Beranda / Fantasi / Healer Kesayangan Sang Duke / Episode 4 : Takdir Masa Kini

Share

Episode 4 : Takdir Masa Kini

Penulis: Arta Pradjinta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-09 22:57:18

"Apa maksudmu? semua isi di kamar ini jadi milikmu, Duke bahkan bilang jika perlu sesuatu tinggal katakan padanya," ucap Davis ketus. 

Aricia mengangguk sembari tersenyum sekenanya. "Terima kasih," sahut Aricia.

Davis memutar kedua bola matanya malas sembari menghela napas. Ia pun beranjak meninggalkan kamar yang Aricia tempati tanpa kesan yang ramah. Bunyi pintu yang ditutup cukup kasar juga mengejutkan Aricia. Aricia sampai mengedip-ngedipkan kedua mata merah lembayungnya.

"Kurasa di kehidupan sebelumnya aku juga sering diperlakukan lebih buruk dari Davis," ucap Aricia seorang diri. Kedua bahu Aricia menaik bersamaan seolah tak perduli. "Ya, kita tak bisa memilih orang-orang untuk menyukaiku semudah itu, jika muda maka aku akan sangat populer," kekeh Aricia di saat-saat seperti ini masih bisa bercanda dengan santai, padahal Aricia hanya menghibur hatinya yang resah, mentalnya yang letih dan kepalanya yang banyak pikiran itu.

Aricia pun menghidupkan pelita kemudian meletakkannya di atas nakas meja. "Tubuhku gerah, lebih baik aku mandi," ucap Aricia kemudian bergegas membuka pintu kayu ukiran bunga lily. Ia menatap bak mandi dari kayu dan keran air yang tak biasa karena bisa keluar jika sembari menaik turunkan tuasnya. 

Usai membasuh diri dan berganti pakaian. Aricia membaringkan diri ke ranjang kasur besar itu. "Rasanya empuk, nyaman dan layak pakai," gumam Aricia sembari berbaring telentang. Aricia teringat dengan panel misterius yang muncul. "Eh, iya, kemana perginya panel seperti gim itu?" celetuk Aricia.

Ia pun berpikir keras karena panel itu tak kunjung keluar. Aricia mulai mengingat-ingat gim yang pernah ia mainkan, siaran televisi maupun novel yang pernah ia baca. "Aha! keluarlah!" jerit Aricia, dan benar saja. Sebuah panel pun muncul di depan pandangannya. 

Rincian yang sangat lengkap mengenai dirinya mulai dari kemampuan, bakat spesial, kemampuan fisik dan kelemahannya. "Aneh ya, aku tidak memiliki kelemahan?" tanya Aricia sembari memerhatikan panel itu. Rincian kekuatannya ada di level 99 untuk sihir healer, kemudian yang terendah kemampuan fisiknya di level 12. 

Aricia semakin bingung karena sibuk bergulat dengan pikirannya sendiri, ia tak sadar malah langsung terlelap tidur. Besok paginya Aricia terbangun di kala fajar belum menampaki cakrawala. Hari masih terasa sejuk dan langit masih gelap. Aricia keluar dari kamar kemudian menuruni tangga. Ia membuka pintu mansion kemudian duduk di salah satu anak tangga untuk menikmati udara dingin pagi hari. 

"Healer, pagi juga bangunmu?" celetuk seseorang.

Aricia terkejut kemudian menoleh mendapati Duke sedang berdiri diambang pintu dengan jubah tidur tebalnya, kemeja putih dan celana kainnya. Aricia kembali menoleh ke depan untuk menanti mentari yang hendak terbit. "Aku menanti matahari terbit," sahut Aricia. 

"Kenapa kau menanti matahari terbit?" tanya Duke bernada dingin tapi penasaran.

"Bagiku mentari terbit selalu menjadi tanda dari kehidupan yang akan dimulai, aku selalu berharap hidupku masa kini dan masa depan akan lebih baik dari pada masa laluku," jawab Aricia.

Duke pun membuka jubah tidurnya kemudian menyampirkannya pada kedua bahu Aricia. Ia ikut duduk di samping Aricia sambil sama-sama menyaksikan mentari terbit. "Menarik, kau Healer yang cukup gila untuk mengangumi dewi Verdandy," ucap Duke Victor. 

