Share

Sentuhan Amanda Pada Livia

Author: Falisha Ashia
last update Last Updated: 2025-10-16 21:19:57

Mungkin… ini momen yang tepat, pikirku. Jika Amanda dan Livia bertemu di sini, setidaknya aku tidak perlu repot mencari waktu lain. Lagipula, kalau mereka bertemu dalam situasi yang tidak sengaja seperti ini, rasanya akan lebih alami.

Aku menatap ponsel di meja. Sepertinya aku harus menghubunginya.

Aku menarik napas panjang, lalu mengetik pesan singkat.

“Aku di kantor polisi. Nanti aku jelaskan semuanya.”

Belum sampai satu menit, layar ponselku menyala. Nama Amanda muncul di sana.

Aku pun segera menjawabnya.

“Kamu di kantor polisi?” suara Amanda terdengar panik. “Ada apa? Kamu udah ngelakuin apa sampai ditangkap polisi?!”

Nada suaranya membuat dadaku sedikit hangat. Jadi dia masih peduli. Masih memikirkan aku. Bukan marah, tapi khawatir. Dan ini cukup untuk menenangkan sedikit kekacauan di hatiku tentang fantasinya, yang mana aku sempat berpikir kalau dia sudah tidak mencintaiku lagi.

“Aku… memukul seseorang,” jawabku jujur. “Tapi ada alasannya. Nanti aku ceritain semuanya biar nggak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Gusti Made Suarya
bagus, lebih cepat lagi lanjutannya ya, tetap semangat ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Apa Yang Terjadi Tidak Mengubah Apapun

    Aku menarik napas panjang sebelum membuka pintu, bersiap dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi di balik sana. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, tapi begitu daun pintu terbuka, rasa tegang itu perlahan memudar.Ternyata hanya Rani, asisten rumah tangga kami.“Rani?” tanyaku, berusaha menormalkan nada suaraku.“Maaf, Pak, saya ganggu,” katanya sopan sambil menunduk. “Ibu Lydia nyuruh saya panggil Bapak untuk sarapan.”Aku sempat mengerjap. “Ibu Lydia?”“Iya, Pak. Katanya Bapak disuruh sarapan sekarang sebelum Rani pergi,” jelasnya.“Oh… iya, baik. Sebentar lagi saya ke bawah,” kataku pelan. “Terima kasih, ya.”Rani tersenyum kecil lalu berlalu.Aku masih berdiri di depan pintu, memandangi tangga yang menuju lantai bawah. Pikiranku langsung penuh tanda tanya.Kenapa Mama mertua tiba-tiba menyuruhku sarapan? Sebelumnya, tidak pernah ada kejadian seperti ini.Apakah dia… ingin melanjutkan hal yang kemarin? Atau justru sebaliknya, marah karena aku sudah lancang?Aku menata

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Aku Akan Paksa

    Lagi-lagi pertanyaan Amanda itu membuatku terdiam. Bukan karena aku tak tahu harus menjawab apa, tapi karena aku takut. Ya… takut kalau satu kata yang salah bisa menyalakan api cemburu. Meskipun dia meminta fantasi itu, tapi bukan berarti dia ingin aku pacaran dengan wanita lain.Dia menatapku tanpa berkedip, dengan ekspresi datar tapi tajam seperti sedang membaca isi hatiku.Aku menelan ludah, mencoba memaksa bibirku untuk bergerak.“Iya... ini dari Bu Livia,” jawabku akhirnya, jujur tapi dengan nada hati-hati. “Dia cuma nanya, aku masih bangun atau udah tidur.”“Katanya tadi pesan kerjaan?” suaranya pelan, tapi dingin.“Ya, kan ini dari Bu Livia. Pasti, nanti juga akan bahas tentang kerjaan,” jawabku.Alis Amanda naik sedikit. “Dia cuma nanya itu aja?”“Iya,” jawabku cepat. “Mungkin mau bahas soal kerjaan, atau urusan kerajaan. Nggak ada apa-apa.”Amanda menunduk sejenak, lalu berbalik menuju lemari pakaian.Aku sempat menghela napas lega, tapi belum sempat benar-benar tenang, ponse

