Share

Tulus atau Jebakan?

last update Last Updated: 2025-09-08 23:49:09

"Anda baik-baik saja?"

Luciana melirik sang pengacara yang duduk di sebelahnya. Mereka sudah berada di dalam mobil, yang kini mulai berjalan meninggalkan area pengadilan. Tentu saja, bukan Luciana yang menyetir, melainkan sopir Alexander.

Dia masih merasakan gejolak emosi karena sidang barusan. Sulit baginya fokus, apalagi menyetir. Dia kira, dia sudah cukup kuat untuk mengatasi semuanya, kenyataannya dia tetap hampir menangis. Emosinya masih belum stabil.

"Ya, aku tidak apa-apa. Hanya sedikit ... terganggu."

Luciana sedikit terisak. Dia menyeka air mata yang hampir menetes. Mencoba menyingkirkan semua ingatan tentang apa yang dikatakan Felix sebelumnya.

Perceraian ... ternyata bukan sesuatu yang mudah dilakukan.

"Saya tahu itu sulit, tapi Anda sudah melakukan yang terbaik. Kita tinggal menunggu untuk sidang kedua."

"Hmm."

Luciana hanya mengangguk pelan tanpa ada niat membalas. Dia enggan kembali menghadiri sidang. Dia akan menyerahkan sidang itu pada pengacaranya. Khawatir jika d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ambar Tanti
luci ini kan sdh lulus kuliah,pernah kerja,dan ktnya pintar,pernah nikah,jadi usianya pst sdh cukup utk menggunakan otaknya dgn baik..tp kenyataannya zonk..trnyt luci bodoh dlm segala hal
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hasrat Tersembunyi Iparku   Sesuatu yang Tersembunyi

    "Hei, ini Ibu! Ada apa denganmu?"Luciana melotot. Napasnya terengah-engah saat dia melihat ternyata orang yang ada di depannya adalah ibunya sendiri. Orang yang dia cari. Luciana melirik sekeliling, memerhatikan beberapa orang yang tampak terganggu karena teriakannya. Dia hanya meringis dan bergumam, "Maaf." Perhatiannya kemudian kembali tertuju pada sang ibu. Luciana menarik napas dan memerhatikannya. "Ibu mengagetkanku.""Huh? Justru kamu yang aneh. Kenapa kamu celingukan?"Luciana kembali melirik sekeliling. Tidak menemukan sesuatu yang aneh. Mungkin itu hanya perasaannya. "Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja.""Baiklah ...."Isabelle menatap ragu sang anak, tapi dia segera menggeleng dan menggenggam tangan Luciana. "Kalau begitu, ayo ikut Ibu!"Kali ini, Luciana tidak menolak. Dia mengikuti langkah ibunya yang mengajak duduk di salah satu kursi yang menghadap jendela. Dia memerhatikan sang ibu yang tampak sedikit lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu. Ketika matanya meli

  • Hasrat Tersembunyi Iparku   Tulus atau Jebakan?

    "Anda baik-baik saja?"Luciana melirik sang pengacara yang duduk di sebelahnya. Mereka sudah berada di dalam mobil, yang kini mulai berjalan meninggalkan area pengadilan. Tentu saja, bukan Luciana yang menyetir, melainkan sopir Alexander. Dia masih merasakan gejolak emosi karena sidang barusan. Sulit baginya fokus, apalagi menyetir. Dia kira, dia sudah cukup kuat untuk mengatasi semuanya, kenyataannya dia tetap hampir menangis. Emosinya masih belum stabil. "Ya, aku tidak apa-apa. Hanya sedikit ... terganggu."Luciana sedikit terisak. Dia menyeka air mata yang hampir menetes. Mencoba menyingkirkan semua ingatan tentang apa yang dikatakan Felix sebelumnya. Perceraian ... ternyata bukan sesuatu yang mudah dilakukan. "Saya tahu itu sulit, tapi Anda sudah melakukan yang terbaik. Kita tinggal menunggu untuk sidang kedua.""Hmm."Luciana hanya mengangguk pelan tanpa ada niat membalas. Dia enggan kembali menghadiri sidang. Dia akan menyerahkan sidang itu pada pengacaranya. Khawatir jika d

