Home / Urban / Hasrat Sang Pewaris / Memperkosa Teman Sendiri

Share

Memperkosa Teman Sendiri

Author: Chana Lee
last update Last Updated: 2023-05-23 10:43:13

"Anggia?"

Saka tak percaya jika dirinya dituduh sudah memperkosa Anggia, wanita cantik nan lugu yang kemarin bersamanya, wanita yang peduli terhadapnya, bahkan wanita yang baru saja sudah ia bayarkan uang kuliahnya.

"Ya, kamu tega sekali, temanmu sendiri kamu perkosa, sungguh tak punya hati!" ucap Damian sambil menggelengkan kepalanya.

Saka mendengus sambil menatap Damian, tangannya yang terborgol kini mengepal kuat.

"Kamu bisa memfitnahku semaumu, tapi jika sampai terjadi apa-apa dengan Anggia, kamu akan menyesal seumur hidupmu," tegas Saka dengan wajah yang merah penuh amarah.

Damian hanya tersenyum santai, sebagai anak orang terkaya nomor satu di kota ini, tentu hal yang mudah untuk menjebloskan Saka ke penjara.

Sementara, para mahasiswa sudah berkerumun, ia melihat Saka yang tengah dibekuk oleh polisi.

"Sudah gembel, pemerkosa pula, memalukan!"

"Orang seperti dia harusnya dipotong perkakasnya!"

"Iya, biar kapok."

"Cih, memalukan!"

Sayup-sayup terdengar celaan dan kutukan untuk Saka.

"Aku bukan pemerkosa!" tegas Saka sambil menatap Damian dan para mahasiswa lainnya satu persatu.

Tatapan Saka begitu tajam untuk mempertahankan harga dirinya.

Di saat yang bersamaan, Wilma -mantan Saka pun datang, ia turut merutuki Saka.

"Untung aku udah putus, iiiiih ngeri punya pacar kayak dia," ucap Wilma sambil menunjuk Saka dengan tatapan jijik.

Wilma antas berjalan menghampiri Saka, mendekatinya diiringi dengan tatapannya yang tajam.

PLAAAAAAK!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Saka.

"Teganya kamu merusak kesucian wanita lugu yang merupakan teman kamu sendiri."

"Gara- gara kamu, dia sekarang nangis terus, bahkan tadi dia mau bunuh diri, apa kamu bisa mengembalikan kesucian seorang wanita, hah?" racau Wilma.

DEEEEEEGH!

Saka langsung merasa tercekik saat mendengar ucapan Wilma.

'Jadi benar Anggia diperkosa? Siapa yang meperkosanya?' tanya Saka di dalam hatinya yang bergemuruh.

"Aku tidak memperkosanya!" tegas Saka.

Namun penjelasan apa pun tak ada artinya, Saka akhirnya dibawa ke kantor polisi.

Di kantor polisi, ia ditanyai oleh beberapa anggota polisi yang dari awal pertemuan tak sedikit pun menunjukkan senyumnya terhadap Saka.

Wajah serta tatapan mereka terus mengintimidasi Saka.

Mereka seakan memaksa Saka untuk mengakui perbuatannya.

"Aku tidak akan pernah mengakui sesuatu yang tidak aku perbuat," tegas Saka sambil menatap ketiga polisi di hadapnnya.

"Lebih baik kamu akui! Mau ngaku atau tidak, kamu akan tetap di penjara. Tapi jika kamu mau mengakuinya, mungkin itu akan membuat keringanan untuk hukumanmu, pikirkanlah!" ucap salah satu polisi itu sambil menghisap cerutu dan menghembuskannya ke wajah Saka.

Saka yang masih terborgol tersenyum tipis, tatapannya terlihat sangat stabil, tak sedikit pun menunjukkan rasa takut.

Hal itu yang membuat para polisi itu sedikit kesal.

"Apa buktinya jika aku telah memperkosa Anggia?" tanya Saka dengan tatapan tajamnya.

Salah satu polisi langsung menyerahkan secarik kertas di atas meja, di hadapan Saka.

"Bacalah, itu pengakuan korban. Dia sudah mengatakan dengan jelas bahwa kamu adalah pemerkosanya! Apa kamu mau mengelak lagi!" sentak polisi itu sambil memukul meja hingga menimbulkan debuman yang cukup mengagetkan.

