Share

Bab 4 Kita Bertiga

Penulis: Nyx Rai
Sudut padang Valerie:

Aku membuang puntung rokok ke tempat sampah tepat ketika pintu dibuka. Marcel berdiri di depan pintu, berjarak separuh panjang koridor dariku. Matanya berkilat sinis menatapku. Dia benci melihatku merokok.

Saat melihatku merokok, Marcel akan memelototiku, memarahiku, atau seperti ini ... berdiri jauh-jauh dengan raut jijik.

Merokok memang kebiasaan yang buruk, tetapi seorang wanita butuh sebuah pelampiasan untuk sakit hati di dadanya. Lagi pula, jika Alisa-nya yang rapuh cukup sehat untuk merokok, aku yakin Marcel juga akan mengikutinya.

"Jadi?" tanya Marcel sambil memasukkan satu tangan ke saku. Dia memelototiku sekali lagi sebelum akhirnya menghampiriku.

Marcel selalu bersikap seperti itu padaku. Dia memelototiku saat kesabarannya habis.

Aku memandangi wajahnya yang tampan dan dominan, seperti ketika Marcel menemukanku di hutan kala itu. Waktu itu, matanya berkilat jernih seperti bintang-bintang di galaksi. Kini, hanya ada kebencian di matanya. Dia menjentikkan jari untuk mengembalikan fokusku.

"Maaf ...," ucapku sambil menundukkan pandangan.

Aku mengambil surat cerai kami. Ketika Marcel mengulurkan tangan, aku sontak menghindar dengan panik. Kilat jijik seketika memenuhi matanya yang indah, seakan-akan berkata, "Sudah kuduga nggak akan semudah itu!"

"Ada ... ada satu yang ingin kutanyakan sebelumnya," ucapku. Aku berpura-pura tidak melihat tatapan menyakitkannya dan memfokuskan pandangan ke dadanya. "Kumohon ...."

Apakah akan membuat perbedaan jika aku hamil? Aku ingin menanyakan hal itu, tetapi aku tidak tahu caranya.

Aku menarik napas dalam-dalam. Begitu mendongak, aku melihatnya memutar bola mata sambil menghela napas. Marcel berkata, "Aku nggak punya waktu untuk permainanmu, Val."

Aku tahu aku sudah tidak punya kesempatan untuk bertanya. Aku mengangkat dokumen itu hanya beberapa sentimeter, lalu dia segera merebutnya dengan kasar hingga meninggalkan luka gores di ibu jariku.

Aku mengepalkan tangan, merasakan sakitnya. Luka itu tidak seberapa sakit jika dibandingkan dengan yang ditorehkannya di hatiku.

Marcel bahkan tidak menyadari lukaku. Dia langsung berbalik dan pergi.

"Aku mendengarmu. Ka ... kamu bilang kamu sudah menikah," ucapku dengan jantung berdebar.

Aku memperhatikannya perlahan berbalik. Aku tahu aku pasti terlihat seperti hewan piaraan menyedihkan yang memohon untuk dibawa pulang.

Namun, aku harus bertanya. Di titik ini, aku tidak tahu mana yang akan lebih menyakitkan. Secercah harapan ... atau tidak ada harapan sama sekali. Aku hanya ingin bertanya demi bayiku. Aku membohongi diri sendiri dan menunggu.

Marcel menjawab dengan nada acuh tak acuh, "Aku nggak mau memberinya harapan palsu."

Artinya, Marcel bukan bermaksud menolak Alisa. Seperti biasa, dia hanya memprioritaskan perasaannya.

Keinginannya untuk bersama Alisa hanya nomor dua. Yang terpenting, Marcel tidak ingin wanita itu terluka. Bahkan jika luka itu berasal dari harapan yang pupus.

Mulutku terasa pahit. Mungkin karena melihat senyum jelek di wajahku, alisnya berkerut kian dalam.

"Apa ...." Aku ingin bertanya, tetapi Marcel sudah berbalik lagi. Dia berhenti melangkah, kali ini terlihat makin jengkel.

"Bisa kamu sudahi omong kosongmu?" geram Marcel.

'Apa kamu akan sedikit saja merindukanku, kalau aku pergi dari hidupmu selamanya?' batinku.

Aku menatap pria yang telah kucintai selama sepuluh tahun terakhir. Air mataku keluar lebih cepat dari kata-kataku.

"Apa kamu bisa kirimkan suratnya ke Aurel setelah kamu selesai tanda tangan?" tanyaku, hampir menggigit lidah sendiri saat mengubah pertanyaanku.

Marcel langsung membalas, "Kenapa nggak bisa kamu ambil sendiri? Barang-barangmu ...."

"Aku akan mengambilnya dari rumahmu hari ini," potongku.

Faktanya, aku sudah melakukannya. Barang-barangku tidak banyak. Hanya sebuah iPad, paspor, dan beberapa helai pakaian.

Aku tidak menginginkan semua yang Marcel belikan. Barang-barang itu mengingatkanku pada Alisa.

