"Cukup, perang dimenangkan oleh kita," ucap Duke. Aricia menoleh menatap Duke Victor dengan tatapan sendunya. "Aku ... aku akan mengobatimu," ucap Aricia sembari meraih tangan Duke.Duke Victor heran, bahkan ia tak menyadari jika ia sudah terluka dibagian tangannya. Bagi Duke luka ini tak seberapa. Ia pun hanya menatap Aricia yang menyembuhkan lukanya, setelah itu Duke mengarahkan tangannya pada puncak kepala Aricia. "Kerja bagus, Healer," ucap Duke sembari menatap Aricia.Aricia mengangguk. "Aku ... akan menyembuhkan yang lainnya," ucap Aricia kemudian menghampiri prajurit-prajurit yang terluka. Ia melakukan tugasnya sebagai healer, namun Aricia menyadari sesuatu. Luka yang ada tak kunjung menyembuh. Tidak semuanya tapi beberapa Prajurit mulai mengalami gejala yang aneh.[Penyakit baru telah ditemukan : Virus Anggrek][Quest bonus : Penakluk Virus][Ya/Tidak]Kedua mata Aricia membelalak sempurna. Panel misterius muncul di depan kedua matanya sebagai tantangan baru, Aricia tahu han
“Ini antidote, isinya air dengan campuran darahku, yang katanya bisa memurnikan dan aku bertaruh benda ini bisa melawan mereka.”"Tenanglah, lebih baik mati mencoba dari pada tidak sama sekali," ucap Aricia.“Cukup menduga-duganya, kau benar-benar gila!" bentak Duke. Aricia tersenyum simpul. “Baiklah kalau begitu aku akan jadi orang pertama yang menguji cobanya," ucap Aricia sembari beranjak berdiri. Kedua mata Duke membelalak sempurna. Sontak, ia tarik tangan Gadis bermata ruby itu. Perasaan terdalamnya tidak rela melihat Aricia berbuat nekat, ia tak mau Aricia dalam bahaya. "Apa yang ada dikepalamu, Aricia?!" tanya Duke berbarengan membentaknya.Aricia mematung, ini kali pertamanya Duke menyebut namanya bukan memanggilnya sebagai 'Healer' karena itu Aricia mengulas senyuman simpul. "Aku hanya mencoba membuktikan ucapanku," sahut Aricia. "Kalau begitu, kau pergi bersamaku," putus Duke. Belum usai Aricia hendak memberontak keputusan Duke. Pria itu menggengamnya erat. Aricia menata
Bunyi burung-burung bersiul pada pagi hari yang cerah. Aricia terbangun dibesok harinya, ia merasakan sekujur tubuhnya terasa pegal. Aricia mengucek kedua matanya kemudian beranjak berdiri dari ranjang kasurnya.Aricia menghela napas cukup panjang kemudian dia menyanggul seluruh rambut hitam panjangnya itu. Aricia membasuh wajahnya kemudian berkumur-kumur. "Tidak ada sikat gigi di zaman ini," gumam Aricia. Pikirannya mencari-cari akal namun buntu, akhirnya Aricia menggunakan buku apokrifa demi mendapatkan jawabannya.Ia duduk di pinggir ranjang kasur kemudian membuka buku itu. "Aku ingin tahu apa yang mereka gunakan untuk membersihkan gigi," ucap Aricia.Apokrifa memberi jawaban berupa tulisan yang muncul dari halaman buku. Aricia membawa berbagai alat yang digunakan untuk membersihkan diri, ternyata setiap kerajaan punya ciri khasnya sendiri. Helian menggunakan semacam kuas dari tumbuhan siwak, Plumeria sendiri lebih maju dengan membuat kuas seperti sikat kecil mirip sikat gigi dari
Tanpa adanya perbincangan, makan malam saat ini sunyi oleh suara manusia namun dentingan garpu dan sendok memenuhi riuhnya keheningan. Aricia dipaksa makan malam bersama Duke, meski saat ini Aricia hanya merasakan makan malam yang nuansa dingin. Secara tiba-tiba melalui pesan yang disampaikan dari Davis, seorang Duke Victor yang senantiasa sibuk hendak makan malam bersamanya, alhasil Aricia harus berpakaian rapi, bersiap-siap dengan cantik dan tentu saja melakukan mandi dengan rendaman rempah yang wangi.Aricia memandangi Duke yang sedang memotong daging asapnya dengan elegan. Ya, Pria itu memang anggun dalam tindakan kesehariannya sebagai bangsawan terhormat tapi ia cukup begis di medan perang. Aricia tahu dari desas-desus disekitaran mansion jika tuan pemilik mansion ini tak sengan-segan memenggal pengkhianat yang tinggal di tempat ini bahkan kabarnya Duke pernah kembali ke mansion membawa gagang pedang yang masih terdapat tangan seseorang.Aricia mendadak gugup kala Duke membalas t