Sebelah alis Aricia menaik. "Siapa Dewi itu?" tanya Aricia.

"Dia itu dewi masa kini, biasanya Healer yang menggilai ilmu pengetahuan akan meninggalkan kepercayaan ini karena ilmu yang membuatnya sombong," jawab Duke. Pria itu terkekeh pelan. "Tapi secara mengejutkannya justru kau mempercayai takdir," ucap Duke Victor.

Kala mentari menaiki cakrawala Aricia kembali menoleh menatap berkas cahaya indah dari mentari. "Seperti apa aku dulu?" tanya Aricia dengan sendu. Kenyataannya ia terdampar di tubuh yang tak ia ketahui di dunia antah berantah pula. 

"Healer angkuh yang berkepala besar karena menguasai semua jenis sihir penyembuhan, kau legendaris tapi kau juga yang tak percaya keberadaan Dewi dan Iblis," ucap Duke Victor. 

Aricia terkekeh geli karena merasa Duke berwajah serius ini malah cukup banyak tahu darinya, terlepas ia tahu hanya dari desas-desus penduduk kerajaan. "Serius? Anda kukira orang serius yang hanya sibut dengan siasat perang, ternyata Anda suka juga dengan rumor seorang Healer rendahan seperti saya," canda Aricia dengan nada menyindir.

"Tajam juga lidahmu." Duke Victor berucap sembari beranjak berdiri. "Kalau begitu aku menantikan persetujuanmu dengan lamaran pernikahanku," ucap Duke Victor menatap Aricia dengan kedua mata biru dinginnya itu.

"Aku menolaknya," sahut Aricia ketus.

"ya, ya, ya bangun saja benteng kokohmu itu, kelak kau akan bertekuk lutut oleh cintaku." Duke Victor berucap sembari beranjak pergi masuk ke dalam Mansion.

Aricia mendecih pelan sembari beranjak berdiri. "Seperti sudi saja aku menerimanya," ucap Aricia. 

Ketimpangan jadi hal yang Aricia pelajari saat pertama kali berada di dunia ini. Ia sadar jika ia hanyalah Healer buangan karena jika bukan karena bakatnya, para pelayan bahkan tak akan berani menatap kedua matanya secara langsung tapi pagi ini karena Aricia berjalan melintasi dapur, ia mendengar hinaan para pelayan kepadanya. 

"Healer itu sama seperti kita, masyarakat pinggiran yang naik derajat karena ilmu sesat," cibir Pelayan sembari memasak. 

"Ya, dia itu Healer gila, kenapa Duke mau menerimanya ke Mansion ini?"

"Apalagi jika bukan karena ia memakai sihir pemikat pada Duke."

Aricia tak jadi melintasi dapur melainkan diam di depan pintu sembari menguping perbincangan mereka. Aricia mendengar hinaan tentang dirinya dan juga rumor yang dibincangkan oleh Para Pelayan itu. Aricia gantian menatap sendu. Hinaan di dunia asalnya dan dunia ini masih sama-sama kejamnya. 

"Kurasa dewi masa lalu, kini dan masa depan sama-sama mengutukku," gumam Aricia kemudian berlari meninggalkan Mansion. 

Kedua pandangan mata merahnya sendu. Ia berjalan keluar dari perkotaan hingga berada di luar gerbang perbatasannya, sayangnya Aricia berjalan sembari melamun sehingga ia baru sadar jika mendapati dirinya ada di sebuah hamparan padang rumput nan luas seorang diri.

"Aku ... di mana?" tanya Aricia seorang diri. 

"Tolong, tolong aku!" teriak suara seorang Wanita.

Aricia langsung bergegas mencari sumber suara teriakan itu. Aricia mendapati seorang wanita yang terkena gigitan ular. Ia pun bergegas mendekati kaki Wanita itu kemudian mengikat bagian atasnya dengan sobekan ujung gaunnya agar racunnya tak menyebar. "Nona, aku memang Healer tapi aku hanya Healer pemula," ucap Aricia. 

