Share

Bab 6. Kegilaan Dylan

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-06 23:04:04

*Terima kasih sudah mengizinkanku menginap di penthose-mu. Aku ada meeting pagi ini. Sampai bertemu lagi, Nona Spencer—Dylan. C.*

Sebuah notes dibaca oleh Dakota di kala Dakota baru saja terbangun. Jam dinding menunjukkan pukul delapan pagi. Rupanya Dylan sudah berangkat lebih awal. Baguslah. Paling tidak dia tidak harus sarapan bersama pria aneh itu. Detik selanjutnya, dia memutuskan untuk segera membersihkan tubuhnya. Berendam adalah jalan terbaik melepaskan penat.

Tiga puluh menit berlalu, Dakota sudah selesai berendam. Hari ini dia tidak berangkat ke kantor. Dia meminta libur dan bersantai sejenak. Biar saja adik laki-lakinya yang mengurus perusahaan. Dia sedang ingin bermalas-malasan. 

Suara bell berbunyi. Dakota yang sedang makan sandwich mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Dalam hati dia menduga pasti Dylan yang datang. Ah! Jika benar pria itu ingin sekali dia tending. Dia mengikat asal rambutnya, melangkah menuju pintu—dan membukanya.

“Dylan, apa yang—” Seketika ucapan Dakota terhenti di kala melihat Audrey—sepupunya—ada di hadapannya. Dia pikir yang datang adalah Dylan, ternyata yang datang adalah Audrey.

“Dylan? Apa Dylan ke sini?” Audrey langsung masuk ke dalam penthouse Dakota. Pun dengan cepat Dakota mengikuti Audrey yang sudah lebih dulu masuk.

Audrey adalah anak dari adik ayah Dakota. Bisa dikatakan hubungan Dakota dan Audrey bukan hanya sekedar sepupu, tapi juga layaknya sahabat. Apa pun Audrey akan bercerita pada Dakota. Namun sayang, berbeda dengan Dakota. Tidak semua hal Dakota ceritakan seperti contoh tentang Dylan.

“Hm, ya, Dylan ke sini membahas pekerjaan.” Dakota berdusta pada sepupunya.

Audrey manggut-manggut dan menyodorkan salmon steak. “Aku membuat salmon steak untukmu. Cobalah. Resepnya baru. Semoga kau suka.”

Tanpa pikir panjang, Dakota segera mencoba makanan yang dibuat Audrey dengan lahap. Dalam hati, dia bersyukur Audrey tidak curiga. Hanya saja dia merasa tidak enak pada Audrey, karena telah berbohong.

Audrey duduk di hadapan Dakota. “Bagaimana? Enak tidak?”

“Enak sekali,” jawab Dakota berkomentar.

Audrey tersenyum lembut. “Syukurlah. Aku senang kau suka dengan masakanku.”

“Audrey, di mana dua keponakanku?”

“Mereka sekolah.”

Ah I see. Mereka pasti selalu menjadi juara sekolah.”

Audrey kembali tersenyum. “Aku bersyukur mereka pintar.”

Dakota pun ikut tersenyum bangga.

“Ngomong-ngomong, kemarin aku melihat Dylan jalan dengan seorang perempuan. Lalu minggu lalu aku juga melihat Dylan jalan dengan seorang perempuan yang berbeda.” Audrey bercerita sambil meminum orange juice.

“Dia playboy, wajar kalau banyak perempuan yang dia dekati,” komentar Dakota pedas.

“Kau salah, Dakota. Semua bermula dia dan tunangannya berpisah,” ucap Audrey yang seketika itu juga membuat Dakota terdiam.

“Tunangan? Dylan punya tunangan?” tanya Dakota bingung.

Audrey mengangguk. “Kau pasti lupa. Itu sudah beberapa tahun lalu. Kalau tidak salah, aku pernah menceritakan padamu Dylan sudah punya tunangan.”

Dakota berusaha mengingat, tapi sayang dia lemah jika mengingat cerita Audrey beberapa tahun lalu. “Audrey, aku benar-benar lupa.”

