakangnya.Anggia menoleh cepat.Saka berdiri di sana. Tanpa jas, hanya mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Sederhana. Seperti Saka yang dulu.Anggia menatap

  • Hasrat Sang Pewaris   API YANG TERPENDAM

    Saka menarik napas panjang. Sorot matanya berubah—tidak lagi sekadar tajam seperti biasanya. Kini ada sesuatu yang berbeda di sana: kemarahan yang tertahan, keyakinan yang tak tergoyahkan, dan wibawa seorang pria yang tak lagi takut pada siapa pun. Wibawa yang membuat dua pria berbadan besar di depannya mendadak diam, dan Anggia… membeku.“Justru karena mereka anak buah Damian, aku akan bayar utangmu sekarang juga,” ucap Saka pelan, tapi tegas. Jemarinya bergerak cepat, membuka aplikasi m-banking di ponselnya tanpa sedikit pun ragu.Anggia mendesis pelan, tak percaya. “Berhenti pura-pura jadi pahlawan, Saka. Kamu itu… kamu itu cuma mahasiswa miskin yang—”Saka menyela dengan tenang, “Lihat ini.”Ia mengangkat layar ponselnya. Anggia dan kedua penagih utang mendekat dengan rasa penasaran yang bercampur bingung. Angka di layar menyala jelas:Saldo: Rp 12.458.000.000Anggia membelalak. Bibirnya gemetar. “A—apa ini?” gumamnya nyaris tak terdengar.Penagih utang yang bertubuh tambun menole

  • Hasrat Sang Pewaris   Membayar Utang Anggia

    "Kamu sahabatku, masalahmu jadi masalahku juga," ucap Saka sambil menoleh kepada Anggia yang terlihat berderai air mata.Wajah cantik Anggia kini nampam begitu rapuh paska kabar pemerkosaannya beberapa waktu yang lalu."Kita hanya kenal di kampus saja, selebihnya kita bukan apa-apa," timpal Anggia sambil mengusap air matanya dan balas menatap Saka.Selain kesedihan yang dalam, Saka juga melihat ada rasa takut yang kini dirasakan oleh Anggia.Anggia seperti takut untuk dekat atau pun berhubungan dengan Saka.Saka menilai bahwa hal itu ada kaitannya dengan Damian. Mungkinkan Anggia telah diancam oleh Damian?"Lebih baik kamu pergi, dekat denganmu hanya akan memperburuk keadaanku saja," lanjut Anggia dengan suara bergetar.Saka menarik napasnya dalam-dalam sambil menatap Anggia dengan lekat.Wanita di hadapannya adalah wanita lugu dan baik, kehidupannya kini berubah total dan menjadi berantakan karena ulah Damian."Dengar Anggia! Kehadiranku mungkin telah membuat hidupmu berantakan, tap

  • Hasrat Sang Pewaris   Nasib Tragis Seorang Wanita

    Semua mata terbelalak saat melihat Saka muncul dari mobil super mewah yang mereka tabu harganya selangit.Bu Ratna menggosok-gosok matanya untuk meyakinkan penglihatannya.Namun, apa yang ia lihat sangat jelas bahwa orang yang turun dari mobil itu adalah Saka.Sementara, Saka berjalan tegap seakan tidak menghiraukan semua mata yang mengarah padanya dengan penuh rasa tak percaya."Sa -Saka, a -apa itu mobilmu?" tanya Bu Ratna sambil menelan salivanya.Saka hanya tersenyum tipis kemudian membungkuk dan memungut tas serta dus-dus yang berisi barang-barangnya.Vinna masih terpaku sambil menatap Saka yang nampak lebih ganteng saja dengan mobil mewahnya."Aku pamit, ya, Bu. Sekali lagi terima kasih atas semuanya," ucap Saka sambil menenteng barang-barangnya untuk dimasukan ke dalam mobilnya."Tunggu, Saka! Apa benar ini mobilmu?" hadang Bu Ratna sambil menatap Saka.Saka menghela napasnya, ia menatap Bu Ratna dengan tatapan tenang namun cukup menusuk.Hinaan serta sikap Bu Ratna masih terng

  • Hasrat Sang Pewaris   Cinta Anak Pemilik Kontrakan

    "Kamu mau membangkang hanya karena mahasiswa miskin seperti dia!" sentak Bu Ratna kepada anaknya sambil menunjuk Saka."Kamu udah dewasa, Mama gak larang kamu jatuh cinta, tapi ya harus pilih-pilih, masa pria miskin seperti dia bisa buat kamu jatuh cinta!" lanjut Bu Ratna dengan tatapan nyinyir dan kesal kepada Saka."Tampan aja gak akan cukup, Vinna!" lanjutnya sambil menepuk pundak Vina untuk membuat anaknya mengerti.Vina langsung menyingkirkan tangan mamanya, ia mundur satu langkah seakan tak ingin dekat dengan ibunya yang sudah mengusir Saka."Pokoknya, jika Mama tetap mengusirnya maka aku pun akan pergi dari sini," tegas Vina sambil menatap Bu Ratna dengan tajam.Bu Ratna langsung terdiam, bagai mana pun juga dia sangat menyayangi Vina sebagai anak semata wayangnya.Sementara, Saka yang selesai memungut barang-barangnya langsung menghampiri Bu Ratna dan Vina yang tengah berditegang.Rupanya sedari tadi Saka merasa tak nyaman atas pertengkaran ibu dan anak di hadapannya."Ini ...

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status