KEMBALINYA SANG PEWARIS TRILIUNER

KEMBALINYA SANG PEWARIS TRILIUNER

last updateLast Updated : 2025-10-31
By:  HakayiUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
30Chapters
39views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Aksa tumbuh sebagai pemuda miskin yang kerap dihina, tak pernah tahu bahwa hidupnya menyimpan rahasia besar. Suatu malam ia terbangun di laboratorium asing. Wajahnya berubah tampan, tubuhnya sempurna, dan ia mendadak kaya raya. Dari sana terungkap: ia adalah pewaris sah keluarga Pramudita yang selama ini mengira dirinya telah mati. Namun untuk merebut kembali haknya, Aksa harus melawan ibu tiri licik, saudara-saudara palsu, dan permainan kekuasaan yang bisa menghancurkan siapa pun yang lengah.

View More

Chapter 1

1. Terbangun di Laboratorium Misterius

Aksa Mahatma terbangun di dalam ruangan kaca yang sangat dingin, begitu dingin hingga napasnya tampak membentuk uap tipis di udara. Ia menatap sekeliling, kebingungan. Tubuhnya hanya diselimuti kain putih tipis, dan di tangan kanannya menancap selang infus.

“Di mana aku?” suaranya serak, nyaris tak terdengar.

Ia mencoba bangkit, tapi tubuhnya terasa berat seolah baru melewati badai. Ketika akhirnya berhasil duduk, matanya membulat. Ia telanjang, hanya tertutup selimut sampai pinggang.

Ruangan itu seluruhnya dari kaca putih buram, penuh peralatan aneh yang berkelip-kelip. Seperti laboratorium, atau penjara. Dengan gerakan gemetar, ia mencabut infus dari lengannya, lalu menurunkan kakinya ke lantai dingin. Langkah pertamanya nyaris membuatnya jatuh.

Namun yang membuatnya benar-benar terpaku bukanlah rasa sakit, melainkan sosok di cermin tinggi di dekat pintu. Pria di sana punya wajah sempurna. Hidung mancung. Rahang tegas. Kulit bersih seputih porselen. Tubuhnya sedikit berotot, ideal. Dan itu dirinya.

“Tidak... ini bukan aku.”

Ia menyentuh wajahnya, memastikan itu bukan mimpi. Tapi bayangan itu meniru setiap gerakannya.

Panik, Aksa mengitari ruangan. Tak ada siapa pun di luar kaca. Hanya keheningan yang menakutkan. Di atas meja dekat ranjang, ia menemukan map tebal. Saat mencoba membukanya, map itu terjatuh, menyebarkan dokumen ke lantai.

Sebuah kartu identitas meluncur keluar. Ia menunduk mengambilnya. Nama di sana: Beni Pramudita. Foto di kartu itu identik dengan wajah barunya.

Tangan Aksa bergetar. Ia menemukan pula buku tabungan dan kartu ATM atas nama yang sama. Saat membuka halaman dalamnya, napasnya tercekat.

Saldo: 100 triliun rupiah.

“Siapa Beni Pramudita...? Kenapa wajahku sama dengannya? Dan kenapa aku di sini?”

Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepalanya, menyesakkan. Hanya satu hal yang ia tahu, apa pun yang terjadi padanya, ini bukan lagi hidup yang ia kenal. Ia memejamkan mata sejenak, dan ingatan tentang siapa dirinya dulu muncul perlahan.

Dulu, Aksa hanyalah pemuda miskin yang hidup di tengah hiruk-pikuk kota. Wajahnya pas-pasan, kulitnya gelap dan kusam, cukup alasan bagi banyak orang untuk memandangnya rendah.

Di kampus, ia sering jadi bahan ejekan; dijadikan pesuruh oleh teman-teman sekelasnya yang tampan dan bergelimang harta. Salah satunya, Tristan Valero - anak konglomerat, pewaris kampus ternama tempatnya kuliah, dan idolanya semua gadis.

Aksa menjadi budak Tristan karena berkat ketulusan dan kebaikannya menolong Tristan sewaktu Tristan hampir mati dipukuli orang-orang. Dia secara tak terduga mendapat beasiswa ke kampus impiannya. Namun ternyata, di balik beasiswa itu tersembunyi harga mahal yaitu Aksa harus menjadi “budak” Tristan di kampus.

Suatu hari, Tristan menyuruh Aksa membeli buket bunga untuk Aluna Sagara, perempuan yang ia cintai. Tapi Aksa salah membelikan. Tristan meminta mawar, namun ia justru datang membawa bunga matahari.

Kesalahan kecil itu berakhir jadi mimpi buruk. Tanpa banyak bicara, Tristan menyeret Aksa ke belakang gedung kampus bersama beberapa temannya. Pukulan datang bertubi-tubi.

“Dasar anak miskin tak berguna! Sudah jelek, tak tahu diri!”

“Kalau disuruh, lakukan dengan benar! Atau jangan salahkan aku kalau kau dikeluarkan dari kampus ini!”

Aksa hanya bisa menunduk, menahan sakit di wajah dan dada. Bukan hanya luka fisik yang ia bawa pulang hari itu, tapi juga keyakinan bahwa di dunia ini, harga diri seseorang bisa hilang hanya karena tak punya apa-apa.

Namun yang paling menyakitkan bagi Aksa bukanlah hinaan atau pukulan dari teman-temannya, melainkan kenyataan bahwa ia harus mengubur cinta pertamanya dalam-dalam. Aluna Sagara. Gadis tercantik di kampus. Anggun, cerdas, dan lahir dari keluarga terpandang.

Aksa hanya bisa memandangnya dari kejauhan, menyimpan perasaan yang tak pernah berani ia ucapkan. Tapi ketika kabar tentang kekagumannya tersebar, segalanya berubah.

