Share

Nyaman

Selama satu bulan ini Ezhar selalu menyampaikan laporan semua kegiatan Maira ,dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Dengan siapa ia pergi termasuk dengan selingkuhannya yang tak lain adalah dirinya. Dengan apa yang ia lakukan Ezhar kini menjadi orang kepercayaan Dion. Ia juga mengerti apa yang sebenarnya di rasakan Dion. Meski dalam selalu berbuat kasar kepada Maira, akan tetapi rasa cintanya masih ada untuk sang istri. Semua dapat Ezhar lihat dari bagaimana cara lelaki itu sangat marah dengan kelakuan istrinya.

Namun ia tak pernah bisa melihat betapa kesepiannya Maira, ia selalu sibuk mencurahkan semua cintanya hanya untuk istri keduanya.

Hampir setiap hari Ezhar harus beradu akting dengan Maira. Akting yang sangat sulit baginya, karena ada kalanya ia hanyut akan peran yang ia mainkan. Maira bahkan sudah menganggapnya seperti selingkuhannya yang nyata, setiap hari ia selalu bersikap manja padanya. Bahkan wanita itu tak pernah menolak jika Ezhar berakting melebihi batas. Dari sanalah mucul niat yang mungkin terdengar jahat bagi sebagian orang. Ezhar diam-diam mulai mempunyai perasaan terhadap Maira. Ia tahu bahkan sangat tahu siapa Maira itu? Tetapi hati kecilnya tak mau tahu semua itu. Rasa yang kian hari semakin subur itu tak lagi bisa ia bendung. Ia pun merencanakan agar Maira semakin menjauh dari Dion. Ia membantu semua keuangan keluarga Maira. Dengan berpura-pura mendapat bantuan dari mantan bosnya.

Toko sembako kecil-kecilan Ibu Maira kini di rubah menjadi sebuah minimarket, yang menyediakan segala kebutuhan masyarakat dari bahan sembako dan yang lainnya. Tadinya Ibu Maira menolak, tetapi dengan segala cara Ezhar berhasil meyakinkan Ibu Maira mau bekerjasama dengan mantan bosnya yang tak lain adalah dirinya dengan memberitahu jika sistem bagi hasil yang di terapkan sang bos dalam kerjasama ini. Bahkan ia juga membuatkan toko kue baru untuk Maira, dengan akal pintarnya ia juga mampu meyakinkan wanita itu agar mau bekerjasama. Dan tak lupa pengobatan Ayah Maira juga di tanggung olehnya dengan mengatasnamakan mantan bosnya. Ezhar juga sudah menyiapkan seseorang yang akan berperan sebagai mantan bosnya. Ia harus lebih menyakinkan Maira dan keluarganya agar mau menerima bantuannya.

πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹

Ezhar meminta izin untuk pergi  karena ada urusan sebentar, dan Maira pun mengizinkan. Ia mengendarai mobil pribadi Maira untuk menuju apartemen Roy. Ia juga menghubungi asistenya, Dani untuk datang ke sana. Sesampainya di sana Ezhar seperti biasa masuk tanpa permisi, dan seperti biasa pula Ezhar harus menyaksikan kegilaan sahabatnya itu dengan koleksi wanitanya.

"Sudah pagi bro, masih kurang," ucap Ezhar santai sambil mendaratkan bokongnya di kursi yang ada di dalam ruangan itu.

Roy menghentikan aktifitasnya, ia menoleh ke arah sumber suara. Wajahnya pun langsung masam ketika melihat siapa yang datang. Ezhar memang selalu menggagalkan kencannya yang belum selesai.

"Sial! Kau suka sekali menggangguku di saat yang tidak tepat!" umpat Roy sambil mengenakan bajunya.

Roy lalu mengajak Ezhar menuju ruang santai, dan membiarkan wanitanya mengenakan pakaiannya juga. Roy mengambil dua minuman dingin dari kulkas, dan melemparkan satu pada Ezhar.

"Ada apa?" Roy langsung bertanya.

"Aku butuh bantuanmu," ujar Ezhar.

"Hei bro ... kau mempunyai segalanya, wajah tampan, uang yang banyak. Apalagi yang kau butuhkan?"

"Aku ingin membantu majikanku," tutur Ezhar lirih.

Roy mengernyitkan kening,"Majikan? Apa aku tak salah dengar?"

"Iya, dia majikanku. Di korban dari kebidaban suaminya, aku tak tega melihat semua penderitaannya. Aku ingin membantunya bebas dari penderitaan itu."

"Dia?"

Roy mencoba menggali apa yang sebenarnya terjadi. Karena ia  mencium ada hal yang janggal. Ia sangat mengenal sahabatnya itu, tak mungkin ia bersimpatik pada seseorang seserius ini?

"Maira, dia wanita yang malang," ucap Ezhar penuh arti.

Roy tersenyum lebar mendengar jawaban Ezhar. Sekarang ia tahu apa yang membuat lelaki itu bersemangat membantu majikannya, "Maira ... pasti dia wanita yang sangat cantik," ujar Roy menggoda

Ezhar yang menyadari kejahilan sahabatnya menoleh, dan melemparkan minuman yang masih utuh itu ke arahnya. Dengan sigap Roy menangkapnya, "Gila lo bro, bisa ancur nih aset," ucapnya mengelus wajah yang menjadi aset untuk mendapatkan wanita.