  • Hasrat Tersembunyi Iparku   Bukan Emosi Sesaat

    Hari persidangan. Akhirnya, setelah penantian yang cukup panjang, Luciana kini akan kembali berhadapan dengan pilihannya sendiri. Senin pagi itu cerah. Tanpa awan gelap dan cahaya matahari menyorot langsung ke bumi. Luciana sendiri berjalan masuk ke area gedung pengadilan bersama dengan kuasa hukumnya. Matthias tidak ada. Kebetulan hari ini, pria itu tidak bisa menemaninya karena sibuk meeting dengan klien dari luar negeri, di saat dia harus izin untuk menjalani sidang pertamanya. "Anda gugup?"Luciana menoleh. Melirik sang pengacara yang tersenyum tipis. Dia mengangguk. "Ya, ini pertama kalinya bagiku.""Itu wajar, tapi jangan khawatir, saya akan terus mendampingi Anda. Tetaplah berpegang pada keputusan Anda."Luciana mengangguk. Dia terus berjalan sambil memikirkan bagaimana rasanya setelah dia bercerai. Dia tidak sabar. Dia ingin bebas, karena dia sekarang sudah tidak lagi mencintai Felix. Hanya satu harapannya sekarang, sidang ini tidak akan berlarut-larut dan dia berharap F

  • Hasrat Tersembunyi Iparku   Sumber Kebahagiaan

    Luciana dan Matthias berjalan bersama di lorong kantor. Mereka menuju ke ruang kantor Matthias. Wajah Luciana diliputi rasa puas, lain halnya dengan Matthias yang kusut dan tampak menahan mual. "Luci!" Kimi memanggil. Luciana segera menoleh dan melihat wanita itu yang mendekat sambil memegang dokumen di tangan. "Kimi, ada apa?""Ah, ternyata Pak Matthias juga ada di sini. Aku mau memberikan ini, laporan dari kepala divisi marketing." Kimi menatap Luciana sebentar, lalu melirik Matthias yang wajahnya pucat dan tampak memegang erat bahu Luciana. Dia terlihat bingung ingin menyerahkan dokumen itu pada Luciana atau Matthias yang kini tampak tak baik-baik saja. "Oh, iya, terima kasih, Kimi."Sebelum sempat Kimi berpikir lebih lanjut, Luciana segera mengambilnya dan bersiap membawa Matthias ke ruangannya. "Tunggu!""Ya?" Luciana menoleh dan kembali berhenti. "Pak Matthias sepertinya kurang sehat. Kudengar kemarin kalian juga mengalami kecelakaan."Luciana spontan melirik Matthias yang

  • Hasrat Tersembunyi Iparku   Ngidam Pertama

    Keesokan harinya. Luciana dan Matthias duduk bersama di mobil. Mereka dalam perjalanan menuju kantor seperti biasa, tapi bukan mereka yang saat ini menyetir. Melainkan sopir suruhan Alexander yang datang menjemput. Sebenarnya, Luciana berencana berangkat sendiri ke kantor dan meninggalkan Matthias karena khawatir pria itu masih sakit, tapi Matthias tetap memaksa untuk masuk. Jadi tidak ada pilihan lain baginya. "Kenapa wajahmu lesu dan kusut begitu? Kau sakit?"Luciana terkesiap saat merasakan sebuah sentuhan ringan di pipi. Dia spontan melirik Matthias yang menatap penasaran, lalu menggeleng pelan. "Tidak. Aku tidak apa-apa.""Jangan berbohong. Kau jelas memiliki masalah."Luciana melirik sekilas ke arah sopir. Memastikan pria itu tidak mencuri dengar, sebelum dia melirik Matthias. "Ini soal semalam. Aku masih ragu dengan apa yang kamu katakan.""Kau ragu Richard berencana membunuh kita?""Matthias!" Luciana melotot panik dan hendak menegur karena pria itu bicara keras. Dia meliri

  • Hasrat Tersembunyi Iparku   Upaya Pembunuhan?

    Dini hari itu, tepatnya jam dua pagi, mobil berwarna merah muda berhenti di halaman rumah mewah. Sang empunya mobil turun dan menutup pintu dengan sempoyongan. Pandangannya kabur, sehingga menyulitkannya memasukkan pasword kunci rumah. Untunglah setelah dua kali usaha, pintu rumah terbuka. Dia menutupnya dan melempar heelsnya sembarang. Kakinya melangkah sempoyongan, beberapa kali nyaris menabrak barang karena kondisi rumah yang gelap. Namun berkat perjuangan yang sulit, dia berhasil mencapai pintu menuju kamarnya. Dia naik perlahan ke ranjang dan dalam kondisi cahaya yang minim, matanya melihat siluet seseorang berbaring. Berpikir itu suaminya, dia langsung ikut berbaring dan memeluknya. "Matthias, kamu tidur di sini? Kamu merindukanku? Kamu mencintaiku?" gumamnya dengan mata setengah terpejam. Dia menyusupkan dagunya pada orang yang dikira suaminya. "Sudah kubilang, kita tidak usah cerai. Kita saling mencintai.""Victoria? Itu kau?"Sebuah suara menyahut. Tubuh yang dipeluk Vict

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status