June Hanson terpaksa menghabiskan malam yang hangat bersama seorang pria yang baru ia kenal. Ia hanya tahu nama depan pria itu, Drake. Ia bersumpah, suatu hari nanti akan membalas dendam pada pria yang menidurinya malam itu dan pergi tanpa pesan. Namun, June kehilangan jejaknya. Setahun kemudian, takdir mempertemukannya kembali dengan Drake. Namun betapa terkejutnya June ketika mengetahui bahwa Drake adalah CEO di tempat kerjanya yang baru. Drake Burton, begitulah namanya. Dan yang paling menyebalkan, Drake tidak ingat pada June sama sekali. Saat Drake mulai bersikap lembut pada June, takdir mempertemukannya dengan Alarick Joseph, pria misterius bermata abu-abu yang menyelamatkan nyawanya dari kecelakaan. June sama sekali tidak tahu bahwa ia sedang berurusan dengan dua pria yang berbahaya. Sang raja naga dan sang alpha werewolf. Kejadian-kejadian aneh membuat June tersadar bahwa ia telah terjebak dalam sebuah peperangan yang telah dimulai sejak ribuan tahun lalu. Follow my IG: @cindychen06
View MoreJune Hanson berjalan masuk ke dalam club malam itu masih dengan pakaian kantornya. Ia mengenakan blazer abu-abu, kemeja putih tipis, span pendek yang senada, dilengkapi dengan high heels hitam yang mengekspos kaki jenjangnya. Rambut pirang panjangnya, yang tadinya dicepol rapi, ia lepaskan begitu saja sehingga indah tergerai ke belakang bahunya. Ia terlihat menawan dengan mata biru dan kulit tanpa celanya itu, tapi June sama sekali tidak mempedulikan penampilannya, atau banyaknya mata pria yang memandangnya. Suasana hatinya buruk, bahkan sangat buruk.
Ia langsung duduk di bar, memesan double scotch, lalu dia merenungi nasib buruk yang baru saja menghantamnya. Sebagai seorang sekertaris direktur yang terbilang mulus dalam perjalanan karirnya selama beberapa tahun terakhir, tidak diduga ia dipecat begitu saja. June dipecat hari ini hanya karena istri direkturnya menganggapnya terlalu cantik untuk menjadi sekertaris suaminya. Sebuah pemecatan yang amat tidak berdasar. June menendang kaki meja barnya, membuat ujung jarinya terasa sakit.
“Scotchmu, miss,” kata bartender sambil menyodorkan gelas bening yang terasa dingin itu. June menenggaknya cepat untuk mendinginkan kepala dan hatinya.
“Lagi!” katanya pada sang bartender.
“Okay, miss,” katanya sambil mengisi ulang scotch dan es batu di gelas June.
Entah sampai berapa kali lagi June minta gelasnya diisi ulang. Ia mulai merasa tenang, segalanya terasa numb di hatinya. Ia tidak ingin berhenti. Ia terus minum sambil menggoyang-goyangkan kepala dan badannya mengikuti irama musik yang dimainkan keras-keras itu.
“Double scotch untukku, dan untuk lady di sebelahku ini. Aku yang bayar semua,” kata seorang pria tiba-tiba.
June menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas. Pria itu mengenakan suit yang bagus dan mahal, keluaran musim terbaru designer kenamaan. Dia tinggi dan tampan, rambutnya berwarna coklat terang sewarna dengan matanya yang indah. Garis rahangnya tegas dan hidungnya mancung, mengingatkan June pada patung-patung dewa Yunani. Pria itu tersenyum memamerkan gigi-giginya yang rapi dan lesung pipitnya yang menawan. June tidak keberatan ditraktir pria seperti ini, atau mungkin karena June sudah mabuk.
“Hai, kelihatannya kamu sedang dalam masalah,” katanya ramah.
“Dari mana kamu tahu? Apakah kamu cenayang? Ah, tidak, suitmu terlalu bagus untuk itu,” jawab June sambil tersenyum dan menopang dagunya dengan satu tangan.
“Tidak perlu cenayang untuk melihat itu,” katanya sambil tertawa. Astaga, tawanya begitu menawan. Berwibawa tapi tidak berlebihan.
“Aku Drake, siapa namamu?” tanyanya sambil menyodorkan tangan kanannya.
“June,” jawab June sambil menjabat tangan yang terasa hangat itu.
Mereka larut dalam obrolan yang June sendiri tidak tahu tentang apa. Yang jelas, mereka tertawa. Rasanya pria tampan bernama Drake itu lucu. Kemudian mereka berdansa dan Drake melingkarkan tangannya di pinggang June. Hal berikutnya yang June tahu adalah mereka sudah berada di sebuah kamar hotel mewah, saling menautkan bibir satu sama lain. Pria itu membuka pakaian June dengan tidak sabar dan membuangnya ke lantai, hanya menyisakan high heels dan stocking hitam June saja.