“Ya sudah tidak apa-apa. Hal yang harus kau tahu adalah Dylan tidak seburuk yang kau kira. Dia banyak berubah setelah berpisah dengan tunangannya.”

“Kenapa mereka berpisah?”

“Aku tidak tahu.”

“Apa mungkin tunangannya berselingkuh?”

“Aku tidak tahu, Dakota. Mungkin saja, iya. Wait, kenapa kau jadi tertarik cerita tentang kehidupan Dylan. Jangan-jangan kau—”

“Ck! Audrey kau jangan konyol. Aku hanya penasaran saja.”

Audrey terkekeh. “Iya-iya. Aku juga tahu kau hanya penasaran saja. Tenang, jangan marah. Kau ini sensitive sekali.”

Dakota diam tidak merespon ucapan Audrey. Kepingan ingatannya teringat kejadian tadi malam. Kejadian di mana Dylan mengatakan mereka adalah dua orang yang terluka. Mungkinkah yang dimaksud Dylan tentang kisah mantan tunangannya ini? Jutaan pertanyaan muncul di dalam benak Dakota.

***

Aroma alkohol kuat memenuhi ruang kerja Xander Foster—teman baik Dylan. Dua pria tampan itu sedang minum alkohol seraya merokok. Sepulang dari meeting, Dylan menyempatkan datang untuk ke berkunjung ke Foster Group agar bertemu dengan teman lamanya.

“Audrey bilang padaku kau jalan dengan banyak wanita yang berbeda. Kenapa kau menjadi berengsek?” seru Xander seraya mengembuskan asap ke udara.

Dylan terkekeh. “Audrey sejak dulu peduli padaku. Atau jangan-jangan yang dicintai Audrey adalah aku, bukan dirimu?”

Mata Xander mendelik tajam mendengar apa yang dikatakan Dylan.

Dylan mengangkat kedua tangannya menyerah. “Kau payah, tidak bisa diajak bercanda. Well, aku jalan dengan wanita berbeda karena aku ingin saja. Aku penasaran pada mereka.”

Xander menekan putung rokok ke asbak. “Bukankah kau bilang padaku, kau menyukai Dakota?”

“Ya, tapi dia menolakku.”

“Tentu saja dia menolakmu. Kau menunjukkan betapa berengsek dirimu. Jadi wajar Dakota menolakmu.”

Dylan tersenyum samar. “Aku ingin Dakota mencintaiku apa adanya, Xander.”

Xander berdecak. “Kau jangan seperti orang gila. Mana ada wanita yang menerima pria playboy.”

“Aku akan berhenti jika Dakota menerimaku.”

“Bagaimana jika tidak?”

“Jika tidak aku akan kembali berpetualang.” Dylan terkekeh santai.

Xander mengembuskan napas kasar. “Kau ini benar-benar tidak waras.”

Dylan mengangguk tanpa membantah. “Yes. I’m.”

***

*Dakota, di jamuan makan malam kemarin, apakah ada yang menarik hatimu?*

Dakota berdecak kesal membaca pesan singkat dari ibunya. Astaga! Rasanya sulit sekali menjadi Dakota untuk bernapas lega. Semenjak dirinya sudah memasuki usia di atas 30 tahun, ibunya selalu cemas dirinya tidak menikah. Padahal menurutnya menikah bukanlah sebuah tujuan hidup.

Dakota hendak ingin membalas, tapi tiba-tiba saja ponselnya dirampas oleh seseorang. Refleks, Dakota menoleh menatap Dylan yang sudah ada di hadapannya. Sungguh! Pria itu seperti hantu yang bisa datang dan pergi sesukanya.

“Dylan kembalikan ponselku!” seru Dakota kesal.

“Tunggu, aku akan membalas pesan ibumu,” jawab Dylan sambil mengetik sesuatu.

“Hey! Kau tidak sopan membalas pesan orang. Itu ponselku.”

“Aku hanya menyelamatkanmu, Nona Spencer.”

Kening Dakota mengerut dalam. “Menyelamatkanku? Menyelamatkanku dari apa?”