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Desakan Amanda

    Pertanyaan Amanda barusan seperti pisau yang menggores pelan tapi dalam.“Apa kamu pengen karena membayangkan tubuh Livia… atau karena tadi lihat Mama cuma pakai handuk?”Aku terdiam.Sumpah, aku ingin membantah, tapi lidahku seperti terikat. Gambar Lydia dengan handuk yang menempel di kulitnya masih berputar di kepala—begitu pula bayangan samar tentang Livia, dengan senyum tenangnya yang kadang bisa membuat siapa pun kehilangan arah.Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan bara yang sudah naik ke dada.“Amanda,” kataku akhirnya, nada suaraku terdengar lebih tajam dari yang kumaksud, “kamu jangan mikir yang aneh-aneh! Nggak ada hubungannya sama mereka!”Amanda menatapku lekat-lekat, tidak mundur sedikit pun. “Lantas?” tanyanya dingin.“Kalau bukan karena mereka, lalu karena apa kamu bilang lagi pengen?”Aku mendesah pelan, lalu melangkah setengah mendekat.“Aku tergoda karena kamu, Amanda. Mana ada cowok waras yang nggak tergoda ngelihat tubuhmu kayak gini?”Senyum samar terbit

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Membuka Baju Di Hadapanku

    Amanda menatapku lama, seolah ingin membaca isi kepalaku. Tatapan itu tajam tapi lembut, seperti pisau yang dibalut sutra.Dia mengangkat alis, lalu tersenyum samar. “Iya, Livia memang cantik,” katanya akhirnya. “Kenapa? Kamu menyukainya?”Aku menatapnya balik. “Ini bukan masalah suka atau nggak suka,” ujarku pelan. “Tapi ini tentang keinginanmu itu.”Senyumnya menipis, tapi matanya justru berkilat. “Jadi… kamu sudah mulai memikirkannya?” tanyanya, suaranya terdengar nyaris seperti bisikan, tapi ada gairah terselubung di baliknya.Aku menghela napas. “Tentu saja. Kamu yang memaksaku memikirkan hal itu. Bahkan sampai mengancam segala. Mana mungkin aku nggak kepikiran?”Amanda terkekeh kecil. “Ancaman itu berhasil rupanya,” katanya sambil melangkah mendekat. Jarak kami hanya tinggal beberapa jengkal sekarang. “Jadi, maksudmu… kamu mau mengajak Livia untuk melakukan itu?”Aku menatap matanya, lalu mengangguk perlahan. “Ya. Rencananya sih seperti itu. Tapi hanya kalau kamu setuju.”Dia me

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Bagaimana Tubuh Mama?

    Suara langkah kaki Amanda terdengar jelas dari ruang tamu — cepat, mantap, seperti biasa. Aku berdiri di dekat pintu kamar Mama, masih mencoba menormalkan napas yang tak beraturan. Di balik daun pintu itu, Lydia mungkin sedang berusaha menenangkan diri seperti aku.Kupaksakan senyum saat Amanda muncul di ujung lorong. Rambutnya sedikit berantakan, tapi wajahnya cerah, tampak senang akhirnya pulang lebih awal.“Rey, kamu baru sampai? Kenapa masih di sini? Nggak ganti baju?” tanyanya.“Iya, ini baru mau ke kamar,” jawabku.Amanda tersenyum kecil, lalu menatap ke arah kamar ibunya. “Mama masih bangun?”Aku sempat ragu sebelum menjawab. “Iya, tadi aku bantu Mama buat jalan. Kayaknya kakinya masih agak sakit, jadi dia tadi mau jatuh gitu.”“Oh, ya ampun… mama mau jatuh?” Amanda bertanya sambil berjalan pelan ke arah kamar Lydia, tapi langkahnya berhenti di tengah.“Iya, makanya aku bantu,” kataku, mencoba terdengar biasa.Amanda hanya mengangguk. “Baiklah.”Dia kemudian mengetuk pelan pint

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Perubahan Sikap Yang Membuatku Hangat

    Aku berdiri di ambang pintu kamar mama mertua, terdiam beberapa detik, menatap punggungnya yang menghadap ke arah kasur. Dia baru saja keluar dari kamar mandi, tubuhnya hanya dililit handuk putih yang menutupi sebagian kulitnya. Air masih menetes dari ujung rambutnya, membasahi pundak dan turun ke sepanjang garis punggungnya yang tampak… terlalu mulus untuk seorang wanita seusianya.Aku menelan ludah, reflek ingin berbalik dan pergi. Tapi kakiku seperti menolak.“Mama…” panggilku pelan, hampir tak terdengar.Dia terkejut, menoleh cepat. Tatapan kami bertemu.“Oh, Rey?” suaranya lembut, tapi ada sedikit getar di sana. “Kamu sudah pulang?”Aku mengangguk canggung, “I-iya, Ma. Maaf… aku nggak sengaja liat.”Aku buru-buru menunduk, tapi dari ekor mataku masih terlihat kilau air di kulitnya yang basah.Lydia tersenyum samar, entah canggung atau justru… tenang.“Nggak apa-apa,” katanya, lalu menoleh sedikit sambil memperbaiki lilitan handuknya. “Mama kira kamu belum pulang.”Aku ingin langs

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status