Tok ... Tok ... Tok ... .

Ezhar bangkit dan membukakan pintu apartemen Roy. Ia tahu jika yang datang adalah asistennya. Dani sang asisten pun masuk dengan membawa sebuah koper yang berukuran besar ke dalam kamar Roy. Sedang Roy hanya terpaku melihat apa yang di lakukan sahabatnya itu. Ia juga bingung kenapa koper itu di bawa ke kamarnya.

"Sudah bosan menjadi supir?" tanya Roy asal.

"Ini perlengkapanmu untuk membantuku!" ujar Ezhar sambil membuak koper itu.

"Apa maksudmu?" Roy masih tak mengerti dengan maksud Ezhar

"Kau akan menjadi bos selama aku membantu majikanku?" terang Ezhar.

"Kau gila bro! mana bisa aku jadi bos?" protes Roy.

"Gajimu dua kali dari gaji sebagai bartender, dan kau bekerja tidak setiap hari hanya saat aku membutuhkanmu saja. Dan ingat tidak ada kata penolakan!" ujar Ezhar penuh perintah.

Roy mengangguk karena gaji yang di berikan Ezhar menggiurkan baginya. Selama menuruti keinginan sang bos besar itu tidak akan membuatnya rugi. Ia hanya ingin tahu seeberapa besar gaji yang di tawarkan sahabatnya itu.

"Baiklah semua akan di jelaskan Dani. Aku harus kembali, ingat kau harus selalu ada saat aku butuhkan. Kau tahu konsekuensinya jika kau macam-macam!" acam Ezhar sebelum meninggalkan apartemen Roy.

"Siap bos!" ucap Roy sambil memberi hormat.

πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹πŸ’‹

Maira nampak gelisah karena supirnya itu pergi lebih dari waktu yang ia berikan. Entah mengapa saat Ezhar menjauh, ia merasa ada sesuatu yang kurang. Padahal kedekatannya baru terjalin saat ia menjadikan supir baru itu menjadi selingkuhannya. Sebuah rasa yang sulit untuk di jelaskan pun selalu mengisi ruang di hatinya. Di dekat Ezhar ia merasa menjadi wanita yang paling bahagia. Meski semua perhatian yang di tunjukan Ezhar hanyalah akting, tetapi semua itu mampu membuat Maira bahagia. Nyaman ... mungkin itu kata pas untuk menggambarkan perasaan yang ia rasa untuk saat ini bersama selingkuhan pura-puranya. Maira terus mengembangkan senyumnya saat mengingat setiap dia di dekat Ezhar.

"Nyonya ... di cari nak Ezhar," beritahu mbok Rati yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Si mbok ... ngagetin aja," ucap Maira yang terkejut dengan kedatangan mbom Rati.

"Lagian si nyonya melamum terus, ngelamunin siapa, nya?" mbok Rati mulai iseng dengan majikannya.

"Akh ... si mbok, dah akh aku mau nemuin Ezhar dulu," Maira segera menghindar, ia takut apa yang ia pikirkan bisa di ketahui pembantunya itu.

Ia melangkah menuju halaman belakang rumahnya, di mana Ezhar sedang duduk di sebuah saung di tengah kolam ikan, beberapa buku koleksi Maira terlihat tertata rapi di rak buku di pojok saung itu. Tempat itu memang di buat karena permintaan Maira, yang menginginkan sebuah perpustakaan kecil di tengah kolam. Terlihat Ezhat sedang memenikmati secangkir kopi buatan mbok Rati.

"Kau mencariku, ada apa?" tanya Maira yang mendaratkan bokongnya di sofa samping Ezhar.

"Aku sudah menemui mantan bosku. Dia mau bertemu untuk membahas kerja sama denganmu," terang Ezhar sambil menyeruput kopinya.

"Benarkah! Baik atur saja waktunya. Aku sudah tak sabar terbebas dari Dion," ujar Maira antusias.

"Oke, apa aku boleh bertanya?"

"Apa?" Maira memutar badannya agar menghadap Ezhar.

"Apa kau masih mencintai Dion? Apa kau mrnginginkan rencana ini agar suamimu kembali?" Ezhar menghujani pertanyaan pada Maira.

Maira menutup mulutnya, ia tak menjawab pertanyaan Ezhar yang menurutnya sulit untuk ia jawab. Entah apa tujuan Maira merencanakan perselingkuhannya itu. Awalnya ia hanya ingin Dion merasakan betapa sakitnya di khianati, dan berharap masih ada cinta di hati suaminya itu. Tetapi ... apa yang ia rasakan untuk saat ini tak bisa ia ungkapkan. Rasa cinta untuk sang suami mulai terkikis dengan sendirinya. Sedangkan sebuah rasa muncul tanpa permisi, rasa yang masih samar dan tak berani Maira artikan.

"Kenapa diam? Masih mencintainya?" goda Ezhar.

"Aku tidak tahu. Rasa ini seperti sudah mati dengan sendirinya,"jawab Maira dengan menyenderkan kepalanya ke pundak Ezhar.

Ezhar memang harus terbiasa dengan sikap manja Maira. Meski hubungan palsu mereka baru seumur jagung, tetapi Maira selalu bersikap layaknya pasangan selingkuh yang sebenarnya. Dan semua itu membuat Ezhar semakin yakin dengan apa yang di rasakannya.

Bersambung.....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status