Dylan mengembalikan ponsel Dakota. “Kau baca sendiri saja apa yang aku tulis di sana.”

Buru-buru, Dakota mengambil ponselnya dan membaca pesan yang dituliskan oleh Dylan. Seketika mata Dakota mendelik terkejut. Dia memperbesar layar ponselnya agar bisa melihat jelas tulisan. Dan … benar saja! Dia tidaklah salah.

*Mom, tidak ada pria yang cocok denganku di pesta kemarin, tapi kau jangan khawatir. Aku ingin jujur, sebenarnya jatuh cinta pada Dylan Caldwell, Mom.*

“Dylan! Apa yang kau lakukan!” sembur Dakota emosi.

Dylan tersenyum santai. “Membantumu, Nona Spencer. Kau terbebas dari perjodohan.”

Dakota bertolak pinggang. “Ini bukan membantu! Tapi kau menjerumuskanku, Sialan!”

Suara dering ponsel berbunyi. Dakota melihat ke layar ponselnya nomor ibunya terpampang di sana. Tampak dia menjadi panik dan ketakutan. Apa yang harus dia katakan pada ibunya? Ah, Sial!

“Ponselmu berbunyi, Nona Spencer,” ucap Dylan santai.

Dakota mendelik tajam. “Ini semua gara-garamu, Caldwell Berengsek!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
lucu pokoknya mereka lucuuuuu ... seru sekali ni ceritaaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 100. Ending Scene (TAMAT)

    Usia Diana sudah memasuki enam bulan. Bayi perempuan cantik itu tumbuh dengan sangat luar biasa. Parasnya yang cantik perpaduan sempurna antara Dylan dan Dakota. Bisa dikatakan Diana selalu menjadi pusat perhatian setiap kali Dakota membawa putri kecilnya berpergian keluar.Delmer, putra sulung Dylan dan Dakota tak kalah menarik perhatian. Balita kecil itu sangat overprotective pada adik perempuannya. Bayangkan saja setiap kali ada yang ingin menyentuh Diana, pasti Delmer tak sembarang untuk memberikan izin.Delmer meski masih kecil, tapi sudah menunjukkan cinta yang luar biasa pada adik perempuannya. Hal ini yang Dylan dan Dakota yakinkan bahwa kelak di masa depan Delmer akan menjaga Diana dengan sangat baik. Bukan hanya sekadar menjaga, tapi juga memberikan cinta yang amat besar. Lebih dari dua tahun menikah, Dylan dan Dakota merasa sangat bahagia, karena pada akhirnya dipersatukan. Mereka selalu bersyukur setiap detik apalagi kehadiran Delmer dan Diana, membuat ikatan cinta merek

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 99. Extra Part II  

    “Sayang, kau sudah pulang?” Dakota menyambut kepulangan sang suami, memberikan pelukan, ciuman, dan membantu sang suami meletakan jas ke keranjang kusus pakaian kotor.Dylan mengecup kening Dakota. “Aku selalu ingin pulang cepat, karena aku tahu istriku menungguku di rumah.”Dakota tersenyum hangat merespon ucapan sang suami tercinta. “Delmer dibawa orang tuaku, kan?” tanya Dylan sambil membelai pipi Dakota.Dakota mengangguk. “Iya, Sayang. Delmer dibawa orang tuamu.”Dylan memeluk pinggang Dakota. “Bagus, satu pengganggu kecil sudah diamankan.”Dakota mendelik, seraya memukul pelan lengan kekar Dylan. “Bisa-bisanya kau menyebut putra kesayanganku sebagai pengganggu kecil?”Dylan terkekeh melihat kemarahan di wajah Dakota, dia menarik dagu sang istri, mencium dan memberikan lumatan lembut di bibir istri tercintanya itu. “Delmer juga putra kesayanganku, tapi bocah kecil itu sering mengganggu keromantisan kita, Sayang.”Dakota mendengkus sambil mencebikkan bibirnya jengkel. Ya, dia tah