Saka membaca surat pernyataaan itu, yang memang dalam surat itu disebutkan bahwa Saka yang telah memperkosanya.

Mata Saka bergetar saat ia melihat tanda tangan Anggia di atas matrai yang memang merupakan tanda tangannya.

Surat itu dibuat dengan tulisan tangan Anggia, dan dari tulisan itu Saka bisa melihat bahwa Anggia sedang dalam keadaan terguncang, bersedih, patah, dan remuk saat Anggia menulisnya.

Saka bisa melihat itu karena sejak kecil, sebagai pewaris Sadewa, ia telah diajarkan hal itu oleh guru terbaik.

Saka bisa membaca hati dan pikiran seseorang dari tulisannya.

Setelah membaca surat itu, Saka langsung mengangkat wajahnya.

Mata Saka kini menjadi merah, tatapannya lebih kuat dan tajam dari sebelumnya.

"Damian yang memperkosanya, tangkap dia atau karir kalian akan berhenti sampai di sini!" ucap Saka dengan suara yang bergetar penuh dengan kemarahan.

Ketiga polisi yang sedang menanyainya di ruangan khusus itu terkejut dengan sikap Saka yang terlihat tidak kooperatif.

Salah satu polisi terlihat hilang kesabaran hingga tanpa berpikir panjang langsung menghajar Saka dengan meluncurkan sebuah tinju ke pipi Saka.

Namun, Saka tak bergeming, pukulan itu seperti kapas yang menghantam dinding kokoh.

Ketiga polisi itu sempat terkejut dengan kekuatan Saka, namun ... mereka menyembunyikan keterkejutannya itu.

Sementara, Saka sudah semakin muak dengan apa yang terjadi.

Pemerkosa yang sesungguhnya harus dihukum yang seberat-beratnya, dan Saka yakin jika Damian adalah pelakunya.

"Sudah, masukan saja dia ke sel! Sel yang paling buruk biar dia tau rasa!" celetuk salah satu polisi di sana.

Mereka pun hendak membawa Saka ke sel. Namun Saka tiba-tiba berteriak.

"Tunggu! Apa kalian tahu siapa aku?" teriak Saka dengan sorot mata yang beraura sangat kuat.

"Siapa pun kamu, seorang pemerkosa tetap harus di hukum," jelas sang polisi.

"Itu benar, tapi pelakunya bukan Aku, tapi Damian," timpal Saka berapi-api.

"Damian Delangga, kamu tahu siapa dia? Dia itu orang terkaya nomor satu di kota ini, jadi jangan harap kamu bisa lolos dari hukumanmu ini," tegas salah satu polisi sambil menempelkan telunjuknya ke dada Saka.

Saka mendengus sambil menatap polisi itu.

"Dalam keluarga, aku diajarkan untuk bertanggung jawab, jika aku bersalah maka aku siap untuk dihukum, tapi aku tidak bersalah!" timpal Saka.

"Heh, jangan bawa-bawa keluarga, semua ini terjadi karena salah keluargamu juga yang tidak bisa mendidikmu!" sentak polisi itu sambil berkacak pinggang dan menatap Saka dengan tatapan bengis.

Para polisi itu tentu sudah mendapatkan data dan laporan yang menyebutkan bahwa Saka adalah mahasiswa miskin, mahasiswa gembel yang merangkap sebagai driver ojek online untuk mencukupi biaya kuliahnya.

Maka dari itulah, tak ada yang mereka takutkan dari Saka.

"Hati-hati jika bicara soal keluargaku!" tegas Saka dengan rahang tegas yang merapat kuat menandakan kemarahannya.

Ketiga polisi itu pun terkekeh sambil menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Saka yang terdengar bagai sebuah omong kosong belaka.

Terlihat sekali jika mereka memperolok ucapan Saka.

Jika saja mereka tahu siapa Saka yang sebenarnya, maka sudah dapat dipastikan mereka akan bergetar dan bertekuk lutut di kaki Saka.

Jangankan polisi bawahan seperti mereka, pejabat tinggi kepolisian di negeri ini pun, masih sangat hormat kepada keluarga Sadewa, mereka bisa bergetar dan membungkuk di hadapan keluarga Sadewa -keluarga terkaya nomor satu dan paling berpengaruh di negeri ini.

"Sudahlah, ayo nikmati saja jeruji besi!"