Berikutnya, segalanya terasa samar, June nyaris tidak ingat apa yang dia lakukan. Ia hanya ingat tubuh indah penuh otot mendekap erat tubuhnya. Ia ingat betapa hangat dan menyenangkannya setiap sentuhan dari pria itu. June ingat bagaimana ia mendesah saat tubuh mereka menyatu di atas kasur empuk itu. Aroma vanila musk yang terkuar dari dada berotot itu. June menikmati sensasi lidah pria itu di setiap inci tubuhnya, membuatnya merasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan. June menyukai saat Drake seolah memujanya dengan menyusuri kaki jenjangnya yang masih terbalut stoking dan memakai high heels itu.
“Aku suka kaki jenjangmu, menarik perhatianku sejak pertama kali aku masuk ke dalam club,” katanya dengan suaranya yang berat dan seakan mampu menghipnotis. Hati June bergetar.
Drake menyusuri lehernya hingga ke bagian dadanya lalu kembali lagi ke lehernya, berulang kali seperti itu. Manis dan lembut, membuat June merasa menjadi wanita paling diinginkan di seluruh dunia ini. Entah karena bergelas-gelas scotch yang telah ia minum, atau karena bercinta dengan Drake terasa senikmat ini. June tidak ingin segalanya cepat berakhir. Ia sadar saat ia seolah menari-nari di atas tubuh Drake, menikmati nikmatnya berada di sana, dengan tangan besar itu menyentuh setiap inci kulitnya.
June tidak bisa mengingat apa yang terjadi setelahnya. Hal berikutnya yang ia tahu adalah ia terbangun dalam keadaan telanjang, di atas tempat tidur yang berantakan, sendirian. Setumpuk uang yang jumlahnya mungkin ribuan dolar ada di atas nakas dengan secarik kertas bertuliskan kata 'Thank You'.
“Shit!” seru June saat menyadari apa yang terjadi.
Semalam ia dijadikan wanita bayaran oleh seorang laki-laki yang sama sekali tidak ia kenal. Harga dirinya terluka sedalam-dalamnya karena pria sialan bernama Drake itu. June berteriak sambil meremas seprai lembut itu. Air mata meluncur turun bahkan tanpa ia sadari hingga membasahi selimut tebal yang menutupi tubuhnya. June bukan wanita murahan, dia tidak pernah seperti ini. Dalam satu hari saja ia kehilangan pekerjaannya, lalu seolah-olah menjual tubuhnya pada pria tidak dikenal.
Sialnya, June harus mengambil uang ribuan dolar itu sebab ia tidak punya pekerjaan dan butuh uang untuk beberapa waktu sampai ia mendapat pekerjaan baru. Tabungannya mungkin tidak akan cukup. June mengumpat dirinya sendiri saat ia memasukkan semua uang itu ke dalam tas tangannya.
June mengutuki dirinya sendiri karena tidak menanyakan nama belakang pria itu. Sekarang bagaimana caranya menemukan pria itu di kota New York. Berapa banyak Drake di kota New York? Ia menendang kaki ranjang hotel saking kesalnya, namun itu hanya membuat jari-jari kakinya sakit dan memerah. June melompat-lompat kesakitan.
“Shit!” umpatnya lagi sambil berjongkok di atas karpet lembut yang melapisi lantai hotel itu. June memeluk lututnya, lalu terisak. Jika bertemu lagi dengan pria itu, June bersumpah akan membalas dendam. Dengan cara paling kejam di dunia, cara apapun itu, June pasti akan membalaskan dendamnya.
“Drake tidak akan setuju, June,” jawab Wilona.“Aku meminta bantuanmu, bukan Drake. Tolong aku, Wilona. Aku akan memberikan apapun yang kamu mau, asalkan kamu mau membantuku,” kata June lagi.“Aku lebih takut pada Drake dibandingkan tawaran harta apapun darimu,” jawab Wilona.“Please, Wilona. Kamu tahu apa yang akan terjadi pada Drake kalau aku meninggal, bukan? Kamu ingin melihat dia hancur lagi?” tanya June.Wilona terdiam. Ia tahu apa maksud June. Drake hancur berkeping-keping setelah kehilangan Anna berabad silam. Jika itu terjadi untuk kedua kalinya, entah apa yang akan terjadi pada Drake.“Baiklah. Tapi, berjanjilah kamu akan melindungiku jika Drake marah nanti,” kata Wilona.“Tentu saja. Aku akan melakukannya,” jawab June.“Baiklah kalau begitu. Malam ini, temui aku di hutan, kamu tahu tempatnya. Pastikan Drake tidak tahu. Dan harus kamu ingat, June.
