Sepuluh tahun lalu yang lalu para Iblis muncul dari Hutan Rimba menyerang seluruh Dunia dengan wabah penyakit hingga hanya tersisa tiga kerajaan besar yang bertahan. Kerajaan Plumeria merupakan kerajaan para penyembuh yang ditakuti para Iblis karena Bangsa Plumeria yang berhasil menyegel Iblis namun akibatnya ribuan Penyembuh tewas karena perang menyebabkan populasi para penyembuh berkurang. Plumeria kehilangan para penyembuh murni yang menjadi masalah dari Negeri ini. Menceritakan Aricia Ahinsa tewas mengenaskan kemudian hidup kembali dalam Negeri antah berantah menjadi seorang Healer (Penyembuh) legendaris yang memiliki kekuatan yang langkah. Aricia dipaksa oleh seorang Duke yang arogan saat baru pertama kali ia temui di dunia ini untuk jadi istrinya. Aricia yang menolak diperkerjakan jadi Healer sang Duke saat berperang, masalah Aricia tidak hanya menghadapi Duke yang dingin dan egois itu namun kedengkian dari Ratu Kerajaan asalnya, Ratu ternyata membenci Aricia namun menggunakan cara licik agar menjebak Aricia kembali mati meski gagal. Keika dijebak Ratu untuk belajar di Markas Penyembuh dan lagi-lagi Aricia mendapatkan masalah karena seorang perempuan yang bermata merah dianggap tabu untuk jadi seorang Healer meski begitu Tabib pemimpin markas yang mendidik Aricia secara langsung. Puncak masalah terjadi ketika Duke semakin obsesi terhadap Aricia yang membuat Aricia melarikan diri darinya yang mana masalah ini dimanfaatkan oleh Ratu Clara agar bisa mendapatkan pengorbanan Duke, sebagai hasutan dari Iblis. Aricia yang lamban laun mencintai Duke mencoba mengagalkan aksi Ratu Clara serta mengagalkan rencana Iblis untuk bangkit menghancurkan Dunia.
Lihat lebih banyak“Kabar baik, Oh ho ... kau membawa kekasih kali ini, ayo masuk nona manis,” ucap Tabib tua pada Aricia.Victor tersenyum canggung. “Paman, dia seorang Healer,” ucap Victor pada pamannya ini.Tabib tua itu menurunkan kacamatanya yang sudah retak itu. Dia memperhatikan Aricia dari atas hingga bawah. “Jarang sekali, matamu merah dan rambutmu hitam.” Tabib Tua itu terperangah pada Aricia.“Benar, Tuan,” jawab Aricia. “Masuklah, kita berbincang di dalam saja Anak muda,” ajak Tabib tua mempersilahkan masuk.Aricia memperhatikan ruangan rumah yang sederhana ini. Tabib tua ini adalah tabib handal di istana, mengherankan jika dia hidup dengan penuh kesederhanaan seperti ini. "jadi kalian ada perlu apa denganku?" tanya Pria tua itu.Aricia dan Victor saling berpandangan. "Kami mau bertemu Morpheus." Aricia berucap sembari mengikutsertakan Victor yang bersamanya. Aricia melirik Victor yang kala itu hanya diam memandanginya dengan tatapan tajamnya."Siapa Gadis kecil ini? hendak bertemu Dewa se
"Dia seperti sedang koma, ada tanda kehidupan tapi tidak ada kesadaran, kondisi seperti ini bisa karena penyakit atau kecelakaan tapi sulit bagiku percaya ... luka seperti ini bisa membuatnya koma seperti ini?" celetuk Aricia sembari melirik bekas luka pada Zumra. "Pasti ada sesuatu yang lain," ucap Duke Victor menatap langsung kedua mata ruby milik Aricia yang berkilau. Aricia mendadak mendeham karena canggung dengan tatapan tajam Duke yang senantiasa memandanginya itu. Bagaimana aku bisa bekerja dipandangi seperti itu terus? batin Aricia berceloteh sendiri. Alih-alih menemukan cara membantu Istri Pria Tua itu, Aricia malah bergulat dengan isi kepalanya sendiri. "Apa kau kesulitan?" tanya Duke Victor menghampiri Aricia. Sejenak Aricia terdiam sembari mengguman tidak jelas namun tak lama ia menjentikkan kedua jarinya. "Aha! aku tahu, harus bertanya siapa?!" jerit Aricia senang. Aricia pun beranjak keluar dari kediaman itu dengan Duke yang senantiasa mengekorinya. Aricia memejamkan
"Oh iya, benar juga, apa yang kau lakukan di Nariha?" tanya Duke Victor."Semula hanya ingin pelarian tapi mendadak menemukan seseorang yang harus aku tolong, seorang Elf yang terkena penyakit dari Iblis," jawab Aricia.Duke melototkan kedua matanya, kini ia beralih memengangi kedua bahu kecil Aricia. "Aricia, itu bukan perkara yang bisa kau selesaikan dengan mudah," sergak Duke. "Duke Ashkings, siapakah dirimu sebenarnya?" celetuk Aricia. "Ini rakyatmu, dia bagian dari Helian juga, bukan?" kedua mata ruby Aricia menatap menyalang. Ia memang tidak tahu cara menolong Wanita itu namun Aricia mengerti akan keinginannya.Duke menurunkan kedua tangannya yang semula memengangi pundak Aricia. Dia menyisir rambut pirangnya ke belakang dengan tangan kanannya sendiri, sembari menatap Aricia yang tetap keras kepala dengan keinginannya. Duke menyeringai puas usai menyaksikan tatapan Aricia dan wajah keras kepalanya yang menurutnya itu menggemaskan.Tangan kanannya meraih dagu Aricia. "Baiklah,
“Kalau begitu apakah aku bisa membantu Istrimu? Aku seorang Healer,” ucap Aricia menerkanya. Pria tua itu tersenyum haru. “Bagaimana Anda bisa tahu jika istriku sedang sakit keras?” Pria tua itu amat bahagia mendengar tawaran Aricia. “Healer merupakan orang yang sangat langka di Helian, biayanya mahal dan kami tak mampu membayarmu, Anak Muda.” Aricia menggeleng. “Ayo, bawa aku ke sana,” ucap Aricia. Kota Nariha, kota pesisir pantai yang hangat. Aricia tidak menyadari jika sepanjang perjalanannya menuju kediaman Kakek Tua itu jadi perjalanan yang ia sukai. Aricia jatuh cinta dengan lautan biru, pasir putih yang lembut dan desiran ombak yang merdu. Kereta kuda pengakut ini sampai pada jalanan luas yang kiri dan kanannya hanya hamparan tanaman gandum yang menguning. "Cantik sekali, kota ini," puji Aricia terpana melihat bangunan rumah yang dikelilingi tumbuhan bunga pada setiap rumah penduduk.Kakek Tua itu menghentikan kudanya. "Kita sampai di pinggir Kota Nariha, Nak." Kakek Tua it
"Tak heran jika jasa para Healer sangat fantastis karena para Healer harus membayar pajak besar dengan upah yang sedikit, mengingat para penyembuh hebat hanya ada di Plumeria." Davis melirik Aricia dengan tatapan yang sulit diartikan itu. "Kenapa?" ketus Aricia heran. "Belakangan ini aku juga sering melihat surat dari lambang kerajaan Plumeria, apa kau tahu soal itu?" tanya Davis. Aricia menggeleng meski Duke tidak pernah menceritakan prihal Ratu Clara padanya namun semua ini cukup aneh. Tak lama seorang Pria menawan mendekatinya dengan senyum lebarnya itu. "Aricia! Ya Tuhan apa kabarmu?" tanya Pria itu tak lain Ksatria Rever. Aricia tahu jika Ksatria ini selalu bersikap seolah-olah dia mengenal baik Aricia, masalahnya ingatan Healer Legendaris Aricia tidak membekas di Aricia alias Aricia Ahinsa dari dunia masa berbeda ini. “Kau mengenalnya?” tanya Davis berbisik. Aricia tersenyum canggung. “Tidak, tapi dia mengaku sahabat kecilku,” jawab Aricia tak kalah berbisik. Davis mengang
"APA!" jerit Aricia sembari beranjak berdiri dengan cepat, alhasil ia terjatuh dari tempat tidur sehingga bokongnya langsung menemui kerasnya lantai. Aricia meringis nyeri usai kecerobohannya sendiri tapi Pria bertelanjang dada itu jauh lebih mengejutkannya.Duke Victor terbangun sembari mengucek kedua mata birunya. Ia menatap Aricia dengan mata kantuknya. "Kenapa kau di lantai?" tanya Duke."Dasar bodoh!" bentak Aricia dengan wajah merah padam sembari melempar bantal gulingnya pada Duke Victor.Duke kembali merebahkan tubuh kekarnya itu. "Tidak perlu cemas, kemarin kau tidur duluan jadi aku juga ketiduran di sampingmu, bukan hal yang besar." Duke berucap sembari memiringkan tubuhnya kemudian menatap Aricia yang masih duduk ria di lantai. "Atau jangan-jangan, kau memang mengharapkan sesuatu terjadi diantara kita?" goda Duke dengan tampang datarnya."Cih, dasar gila!" bentak Aricia sembari beranjak berdiri. Aricia segera keluar dari ruang kamar itu, ketika menyadarinya ternyata Aricia
"Aku tahu kedudukanku wahai Dewa, tapi aku merasa dipermainkan atas ketidaktahuanku yang harus terbiasa dengan hidup dari Gadis Healer yang tidak bersalah ini," sahut Aricia berani."Lantas ... apa yang akan membuatmu sudi mengemban tugas ini, Wahai Anakku, Healer?" tanya seorang Wanita berambut hijau cerah.[Dewi Penyembuhan, Panacea][Entitas kuat berusaha membuat kontak jiwa dengan Player?][ya/tidak]Aricia menghela napas cukup panjang, ia tak menduga sosok Dewi hendak menjalin kontak jiwa dengannya. Semua ini pasti ada alasannya tersendiri. "Sejak awal kedatanganku pada dunia ini, Dewi Verdandy mendengar keluhanku atas ketidaktahuan ini sehingga untuk membalas budinya, aku akan mengikuti Dewi Verdandy," putus Aricia."Tapi kau menyangkalnya?" sahut Dewi Panacea.Aricia mengangguk memang semula dia menyangkal perkataan Dewi Verdandy. "Aku hanya merasa tidak adil oleh kematian Aricia Sang Healer legendaris ini harus digantikan olehku," ucap Aricia.Wanita berambut hijau itu mengula
"Aricia!"Aricia terkejut kala Pria bermata biru itu mendatanginya. "Bukannya kau sedang berpatroli?" celetuk Aricia."Benar, aku memang sedang bekerja," jawab Duke Victor.Aricia memutarkan kedua bola matanya dengan malas sembari memalingkan wajah kesalnya. Bucin kelewatan, batinnya. "Hari ini, kau tampak cantik," ucap Duke Victor sembari melangkah mendekati Aricia."Aku salut padamu masih bisa mengenaliku dengan penampilan seperti ini," sahut Aricia. Mengingat penyamaran warna mata dan rambutnya jadi berbeda. Ia meraih dagu Aricia agar Aricia menatapnya karena semula Aricia hanya memalingkan wajahnya. Aricia mendadak menatap Pria itu yang sudah duduk di depannya dengan ekspresi menyebalkan. Aricia semula ingin melakukan penelitian kecilnya mengenai dunia ini dan mencari tahu informasi mengenai dirinya namun tanpa disangka malah bertemu dengan Duke di kota."Aricia ... aku masih akan berpatroli, jadi kau mau ikut atau menunggu di Istana?" Duke Victor bertanya sembari menatap kedua
"Dengan membiarkannya kembali ke Helian, kau pikir ini bukan penghinaan bagiku?" "Aku sungguh tak menyangka, bangsawan rendahan itu berani menghinaku!" Ratu Clara yang cantik jelita itu menampaki raut wajah aslinya yang begis. Ia murka seorang diri di dalam ruangannya yang mewah dan bergemilang harta itu. Ia berbicara dengan cermin yang memantulkan bayangan dirinya. "Rever bahkan juga jatuh cinta padanya, sekarang Duke dingin dari Utara Helian itu pun sama, padahal apa bagusnya Tikus Got itu!" bentak Ratu Clara murka. "Yang Mulia, hamba melaporkan ... hari ini Healer Gracewill baru saja mendatangi Istana Helian," ucap Suara Seseorang dari luar pintu ruangannya. Pranggg! Ratu Clara melempar gelas kaca yang semula terletak di atas nakas meja. Napasnya menderu dan dadanya naik turun usai mendengar laporan itu. Ia bahkan diam-diam menyuruh orang suruhannya mengawasi Aricia dan kini Ratu Clara semakin dengki karena Istana Helian mengundang Aricia, ia tahu jika Aricia begitu dihargai
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.