"Selama ini kamu kesulitan cari makan, anggap saja kamu di sini bisa tidur gratis dan makan gratis," ucap sang polisi meledek Saka.

"Yaaa meskipun makanan basi, hahaha!"

"Hahahha!"

"Hahaha!"

Ketiga polisi itu pun terkekeh dengan renyahnya.

Saka benar-benar hilang kesabaran, perlakuan para oknum polisi ini sudah mengindikasikan hal yang tidak benar.

"Boleh aku katakan siapa aku sebenarnya?" celetuk Saka yang tengah diseret menuju sel.

"Kamu gembel kampus kan?" jawab salah satu polisi sambil menahan tawa gelinya.

Saka pun tersenyum tipis sambil menatap polisi itu dengan tajam.

"Aku adalah Saka Sadewa, pewaris tunggal keluarga Sadewa!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Sang Pewaris   HASRAT YANG TERPENUHI

    Malam itu, langit menggantung dalam gelap yang nyaris sempurna. Tapi di antara keheningan, sebuah rumah kecil di pinggiran kota menyala hangat. Lampu-lampu temaram menyinari dinding bata, dan angin malam menerpa tirai tipis dari jendela yang terbuka setengah.Saka duduk di tepi ranjang kayu yang sederhana namun rapi. Kemeja putihnya tergantung di sandaran kursi. Tubuhnya hanya terbalut celana panjang kain, sementara rambutnya masih sedikit basah setelah mandi. Ia memandang ke arah luar jendela, ke langit malam yang kini tidak lagi menakutkan seperti dulu.Dulu, malam seperti ini identik dengan rasa sepi. Rasa kalah. Rasa kecil. Tapi malam ini… berbeda.Pintu kamar terbuka pelan. Anggia melangkah masuk, mengenakan gaun tidur tipis berwarna lembut. Wajahnya polos, tanpa riasan. Rambutnya digerai begitu saja, seperti tak ada yang perlu disembunyikan lagi.Saka menoleh perlahan. Matanya menatap Anggia bukan dengan nafsu semata, tapi dengan rasa—yang telah matang oleh waktu, luka, dan peng

  • Hasrat Sang Pewaris   nyala yang SESUNGGUHNYA

    Malam terus merambat. Lampu-lampu kota Jakarta menyala seperti gugusan bintang yang tersesat di bumi. Anggia masih berdiri di pinggir jalan kampus, tubuhnya kaku, bibirnya kelu. Saka telah pergi, membawa serta bayangan masa lalu dan kebenaran yang selama ini tersembunyi.Tapi yang tertinggal bukan cuma kejutan. Ada luka yang menyesak di dada Anggia—luka karena rasa bersalah. Rasa menyesal. Dan rasa… yang tak sempat diucapkan.Beberapa jam berlalu. Dunia kampus mulai sepi. Anggia melangkah sendirian, melewati lorong-lorong yang biasa ia lewati bersama Saka dulu. Sudut tangga belakang gedung A, bangku taman kecil dekat kantin—semua terasa asing dan menyesakkan, padahal dulu tempat mereka tertawa.Langkahnya berhenti di depan gerbang utama.Lalu tiba-tiba...“Masih suka duduk di bangku ketiga dari kanan?” suara itu muncul di belakangnya.Anggia menoleh cepat.Saka berdiri di sana. Tanpa jas, hanya mengenakan kemeja putih dan celana hitam. Sederhana. Seperti Saka yang dulu.Anggia menatap

  • Hasrat Sang Pewaris   API YANG TERPENDAM

    Saka menarik napas panjang. Sorot matanya berubah—tidak lagi sekadar tajam seperti biasanya. Kini ada sesuatu yang berbeda di sana: kemarahan yang tertahan, keyakinan yang tak tergoyahkan, dan wibawa seorang pria yang tak lagi takut pada siapa pun. Wibawa yang membuat dua pria berbadan besar di depannya mendadak diam, dan Anggia… membeku.“Justru karena mereka anak buah Damian, aku akan bayar utangmu sekarang juga,” ucap Saka pelan, tapi tegas. Jemarinya bergerak cepat, membuka aplikasi m-banking di ponselnya tanpa sedikit pun ragu.Anggia mendesis pelan, tak percaya. “Berhenti pura-pura jadi pahlawan, Saka. Kamu itu… kamu itu cuma mahasiswa miskin yang—”Saka menyela dengan tenang, “Lihat ini.”Ia mengangkat layar ponselnya. Anggia dan kedua penagih utang mendekat dengan rasa penasaran yang bercampur bingung. Angka di layar menyala jelas:Saldo: Rp 12.458.000.000Anggia membelalak. Bibirnya gemetar. “A—apa ini?” gumamnya nyaris tak terdengar.Penagih utang yang bertubuh tambun menole