"Apa ... apa yang sudah kau lakukan!" kedua mata Aricia membelalak dengan wajahnya yang merah seperti kepiting rebus. Aricia masih tak menyangka jika Duke melayangkan ciuman padanya, apalagi wajah Pria berambut pirang itu masih sama datarnya. Aricia jadi kesal karena itu ciuman pertamanya. Aricia memalingkan wajahnya karena kesal. "Kau mencuri ciuman pertamaku!" "Kalau begitu, aku merasa terhormat," sahut Duke. "Kau benar-benar gila," cibir Aricia. Duke melirik Aricia yang salah tingkah dan marah padanya, menurutnya Aricia menggemaskan. "Kau bisa mengatakan semua yang kau mau padaku," ucap Duke."Kau melakukannya dengan sengaja karena bercanda,""Aku menghargai setiap usaha kerasmu, setiap keinginanmu dan sikapmu yang bergerak mendahulukan orang lain daripadamu, sehingga aku anggap ... aku menyukaimu," Bunyi kembang api memecahkan keheningan lagi, sorak rakyat dan warna-warni kembang api di gelapnya malam. Festival indah ini dan malam ini, Aricia malah disuguhkan dengan ucapan Du
"Sebenarnya aku kesal karena serangga-serangga itu menganggu kencan kita," ucap Duke."Aku masih tidak habis pikir denganmu, Victor," celetuk Aricia dengan mendengkus kesalnya. Duke langsung meraih pinggang Aricia agar mendekatinya, ia menghirup cerukan leher mulus Aricia sembari berbisik. "Ini tugasku untuk melindungi rakyatku sementara tugasmu mendukungku." Duke berbisik.Aricia meremang, ia buru-buru menghindari Duke. "A-apa maksudmu?" elak Aricia. "Tugasku juga untuk membasmi serangga-serangga itu," sahut Aricia tak terima, karena ini Quest yang harus ia selesaikan demi menghindari pinalti yang buruk."Aricia ... berdirilah dibelakang, sembuhkan yang terluka dan berlindung," ucap Duke sembari menghadang gerombolan Serangga yang menyerbu. Duke Victor, keturunan dari naga api suci. Tidak ada yang tahu asal-usul kekuatan suci itu berakhir padanya namun kabarnya Duke terdahulu memiliki asmara dengan salah seorang keturunan Naga Api Suci kemudian berakhir memiliki anak haram, dia ada
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu?" tanya Aricia sendu sendiri. Ia mengambil kain di dahi Duke kemudian kembali merendamnya pada air dingin namun sebelum itu Duke mendekati pria yang pulas itu.Aricia mendekatkan dahinya pada dahinya Duke. "Panasnya sudah reda," ucap Aricia. "Kenapa kau menempeli wajahmu padaku?""Wuah!" Aricia terperanjat kaget sampai ia melompat mundur. Aricia heran menatap Duke yang menduduki dirinya diranjang sembari memengangi kepalanya. Pria itu mengeram sexy dengan suara serak khas bangun tidur. Aricia menegak salivanya sendiri sembari meletakkan kain kompresnya. "A-aku akan siapkan sarapan," ucap Aricia buru-buru keluar dari kamar Duke. Aricia memang meracau, Duke yang mendengar ucapan Aricia yang hendak membuatkan sarapan untuknya hanya bisa terkekeh seorang diri. "Dasar Healer yang payah," gumamnya. Pria itu pun kembali merebahkan dirinya sembari menatap langit-langit kamarnya itu.Ia teringat lagi kejadian yang lalu. Ia melihat sendiri Aricia menguarka
“Baik, Alphonse ... Aku ingin memberikan berkas laporan dari Duke Victor karena ia berhalangan hadir, Duke sedang sakit.”“Terima kasih sudah bekerja keras atas misimu Aricia.”“Bukan masalah Alphonse, juga demi kesetiaanku terhadap Duke.”Alphonse mendadak membuka kedua matanya dan menatap Aricia yang berdiri tak jauh darinya. “Boleh kuminta sesuatu?”“Apa itu?”“Kemarilah ...,"“Kemarilah," ucap sang Pangeran sembari beranjak duduk. Dia menepuk-nepuk bangku yang kosong disampingnya. Memerintah Aricia untuk duduk disana.Aricia pun mengikuti permintaan sang Pangeran. Dia duduk disana, kemudian sepasang iris violet Aricia terkejut ketika Alphonse Caleum membaringkan kepalanya diatas sepasang paha Aricia yang terduduk. “A-ah ... uhm ... Y-yang mulia?” Gugup Aricia.Pangeran Alphonse malah merebahkan dirinya dengan santai, dia kembali memejamkan kedua kelopak matanya. “Cuaca hari ini bagus bukan?” tanya Pangeran Muda itu kepada Aricia.Aricia membungkam, tindakan seperti ini tidaklah p