Koper kecilku bahkan tidak terisi penuh. Marcel tidak sadar aku pergi dengan menyeret koper hari ini. Aku ragu dia akan menyadari sesuatu yang hilang malam ini.

"Apa rencanamu setelah ini?" tanya Marcel, tumben sekali penasaran dengan hidupku.

"Apa kamu benaran ingin tahu?" tanyaku balik. Jika benar begitu, mungkin ... mungkin kami masih bisa membesarkan bayi ini bersama meski sudah bercerai.

"Kenapa sulit sekali bicara denganmu?" ujar Marcel sambil melangkah pergi.

'Karena kamu nggak pernah benar-benar ingin bicara denganku,' jawabku dalam hati.

Aku mengawasi Marcel masuk ke bangsal Alisa. Air mataku akhirnya jatuh berderai.

'Maaf, Marcel. Aku nggak bisa memberitahumu tentang bayi ini. Itu hanya akan memperumit hidup kita bertiga,' batinku.

[ Aurel, aku sudah selesai. ]

Aku menyeka air mata untuk membaca pesan singkat yang kukirimkan.

Balasannya segera masuk.

[ Jemputanmu sudah menunggu di bawah, Yang Mulia. ]

Aku segera masuk ke mobil Aurel, merasakan dunia berputar di sekelilingku. Aku bersyukur tidak harus duduk di jalanan dan menjadi tontonan orang-orang yang lewat.

Aurel menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya meninggalkan rumah sakit. Setelah kami cukup jauh, dia menepikan mobil dan masuk ke kursi belakang. Aurel tidak bicara, hanya membiarkanku menangis tersedu-sedu di bahunya.

Sepuluh tahun. Setelah sepuluh tahun, cinta pahit manis ini akhirnya mati hari ini. Benar-benar akhirnya yang tidak memuaskan. Setidaknya, aku masih bisa pergi dengan sedikit martabat yang tersisa.

"Aku nggak sangka kamu benaran akan cerai." Dalam perjalanan ke bandara, Aurel mengamatiku sejenak, lalu berkata dengan setengah bercanda, "Aku nggak kaget waktu kamu minta batal pagi ini. Setidaknya nggak sekaget waktu kamu bilang rencana kembali dilanjutkan. Apa yang berbeda kali ini?"

"Aku hamil ...," ucapku.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
iinfadilah415
gilaaaa yaaa uda tau hamil tpi rokok an...malet bet bacanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 286 Hormati Kesepakatan

    "Nona Salim, senang bertemu denganmu." Okto membungkuk pada Val dengan sikap sopan, tetapi Val bersumpah dia melihat sekilas senyuman mengejek yang coba ditahannya saat dia menundukkan kepala.Apa-apaan ini? Okto adalah "pangeran misterius" yang akan diumumkan Keluarga Wibowo hari ini? Dia adalah putra dari Erawan Wibowo? Okto tahu kalau Val sedang menghindari ayahnya dan dia membantunya? Apakah Okto tahu tentang Nico? Apa arti semua ini?Begitu banyak kejutan meledak di kepala Val."Sudah lama nggak ketemu, Okto!" Alisa menyambutnya dengan senyum cerah, matanya berbinar penuh suka cita."Kami baru saja ketemu kemarin di gedung Tanzil." Okto membalas senyuman itu dengan antusiasme yang setara, kalau tidak lebih. "Mungkin kamu lupa karena waktu itu kamu cuma melirikku sekilas dan nggak berhenti buat ngobrol pas aku nyapa kamu. Nggak ngenalin aku, ya?"Alisa terkenal karena tidak pernah melempar senyum pada siapa pun, kecuali targetnya. Dia bersikap seperti malaikat di hadapan orang-oran

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 285 Pangeran yang Hilang

    Val mulai serius mempertimbangkannya sekarang.Dia tidak bisa menuntut mereka kalau mereka cuma menyaksikan kecelakaan mobil, seburuk apa pun itu, menyaksikan seorang ibu mati saat mencoba menyelamatkan bayinya. Mereka bisa dan Val yakin mereka pasti akan, mengklaim bahwa Erin memohon agar mereka menyelamatkan bayinya.Faktanya, itulah versi pertama dari "kebenaran" yang diceritakan oleh Joshua ketika Val mencoba mencari keluarganya sendiri.Namun, kalau mereka terlibat langsung dalam kecelakaan itu? Mungkin Val bisa menuntut mereka! Dengan catatan kalau Val bisa membuktikannya, sebelum masa kedaluwarsa penuntutan berakhir.Berapa lama batas waktu untuk kasus tabrak lari? Val tidak yakin."Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi waktu itu," tuntut Val, tetapi dia tidak bergerak meski tatapan Nyonya Wibowo mulai curiga, matanya tajam menelisik bisik-bisik mereka."Jangan maksa!" Aveline memperingatkan.Nyonya Wibowo menatap Val dengan mata penuh kecurigaan, begitu juga dengan semua o