"Tolong, bantu aku," ucap Wanita itu.

Aricia pun dengan ragu mengulurkan kedua tangannya. Kedua matanya terpejam. Tak ada salahnya jika dicoba, batin Aricia. "Kumohon, sembuhkan luka dan racunnya," ucap Aricia dengan asal tapi berkas cahaya terang keluar dari kedua tangannya. 

Luka di kaki Wanita itu sembuh dengan sempurna. Wanita itu tersenyum pada Aricia. "Wahai Healer, katakan permintaanmu, aku Verdandy akan memberikan takdir saat ini yang kau inginkan," 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 73 : True Ending

    "Sungguh? bagaimana diriku saat itu?" tanya Victor dengan santai."Anda ... salah satu cara keabadian dari Iblis yang gagal didapatkan," jawab Aricia. "Aricia kau tahu, aku benci dongeng ...," ucap Pria itu segera Aricia sela."Dan aku mencintaimu, di versi apa pun itu!" jerit Aricia sembari memundurkan langkahnya. Kedua matanya membelalak karena menatap hal yang tak dapat ia percayai, ia baru saja mengungkapkan perasaannya karena rasa rindu menghantui dirinya. Aricia terisak sendiri. "Aku menderita karena harus berpisah darimu meskipun semua ini karena kebodohanku," ucap Aricia. Aricia berlutut sembari terus terisak. "Meski kau menipuku, memakai wujud dan rupanya, berbicara dengan suaranya, tapi ... aku ....," ucap Aricia tertahan. Ia menyeka air matanya sendiri. "Kau tetap licik, menggunakan penderitaanku untuk menjebakku Iblis!" bentak Aricia. Wajah Aricia menanggah, ia menatap sosok Victor Katsh Braun yang sedang menyeringai tipis padanya. Bagaimana Aricia baru bisa menyadariny

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 72 : Gagal Abadi

    "Memangnya kenapa?" "Jika benar maka kau tak dapat luput dari hadapanku,""Ya, kenapa?""Demi membuktikan jika dongeng turun temurun itu benar maka jika Healer Gracewill bereinkarnasi maka keluarga Katsh Braun bertanggung jawab atas keselamatannya," "Tidak perlu,""Kalau begitu bagaimana jika kita menikah saja?""Apa katamu?!" kedua mata Aricia melotot sempurna. Sudahlah kembali pada hidup yang tak diinginkan tapi ia dijebak lagi untuk menikah dengan Victor lagi. Sejenak saat itu Aricia terdiam, dia pernah menolak Victor meski bertolak belakang dengan perasaannya. "Beri aku waktu untuk memikirkannya," ucap Aricia. Victor Katsh Braun mengangguk. Ia beranjak berdiri untuk pergi dari ruang perawatan ini. Pria itu sempat menatap Aricia sejenak. Samar-samar benaknya menampilkan kilas sosok wanita yang mirip dengan Aricia meski ia sendiri yakin belum pernah bertemu dengan Aricia. "Tuan Braun?" tanya Aricia menatap Pria yang melamun di hadapannya itu.Victor menggeleng. "Maaf, aku akan p

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 71: Kehidupan Tak Diinginkan

    "Aku mengenalmu, jauh sebelum kau bertemu denganku," ucap Aricia. Perasaannya bergemuruh tentu saja, sosok lelaki yang membuatnya cinta setengah mati dan juga membuat Aricia rela mengorbankan dirinya. Aricia sendiri meragukan arti perasaannya pada Victor tapi saat kehidupan itu ditinggalkan kemudian kembali, justru Victor kembali hadir pada sosok Pria ini.Victor Katsh Braun hanya memandangi Aricia dengan heran. Dia tak kenal Aricia sebelum Erika yang mengenalkan Gadis yang hendak bekerja sebagai perawat neneknya itu. "Jangan menatapku begitu, kau seperti orang patah hati padahal aku baru pertama kali bertemu denganmu," ucap Victor dengan nada dingin meskipun suaranya berat. "Lantas kenapa?!" sahut Aricia menginggikan suaranya. "Kenapa? apakah kau mau uang untuk membalas budi jasamu?" sahut Victor tak mau mengalah. Aricia malah menatap geram Victor. Di dunia yang ia kenal, Victor Frederick Ashkings memanglah pria yang arogan. Seharusnya ia terbiasa tapi ini dunia asalnya. Bagaimana

