Share

Saat Dikunjungi Dosen Cantik

Mata Saka membulat sempurna.

Saka tak menyangka, jika dosennya ini masih mau menemuinya setelah penolakan dirinya terhadap ajakan tidur dari dosen cantiknya itu.

Tak hanya itu, bahkan sebelumnya pun, bu Laura telah membayarkan tunggakan uang kuliahnya, tanpa sepengetahuannya.

Seribu tanya bersarang di benak Saka.

Sementara, Laura langsung terbelalak saat melihat keadaan Saka yang babak belur dengan luka lebam di wajahnya.

"Siapa yang membuat kamu seperti ini, Saka!" teriak Laura sambil mendekati jeruji besi seraya menatap setiap lebam di wajah tampan Saka.

Terlihat wajah penuh khawatir di mata indah Laura yang bergetar dan berkaca-kaca di balik kacamata beningnya.

"Apa para polisi itu yang menghajarmu hingga kamu seperti ini?" terka Laura dengan suara serak dan bergetar penuh amarah.

"Tega sekali mereka, keterlaluan!" rutuk Laura sambil menatap keadaan Saka yang memprihatinkan.

Saka menunduk seakan menyembunyikan luka di wajahnya dari Laura -dosennya itu.

"Aku akan menghubungi pengacaraku untuk keadilan kasus ini," lanjut Laura dengan menggebu-gebu.

"Ta -tapi, Bu- "

"Kamu tenang aja," potong Laura dengan cepat,  "biaya pengacara, bahkan seluruh biaya untuk kasusmu ini aku yang tanggung," lanjutnya dengan menggebu-gebu.

Saka menghela napasnya sambil menatap wajah Laura yang terlihat begitu terlihat bersemangat dan tulus dalam upayanya ini.

Tapi, Saka tak ingin menyeret Laura dalam kasusnya yang sebenarnya bisa ia selesaikan sendiri.

Saat ini Saka hanya butuh ponsel untuk menghubungi keluarganya, atau mungkin orang kepercayaan di keluarganya.

Saat Saka bisa menghubungi keluarganya, maka semua urusan ini akan selesai dengan mudah.

"Tapi, Bu. Kasus ini berhubungan dengan Damian, ibu tahu sendiri kan jika orang tua Damian adalah pemilik saham terbesar kampus, karier ibu sebagai Dosen bisa terancam," jelas Damian sambil menatap wajah Laura yang ternyata jauh lebih cantik saat berada di luar kampus.

"Aku menjadi dosen bukan karena uang, tapi hanya untuk mengisi waktu senggangku saja, jadi aku gak peduli jika aku harus dipecat sekali pun, demi kamu!" timpal Laura dengan tegas.

Saka terhenyak, matanya menatap lekat wajah Laura.

"Demi aku?" tanya Saka dengan terkejut.

"Ma -maksudku, demi kebenaran," jawab Laura kikuk sambil menelan salivanya dan mengalihkan pandangannya ke dalam sel yang nampak pengap.

Saka menghela napasnya, ia melihat ada hal aneh pada diri Laura, dari mulai kejadian saat dirinya diajak tidur, hingga ucapannya saat ini, merupakan sebuah keanehan yang terasa ganjil untuk Saka, penuh misteri.

Akan tetapi, Saka merasaakn jika apa yang diucapkan oleh Laura merupakan sebuah kejujuran.

Kecemasan dan kekhawatiran yang terpancar dari mata Laura nampak bagai sebuah ketulusan.

Namun kendati demikian, Saka masih ragu jika itu adalah 'cinta'.

"Kenapa ibu mau repot-repot menolong pemerkosa sepertiku?" tanya Saka sambil menatap betis serta lutut Laura yang putih dan bersih bagai kapas.

"Karena aku tahu jika kamu bukan pelakunya," jawab Laura.

"Kenapa ibu bisa seyakin itu?" Saka sambil mengangkat wajahnya hingga tatapan mereka kini beradu.

"Kamu menolakku saat aku mengajakmu tidur, maka sangat tidak mungkin jika kamu melakukan hal tidak senonoh dan tak berperasaan seperti itu," jawab Laura dengan sorot mata yang penuh keyakinan.

Saka pun kembali terdiam, ia menghela napasnya.

Ia tak tahu, harus merasa bersalah atau menyesali atas penolakannya tempo hari itu. Tapi meski demikian ... kini ada sedikit rasa lega, karena ternyata masih ada orang yang percaya terhadapnya.

"Boleh aku pinjam ponselnya, Bu?" lanjut Saka memberanikan dirinya.

Laura pun menatap Saka dengan lekat, kemudian perlahan menggenggam tangan Saka yang tengah mengepal jeruji besi yang menjadi pembatas itu.

Saka sedikit terkejut, namun ia membiarkan saja tangan halus itu mengepal pada tangannya.

Ada rasa aneh yang ia rasakan, seperti sebuah rasa nyaman yang sulit untuk dimengerti.

"Bukannya aku gak mau ngasih pinjam ponselku, Saka. Tapi saat ini kamu jangan dulu banyak pikiran, jangan dulu berhubungan dengan siapa pun, biar aku yang selesaikan urusanmu ini. Kamu tenanglah! kamu akan segera keluar dari sini," jawab Laura dengan yakin.

Laura tak memberikan ponselnya, ia berharap Saka menenangkan dirinya tanpa berhubungan dulu dengan siapa pun yang mungkin akan membuat pikirannya semakin kacau.

Laura tentu tidak tahu jika Saka ingin menghubungi keluarga Sadewa yang merupakan orang paling berpengaruh di negeri ini.

Karena yang ia tahu, Saka hanyalah pria miskin yang banting tulang hingga menjadi driver ojek online untuk bisa memenuhi kebutuhannya.

Tapi di saat bersamaan dan tanpa mereka sadari, telah datang tiga mobil super mewah, di parkiran kantor polisi itu.

Dari mobil yang paling mewah dan yang mengkilat turun seorang pria paruh baya dengan jas hitam elegan.

Aura lelaki itu terlihat begitu sangat kuat dan tajam, ia berjalan memasuki kantor polisi dan dikawal oleh lima orang bodyguard yang berbadan tinggi besar mengenakan jas, dasi, serta kacamata serba hitam.

Keadaan di kantor polisi ini pun seketika menjadi penuh dengan kepanikan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status