Aluna menjauh. Ia berhenti menyapa, bahkan menatap pun enggan. Bagi Aluna, Aksa hanyalah lelaki yang terlalu biasa untuk memimpikan gadis sepertinya.

Suatu sore, di halaman kampus, Aksa memberanikan diri menegurnya. Tapi yang ia dapat hanyalah tatapan jijik.

“Jangan pernah muncul lagi di depan aku!” seru Aluna dengan nada tinggi. “Kamu cuma bikin malu aku! Mana mungkin aku suka sama cowok jelek dan miskin kayak kamu? Kamu itu bukan tipe aku, dan jangan mimpi bisa dapatin aku!”

Sebelum Aksa sempat bicara, satu tamparan keras mendarat di pipinya. Sakitnya bukan hanya di kulit, tapi jauh lebih dalam di harga dirinya.

Dan kini, Aksa menatap tumpukan dokumen di tangannya. Matanya bergetar, suaranya berbisik lirih, “Siapa yang mengubah aku jadi seperti ini? Dan kenapa namaku… Beni Pramudita? Uang sebanyak ini… milik siapa sebenarnya?”

Pertanyaan itu menggantung di udara, tanpa jawaban. Ia tahu tak akan ada siapa pun yang menjawabnya. Setidaknya untuk sekarang.

Dengan langkah tergesa, Aksa membuka lemari di sudut ruangan. Di dalamnya, hanya tergantung beberapa pakaian medis berwarna putih. Ia mengambil satu, mengenakannya dengan cepat, lalu meraih  tas dan memasukkan dokumen-dokumen itu ke dalam tas dan menyandangnya. Setelah itu dia bergegas menuju pintu kaca.

Gagang pintu tak bergerak. Terkunci. Tiba-tiba, lampu kecil di sisi pintu berkedip, menampilkan simbol sidik jari yang menyala merah.

Aksa menatapnya ragu, lalu menempelkan ibu jarinya. Cahaya berganti hijau—klik!—pintu terbuka.

Belum sempat ia bernapas lega, sirene melengking memecah keheningan. Alarm berbunyi nyaring, lampu darurat berputar merah. Dari kejauhan terdengar langkah kaki yang berlari-lari mendekat.

Aksa membeku di tempat, matanya menatap kaca di sisi kanan ruangan. Dan di balik kaca itu sesosok pria berdiri diam, mengenakan jas putih panjang. Wajahnya samar, separuh tertutup bayangan, tapi mata itu tajam, seolah menatap langsung ke dalam jiwanya.

Senyum tipis muncul di wajah pria itu, lalu bibirnya bergerak membentuk kata yang tak terdengar.

Aksa menatap, mencoba membaca gerak bibir itu. Hanya satu kata yang bisa ia tangkap:

“Proyek.”

Deg.

Darahnya berdesir. Pria itu kemudian menekan sesuatu di panel kaca, dan pintu di belakang Aksa tiba-tiba terbuka lebar, memperlihatkan lorong panjang yang bercahaya putih.

Tanpa berpikir, Aksa berlari ke arah lorong itu. Napasnya tersengal, tubuhnya masih lemah, tapi rasa takut memberinya kekuatan untuk terus melangkah.

Suara langkah-langkah di belakang semakin keras, disertai teriakan panik.

“Kenapa dia bisa keluar?!”

“Maaf, Tuan! Saya lupa menonaktifkan sidik jarinya!”

“Dasar ceroboh! Tangkap dia hidup-hidup, cepat!”

Aksa menoleh sekilas, bayangan beberapa orang berseragam hitam mulai mengejar, bersenjata listrik di tangan. Satu tembakan mengenai dinding di dekat kepalanya, memercikkan api kecil. Ia menunduk dan terus berlari, lututnya hampir goyah.

Di ujung lorong, pintu logam menunggu, setengah terbuka. Dengan tenaga terakhir, ia menabraknya.

Pintu terbuka lebar, memperlihatkan ruangan besar dengan kolam berkilau hijau kebiruan. Di atas permukaannya, terparkir sebuah perahu otomatis. Desainnya futuristik, mengilap, dan tampak seperti kendaraan penyelamat. Di ujung kolam, terdapat pintu baja raksasa yang mengarah langsung ke lautan luas di luar sana.

Aksa melompat ke dalam perahu itu, tangannya gemetar mencari tombol kendali. Saat jari-jarinya menyentuh panel, mesin berdengung halus lalu menyala.

Namun, sirene kembali meraung. Lampu merah berputar, dan pintu baja perlahan turun, hendak menutup jalan keluar.

Tanpa berpikir lagi, Aksa menekan tuas percepatan. Perahu meluncur cepat. Whoosh! Menembus air dan berhasil melewati celah terakhir sebelum pintu benar-benar tertutup.

Begitu keluar ke lautan bebas, Aksa menoleh ke belakang. Dari kejauhan, ia melihat pulau tempatnya tadi berada. Sebuah pulau dengan bangunan menjulang di tengahnya. Tapi beberapa detik kemudian, pulau itu berguncang hebat.

Bum! Getaran dahsyat menjalar ke laut. Bangunan-bangunan runtuh, air berpusar, lalu seluruh pulau itu tenggelam perlahan ke kedalaman laut.

Gelombang besar menghantam perahu Aksa, membalikkan arah. Ia kehilangan keseimbangan dan semuanya berubah menjadi gelap.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Quora_youtixs
Aksa cepat banget jadi milyader seandainya semua orang bisa
2025-10-31 20:27:20
0
user avatar
Wijaya Kusuma
Masih penasaran dan pengen uang 100 triliun ...
2025-10-31 18:22:37
1
user avatar
Quora_youtixs
Orion jadi milyader
2025-10-29 20:27:23
1
30 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status