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 70 : Reset

    [Sistem akan melakukan reset pada protagonis]"Eh? apa maksudnya? apakah aku selesai?" tanya Aricia yang bergumam dalam kehampaan itu. Aricia terdiam mendapati dirinya di ruang hampa. Aricia menatap keheningan semua ini. Ia seorang diri kemudian beranjak berdiri. "Aku di mana?" Aricia bergumam seorang diri. Aricia menatap cahaya-cahaya yang berkilau ke sekitarnya kemudian berkumpul membentuk sosok seorang wanita yang bercahaya. Aricia bahkan tak bisa melihat jelas rupa wajahnya. "Siapa kau?" tanya Aricia."Aku selama ini membimbingmu," jawab Wanita itu.Kedua mata Aricia membulat sempurna. "Kaukah Sistem?" Aricia menunjuk Wanita itu. Sang Wanita hanya mengangguk pelan. Sekujur tubuhnya hanyalah cahaya, sampai ia mendekati Aricia kemudian menyentuh pipi kanannya. "Kau memilih Ending yang menyakitkan dirimu sendiri, Aricia." Sang Wanita berucap sembari membelai wajah Aricia. "Kalau begitu, apakah semua orang yang mengenalku sudah melupakanku?" tanya Aricia bernada sendu. Ia memikirkan

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 69 : Protagonis Utama Yang Mati

    "Kalian datang berdua?" Ratu Clara bertanya dengan nada angkuhnya. Ia duduk di singasana hitam, istana yang sudah suram dan banyak monster besar yang menjadi bawahannya. Sekejab mata, Plumeria yang putih sudah jadi gelap. Aricia berdiri di sebelah Victor, Duke yang seharusnya tak perlu bersikap sejauh ini. "Aku berniat mati sendiri, asal kau tahu." Aricia berceletuk sembari tersenyum kecil. "Katakan, bagaimana cara memulihkan semua kekacauan yang kau buat, bedebah!" bentak Aricia yang langsung merubah raut wajahnya.Ratu Clara tertawa terbahak-bahak. Ia menertawakan Aricia yang berani menantang mautnya sendiri. "Clara sudah tiada, aku baru saja melahap habis jiwanya seperti yang ia inginkan ... dia hanya mau kematianmu!" bentak Ratu Clara sembari menuruni singasananya. Aricia langsung waspada. "Victor, aku tak mau kau yang berkorban," tegas Aricia.Duke Victor tertegun mendengar ketangguhan Aricia. Seorang Wanita yang berdiri lebih dulu di depannya bagaikan ksatria yang tangguh. Sek

  • Healer Kesayangan Sang Duke    Episode 68 : Takdir Masa Depan

    "Tabib Agung ... Helian memberi sinyal meminta bantuan!" "Victor!" teriak Aricia panik. Ia mengabaikan deretan para bangsawan yang menatap Aricia. Saat itu Aricia merasakan jika tangannya digenggam oleh Tabib Agung Gilovich. Aricia langsung menoleh mendapati wajah cemas dari Pria Tua itu. "Guru, anggaplah aku manusia dari antah berantah ... yang telah siap mati," ucap Aricia tersenyum lembut. Tabib Agung Gilovich menggeleng. "Belati itu masih bisa menyegelnya tapi kekasihmu jadi kunci keabadiannya," sahut Pria itu."Aku tahu, aku tahu." Aricia menurunkan tangan Sang Tabib. "Aku tak akan mengambil takhta, aku tidak tahu apakah aku masih hidup usai berhadapan dengan Ratu kalian ... sebaliknya, carilah garis keturunan yang aku yakin masih ada," perintah Aricia dengan suara mengalun lembutnya. Aricia keluar dari Markas Penyembuh. Ia menghela napas, terasa penat karena semuanya tak kunjung usai. Aricia berhenti di depan gerbang Plumeria. Ia merasakan angin senja berhembus pelan membelai

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status