  • Hasrat Sang Pewaris   Membayar Utang Anggia

    "Kamu sahabatku, masalahmu jadi masalahku juga," ucap Saka sambil menoleh kepada Anggia yang terlihat berderai air mata.Wajah cantik Anggia kini nampam begitu rapuh paska kabar pemerkosaannya beberapa waktu yang lalu."Kita hanya kenal di kampus saja, selebihnya kita bukan apa-apa," timpal Anggia sambil mengusap air matanya dan balas menatap Saka.Selain kesedihan yang dalam, Saka juga melihat ada rasa takut yang kini dirasakan oleh Anggia.Anggia seperti takut untuk dekat atau pun berhubungan dengan Saka.Saka menilai bahwa hal itu ada kaitannya dengan Damian. Mungkinkan Anggia telah diancam oleh Damian?"Lebih baik kamu pergi, dekat denganmu hanya akan memperburuk keadaanku saja," lanjut Anggia dengan suara bergetar.Saka menarik napasnya dalam-dalam sambil menatap Anggia dengan lekat.Wanita di hadapannya adalah wanita lugu dan baik, kehidupannya kini berubah total dan menjadi berantakan karena ulah Damian."Dengar Anggia! Kehadiranku mungkin telah membuat hidupmu berantakan, tap

  • Hasrat Sang Pewaris   Nasib Tragis Seorang Wanita

    Semua mata terbelalak saat melihat Saka muncul dari mobil super mewah yang mereka tabu harganya selangit.Bu Ratna menggosok-gosok matanya untuk meyakinkan penglihatannya.Namun, apa yang ia lihat sangat jelas bahwa orang yang turun dari mobil itu adalah Saka.Sementara, Saka berjalan tegap seakan tidak menghiraukan semua mata yang mengarah padanya dengan penuh rasa tak percaya."Sa -Saka, a -apa itu mobilmu?" tanya Bu Ratna sambil menelan salivanya.Saka hanya tersenyum tipis kemudian membungkuk dan memungut tas serta dus-dus yang berisi barang-barangnya.Vinna masih terpaku sambil menatap Saka yang nampak lebih ganteng saja dengan mobil mewahnya."Aku pamit, ya, Bu. Sekali lagi terima kasih atas semuanya," ucap Saka sambil menenteng barang-barangnya untuk dimasukan ke dalam mobilnya."Tunggu, Saka! Apa benar ini mobilmu?" hadang Bu Ratna sambil menatap Saka.Saka menghela napasnya, ia menatap Bu Ratna dengan tatapan tenang namun cukup menusuk.Hinaan serta sikap Bu Ratna masih terng

  • Hasrat Sang Pewaris   Cinta Anak Pemilik Kontrakan

    "Kamu mau membangkang hanya karena mahasiswa miskin seperti dia!" sentak Bu Ratna kepada anaknya sambil menunjuk Saka."Kamu udah dewasa, Mama gak larang kamu jatuh cinta, tapi ya harus pilih-pilih, masa pria miskin seperti dia bisa buat kamu jatuh cinta!" lanjut Bu Ratna dengan tatapan nyinyir dan kesal kepada Saka."Tampan aja gak akan cukup, Vinna!" lanjutnya sambil menepuk pundak Vina untuk membuat anaknya mengerti.Vina langsung menyingkirkan tangan mamanya, ia mundur satu langkah seakan tak ingin dekat dengan ibunya yang sudah mengusir Saka."Pokoknya, jika Mama tetap mengusirnya maka aku pun akan pergi dari sini," tegas Vina sambil menatap Bu Ratna dengan tajam.Bu Ratna langsung terdiam, bagai mana pun juga dia sangat menyayangi Vina sebagai anak semata wayangnya.Sementara, Saka yang selesai memungut barang-barangnya langsung menghampiri Bu Ratna dan Vina yang tengah berditegang.Rupanya sedari tadi Saka merasa tak nyaman atas pertengkaran ibu dan anak di hadapannya."Ini ...

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status