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 284 Tabrak Lari

    Nenek mengatakan itu?Aveline jelas tidak mengetahuinya, berbeda dengan Alisa. Namun, Alisa juga tidak menyangka Marcel akan menyebutkannya di sini. Val sebenarnya merasakan keterkejutan yang sama ....Apakah Marcel sadar bahwa dia sedang menginjak lapisan tipis dari kebohongan Alisa?Namun, tak ada yang lebih terkejut daripada Nyonya Wibowo ...."Tunggu, bukankah kamu sudah mendapatkan pernikahan yang dijanjikan itu lima tahun lalu? Aku datang ke pernikahanmu!"Lima tahun yang lalu, tepat setelah dokumen perceraian resminya dengan Val selesai, Marcel menikahi Alisa dengan perayaan yang megah. Seluruh kota merayakan hari bahagia mereka, melupakan mantan Nyonya Tanzil yang dibiarkan membusuk dalam penjara.Val mengatupkan bibirnya, berusaha keras menahan senyum.Jadi, bukan hanya Alisa yang mengaku sebagai wanita Marcel di depannya, tetapi juga di depan semua orang? Seorang ibu yang penuh kasih, membawa putri kesayangannya untuk mengunjungi orang berpengaruh yang ingin mereka dekati set

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 283 Syarat dari sang Wanita Baja

    Nyonya Wibowo berbalik, mendorong lengan Aveline seperti seekor bulldog di atas ring. Diam-diam, Marcel melangkah maju dengan senyuman cerah, menghalangi Val darinya."Dia menolak datang hari ini hanya karena aku mengundangmu! Aku nggak menyangka dia benar-benar nggak datang, tapi ternyata benaran!" Nyonya Wibowo langsung melupakan Val. "Masalah sebesar apa yang membuatnya bahkan nggak mau bicara dengan cucunya sendiri yang begitu baik selama bertahun-tahun?"Marcel bahkan terhenti sejenak ....Bukankah Gloria melakukan hal yang sama kepada putrinya? Dia bahkan tidak datang ke pemakaman Erin. Sebenarnya, tidak ada satu pun anggota keluarga yang datang, atas perintahnya, tampaknya.Kata-kata itu juga menghentikan amarah Val sesaat ....Bertahun-tahun? Dia mengira Nenek mengusir Marcel hanya sebagai bentuk sikap, sebagian untuk memberinya kesempatan menantang dirinya sendiri tanpa nama Tanzil yang membuka jalannya. Namun, dia tidak menyangka Nenek benar-benar tidak berbicara dengannya se

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 282 Gloria yang Marah

    Acara ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Aveline. Yah, kecuali fakta bahwa dia yang menyelenggarakannya sebagai cara untuk menjilat Nyonya Wibowo.Nyonya Wibowo ada di sini untuk mengumumkan kembalinya si bajingan, putra dari Erawan Wibowo yang hilang, ke publik. Acara ini bukan untuk Aveline dan sudah pasti bukan untuk Val. Aveline sudah bersusah payah menjaga Val tetap jauh dari Keluarga Wibowo dan dia tidak akan gagal sekarang.Satu-satunya celah, hal yang terus-menerus dipikirkannya sejak melihat Val adalah ....Bagaimana Val bisa mendapatkan undangan?Untuk mencegah mimpi buruk terbesarnya menjadi kenyataan, Aveline bahkan tidak mengundang Keluarga Demian. Putri mereka adalah salah satu sahabat Val. Ditambah lagi, ada Adrian, yang tiba-tiba saja membela Val tanpa alasan.Mereka telah membuat hidup Keluarga Salim sulit di dunia bisnis. Mereka akan berperan besar dalam kejatuhan Rumah Z, yang keuntungannya bisa lebih dari dua kali lipat bisnis Keluarga Salim dalam beberapa

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 281 Nama yang Tak Boleh Disebut

    Setiap Natal, Aveline akan membawa Alisa dalam kunjungan "keluarga", di mana Joshua tidak ikut serta. Alasannya selalu berkaitan dengan bagaimana keluarganya tidak menyetujui pernikahannya dengan Joshua, yang dianggap berada di bawah standar mereka. Sementara itu, Val akan ditinggalkan bersama Joshua, dengan alasan untuk menjaga keseimbangan antara orang tua dan anak-anak.Jika itu benar-benar alasan utamanya, maka Aveline seharusnya tidak membawa Gerry bersamanya juga.Val dulu berpikir bahwa itu karena Alisa tidak menyukainya. Namun, sekarang dia tahu alasan sebenarnya di balik semua itu ....Dari bagaimana Aveline dan Alisa berusaha menjilat Nyonya Wibowo, sudah jelas bahwa mereka tidak ingin Val memiliki kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang berkuasa seperti ini. Terlebih lagi, sebagai putri Aveline sendiri.Bagaimana jika Nyonya Wibowo mulai menyukai Val? Kemudian, akan ada seseorang di "keluarga" ini yang benar-benar memperlakukannya dengan baik. Itu adalah hal yang haru

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status