“So, what do you say?” tanya Baron pada June sambil tersenyum, menampakkan gigi taringnya yang memanjang.“Apa resikonya?” tanya June.“Nyaris tidak ada, June. Kamu hanya perlu memberikanku darahmu, tidak sampai habis,” katanya sambil berjalan mendekat. Ia mengitari tubuh June, mendekatkan kepalanya ke leher June.“Kamu bisa bersamanya selamanya, June. Say, yes...”katanya Baron lagi.“A-aku...”“Ini sangat mudah, June. Jangan membuatnya sulit. Kamu hanya perlu mengucapkan sebuah mantra yang sangat mudah diucapkan. Sebutkan mantranya dan aku akan segera memulai keabadian,” kata Baron lagi.June menelan ludah, dalam hatinya ia tahu ada sesuatu yang salah dengan semua ini, tapi keinginannya untuk bisa bersama dengan Drake selamanya, membuatnya ingin mengatakan iya. Tawaran ini terlalu menggoda untuk ditolak.“Ikuti kata-kataku, June,” ka
June akhirnya sampai ke hotel yang ia tuju. Hati June hancur saat mengingat bagaimana wajah Drake saat ia melangkahkan kaki pergi dari pria tersebut. June tahu ia sangat melukai Drake. Namun, menurut June ini adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan hati Drake dan juga hatinya sendiri.Saat sampai di kamar hotel yang sederhana itu, June langsung merebahkan diri di atas ranjang. Rongga dadanya terasa sakit, bahkan hanya untuk menarik napas. June tidak kuasa menahan tangis, hingga ia menumpahkan semuanya ke atas bantal hotel tersebut. Ia menangis cukup lama hingga ia menyadari ada seseorang yang berdiri bersandar di balkon hotelnya.“Alarick?” tanya June sambil melebarkan matanya.Pria itu melambaikan tangan sambil tersenyum. June menghapus air matanya cepat-cepat lalu membuka pintu kaca menuju balkon.“Bagaimana kamu bisa ada di sini?” tanya June.“Well, kamu tahu siapa aku. Sangat mudah untuk menemukanmu di belahan bum
Malam hari itu, June sama sekali tidak bisa tidur. Ia melirik ke arah Drake yang sedang tertidur pulas di sampingnya. June memiringkan tubuhnya untuk bisa memandangi wajah Drake lebih lama. Air mata mulai mengalir lagi di pipi June. June mulai berpikir, kenapa takdir begitu kejam padanya hingga saat ia benar-benar jatuh cinta, ia jatuh cinta pada orang yang benar-benar salah. Jika ia jatuh cinta pada manusia biasa maka semuanya akan berakhir baik-baik saja. Tapi seorang raja naga adalah hal yang amat berbeda.June amat mencintai Drake dan ia menyadari itu. Oleh karena itu, June tidak ingin menyakiti hati Drake. Lebih cepat June pergi dari kehidupan Drake selamanya, itu akan lebih baik. Drake mungkin akan sangat sedih, tapi dia akan lebih cepat pulih dan move on. June ingin Drake hidup bahagia. Bersama June, tidak ada masa depan untuk mereka. June akan menua, dia tidak akan bisa membahagiakan Drake selamanya.Karena itulah, June merencanakan sesuatu malam hari itu. Ia d
“June, kamu kenapa?” tanya Drake saat June kembali ke mejanya.Drake bisa melihat kalau June terlihat amat kesal.“Ah, tidak apa-apa,” jawab June.“Kamu yakin?” tanya Drake lagi.“Iya. Mungkin aku hanya lapar,” jawab June sambil tersenyum.“Kabar bagus, kurasa pelayannya sudah datang membawa makanan,” kata Drake sambil melirik ke arah kiri. Saat June mengikuti arah pandangnya, seorang pelayan memang datang membawa makanan pesanan mereka.“Syukurlah,” jawab June.Mereka kemudian larut dalam percakapan yang hangat dan menyenangkan. Makanannya juga enak. Namun, June masih memikirkan kata-kata Lana barusan. Ia tidak bisa berhenti memikirkannya, meskipun ia berusaha. Ia melihat wajah Drake ketika bicara. Naga berusia ribuan tahun ini masih terlihat seperti tiga puluh lima tahun dan dia akan terlihat seperti itu selamanya.Usia June kini sudah tiga puluh tiga tah
“Lana Barryfield?” tanya Drake sambil membesarkan matanya.“Ternyata itu benar kamu! Ini sebuah kebetulan yang menyenangkan. Sudah lama sekali tidak berjumpa,” kata wanita itu.Ia mendekat lalu memeluk dan mencium kedua pipi Drake, mereka terlihat amat akrab. June memaksakan sebuah senyum.“Lana, perkenalkan ini June Hanson. June, ini Lana Barryfield, teman lamaku,” kata Drake.Wanita itu menoleh melihat June, ia kemudian terdiam sejenak.“Oh, Drake. Dia sangat cantik,” katanya. Tapi June bisa menangkap sesuatu yang lain dari nada suara dan ekspresi wajahnya.“Senang bertemu denganmu, June,” katanya sambil mengulurkan tangan kanannya.“Senang bertemu denganmu juga, Lana,” jawab June.“Kapan kamu ke New York? Kudengar kamu sudah sangat lama tidak meninggalkan Roma?” tanya Drake pada Lana.“Iya. Roma adalah tempat yang paling cocok un
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments