Share

Episode 5: Apokrifa, Tulisan yang Tersembunyi

"Wahai Healer, katakan permintaanmu, aku Verdandy akan memberikan takdir saat ini yang kau inginkan," ucap Wanita itu kemudian berubah jadi cantik jelita dengan rambut peraknya yang tergerai panjang itu. Dia salah satu dari ketiga dewi Norn. 

Kedua mata ruby Aricia membelalak sempurna. "Apa kau membual?" celetuk Aricia. 

Wanita itu tertawa mendengar Aricia. "Haha, Healer ... kau lucu sekali," kekeh Wanita itu.

Sebuah panel muncul di hadapan Aricia. Seperti kata Wanita itu jika dia seorang Dewi masa kini, Verdandy. Kekuatannya sihir waktu dan regenerasi. Seperti kekuatan Dewa pada umumnya, dia benar-benar dewa, batin Aricia. 

"Jadi apakah kau sudah menentukan apa yang kau inginkan dariku? katakanlah keinginanmu, harta, takhta atau kekuasaan," tanya Dewi Verdandy pada Aricia.

Aricia tidak membutuhkan senjata dan kekuatan mandraguna. Ia hanya ingin pengetahuan mengenai dunia ini dan juga hidupnya. "Begini Wahai Dewi, aku seorang manusia yang tiba-tiba saja bangun di dunia ini ... aku tak membutuhkan kekuasaan, kekuatan dan harta tapi aku hanya ingin pengetahuan mengenai dunia ini," ucap Aricia.

"Menarik," sahut Dewi Verdandy. "Jadi kau manusia dari inkarnasi waktu yang lain, sayangnya aku tidak tahu siapa yang membuatmu bereinkarnasi di dunia ini," ucap Dewi Verdandy.

Aricia mengangguk. Ya wajar saja sih, batin Aricia. 

"Tapi aku akan memberimu keinginan yang kau inginkan, wahai Healer." Wanita itu berucap sembari menjentikkan jemarinya kemudian sebuah sebuah buku pun muncul. "Setelah mengucapkan pertanyaan, sebuah jawaban akan tertulis disetiap lembar buku ini," ucap Wanita itu seraya menyerahkannya pada Aricia. 

Aricia meraih buku itu dari Dewi Verdandy, Sebuah buku bersampul dari kulit yang mengkilap. Aricia menyentuh permukaannya kemudian membuka buku itu. "Buku apa ini?" tanya Aricia.

"Buku yang kau inginkan, hanya pemiliknya yang bisa melihat isi tulisan itu dan buku itu yang bisa menjawab pertanyaanmu," jawab Dewi Verdandy. 

Aricia menatap buku itu kemudian seperti biasa panel muncul di hadapannya menampilkan informasi dari buku itu sebagai item langkah. Buku Apokrifa, Tulisan yang Tidak jelas. Aricia tersenyum sendu kemudian memeluk buku itu dengan erat. Kini secerca harapan kembali muncul usai merasa putus asa. 

"Terima kasih, wahai Dewi," ucap Aricia. 

Dewi Verdany mendekati Aricia kemudian menyentuh pipinya dengan perlahan. "Aku dengan senang hati mendengar keluh kesahmu, wahai Healer, jaga selalu hatimu yang senantiasa bercahaya dengan terang ini kelak hanya kau yang sanggup berdiri menghadapi Sang Iblis," ucap Dewi Verdandy kemudian perlahan-lahan lenyap menjadi percikan cahaya yang samar. 

"Di sini, kau ternyata," ucap Davis. Pemuda itu baru tiba dengan napas tersenggal-senggal, tampaknya dia kelelahan karena berlari-lari mencari keberadaan Aricia. "Kau menghilang tanpa jejak, sehingga Duke jadi murka," ucap Davis memberitahu Aricia.

Kedua mata Aricia membelalak. "Apa? kenapa Duke harus murka?" tanya Aricia terkejut.

"Itu karena dia takut Healer kesayangannya melarikan diri," jawab Davis ketus. "Ayo, cepatlah kembali jika tak mau isi Mansion jadi abu," ucap Davis.

Aricia mengangguk kemudian berjalan mengikuti Davis. Semula Aricia hanya mau menenangkan diri tapi ia malah bertemu Dewi Verdandy. Sebenarnya Aricia juga tidak betah di Mansion karena para pelayan yang dengki padanya dan Duke yang selalu mengajaknya menikah.

Aricia tba di Mansion saat hari menjelang senja. Ketika pintu Mansion terbuka, hanya ada keheningan dan hawa yang dingin. Tidak ada Pelayan yang berlalu lalang kecuali helaan napas Davis yang terdengar dikeheningan Mansion ini. 

"Kenapa? di mana semua orang?" tanya Aricia heran.

"Tidak ada yang berani keluar saat Duke murka, dia akan sangat menyeramkan saat marah," jawab Davis menghantar Aricia ke depan sebuah ruangan. "Masuklah, Duke sudah menunggumu." Davis berucap sembari mendorong Aricia masuk ke dalam ruangan itu.

"Tunggu, Davis!" teriak Aricia namun terlambat karena Davis sudah menutup pintu itu lebih dulu.

Aricia membalikkan tubuhnya. Ia mendapati Duke sedang duduk di depan meja kerjanya. Pria itu tak memerdulikan Aricia melainkan sibuk membuka halaman dari gulungan dokumen yang ada di atas meja. "Anu ... Duke, aku hanya mencari angin," ucap Aricia.

Duke mengabaikan ucapan Aricia karena ia masih membaca gulungan dokumen. Aricia menghela napas menatap ulah Pria itu. Jadi dia sedang merajuk ya? merepotkan, batin Aricia mengeluh.

Aricia berjalan mendekati meja Duke Victor kemudian menatap Pria yang masih mengabaikannya itu. "Aku minta maaf karena aku hanya bingung pada kehidupanku sendiri, tidak bisakah Anda memaklumiku?" celetuk Aricia gantian bernada dingin.

Duke meletakkan pena bulu angsanya. Ia menanggah menatap Aricia. "Kau harus tahu betapa pentingnya dirimu untukku," sahut Duke sembari beranjak berdiri.

"Apa yang penting dariku untukmu?" Aricia bertanya balik. 

Duke mendekati Aricia kemudian meraih pinggang rampingnya agar mendekat pada tubuh kekar dan besarnya itu. Tangan Duke yang besar mampu menggengam pinggang Aricia. "Aricia Anahita Gracewill, bukankah aku sudah jelas? aku ingin kau jadi istriku," ucap Duke.

"Jadi istrimu atau sekedar jadi Healer yang mengabdi seumur hidup padamu?" terka Aricia.

Duke tersenyum miring. "Instingmu cukup tajam tapi aku memang mau mempersuntingmu," jawab Duke.

"Oh, wahai Duke Victor Frederic Ashkings, katakan saja keinginan aslimu," ucap Aricia.

Duke justru tersenyum puas melihat tatapan Aricia yang menajam padanya. Aricia yang berada di depan dirinya saat ini membalas tatapannya tanpa rasa takut. Ia memang Healer berbakat dari era masa kini, yang mungkin hanya ada satu-satunya di dunia ini. 

"Benar, jadilah Healerku, sembuhkan aku dan bantu aku untuk selalu membawa kemenangan untuk Helian," ucap Duke Victor kini tangan kirinya meraih dagu Aricia. 

Aricia sebenarnya sejak awal mulai tahu motif asli Pria ini. Pernikahan bukan hal yang sulit untuk seorang Duke mendapatkan pengantinnya tapi memilih Aricia dari kerajaan jauh, bukan seorang bangsawan berpangkat dan juga sebenarnya sudah tewas membuatnya yakin jika Duke mengincar sesuatu darinya. 

"Jadi Anda tak harus menikahiku," ucap Aricia karena pernikahan akan mengikatnya seumur hidup. Aricia tak akan lagi bebas. "Aku menawarimu pilihan lain selain menjadi istrimu Duke karena aku belum siap memiliki anak," tegas Aricia.

"Katakanlah," perintah Duke.

"Anda bisa mengupahku untuk jadi Healer selama Anda berperang," ucap Aricia.

Duke langsung terkekeh sendiri. Ia kalah menaklukkan Aricia yang gigih menolaknya. "Kau baru saja menolak Pria yang paling ingin dikencani oleh seluruh Kerajaan," ucap Duke.

Dasar narsis, batin Aricia ketus. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status