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 98. Extra Part

    Dua tahun berlalu … Suara tangis bayi membuat Dakota yang terlelap langsung terbangun dari tidurnya. Wanita cantik itu langsung melangkah menuju box bayi, menggendong bayi kecilnya yang menangis, dan memberikan susu.“Diana bangun?” Dylan menyibak selimut, menghampiri istrinya yang meberikan susu untuk bayi perempuannya.“Iya, Sayang. Sepertinya Diana haus,” jawab Dakota lembut seraya menatap hangat putri kecilya itu.Dylan membelai kepala Diana. “Kau pintar sekali minum susu, seperti Daddy,” bisiknya ke telinga putri kecilnya itu, tapi tetap terdengar di telinga Dakota.Dakota mendelik tajam menatap Dylan. “Dylan! Kenapa kau bicara seperti itu pada Diana?”Dylan terkekeh rendah. “Sayang, apa yang aku katakan benar, kan? Setelah kau menyusui putri kita, kau pasti menyusuiku.”Dakota mencibir. “Kau saja yang tidak mau kalah dari anakmu.”Dylan mengecup bibir Dakota. “Aku tidak akan mau kalah, kan seluruh tubuhmu adalah milikku, Sayang.”Pipi Dakota tersipu malu, dia tersenyum mendenga

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 97. Perfect Ending 

    Balutan gaun pengantin indah membuat penampilan Dakota sangat menawan. Konsep garden party yang dipilih Dakota, sangat cocok dengan gaun pengantin yang sekarang dikenakan oleh Dakota. Meski sederhana, tapi tetap sangat cantik dan elegan.Konsep pernikahan garden party adalah konsep pernikahan yang diinginkan Dylan. Awalnya konsep pernikahan yang diinginkan Dakota adalah konsep pernikahan seperti seorang putri dari Kerajaan. Yang pasti harus mewah dan berkelas. Namun, seiringnya badai menerpa konsep pernikahan itu berubah. Dakota menginginkan menikah dengan cara sederhana, tapi tetap elegan.Dylan sempat menolak konsep pernikahan garden party, karena pria tampan itu sangat tahu bahwa Dakota menginginkan konsep pernikahan mewah. Akan tetapi, setelah Dakota menjelaskan akhirnya Dylan mengerti. Bahwa memang sejatinya pernikahan yang paling penting adalah penyatuan dua orang mencintai, menjadi satu. “Oh, My God! Dakota Spencer, kau cantik sekali,” seru Audrey pada Dakota, dengan tatapan

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 96. Cinta Tak Akan Pernah Salah

    Persiapan pernikahan Dylan dan Dakota sudah ada di depan mata. Segala hal yang dibutuhkan oleh Dakota telah terpenuhi. Kali ini, Dakota menuruti keinginan Dylan yang ingin konsep pernikahannya jauh lebih sederhana. Dulu Dakota ingin konsep pernikahan mewah, wanita itu malah sekarang mengikuti Dylan yang ingin konsep pernikahan garden party.Alasan kuat Dakota ingin menikah lebih sederhana, karena dia merasa bahwa kebahagiaan bukan lagi tentang kemewahan. Menurutnya hal yang paling penting adalah kebersamaannya dengan Dylan dan Delmer. Itu adalah kebahagiaan yang tak terkira. Pusat kehidupannya sekarang adalah Dylan dan Delmer.Konsep pernikahan garden party dibantu oleh Ivory. Pun tak lepas oleh Audrey turut membantu. Ibu Dakota dan ibu Dylan membantu mengingatkan banyak hal. Namun, jika sudah berurusan dengan orang tua biasanya Dakota kerap kena marah, karena Dakota menginginkan yang sederhana.“Nona Dakota, ini laporan mengenai kebutuhan pernikahan Anda,” ucap Cali seraya memberikan

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 95. Takdir Dylan Bukan Ivory

    Bibir Dylan melumat lembut bibir Dakota. Dua insan saling mencintai itu berciuman dengan penuh kelembutan. Desahan merdu lolos di bibir Dakota di kala ciuman yang diciptakan Dylan begitu menggelora. Saliva mereka tertukar, membangkitkan hasrat mereka. Tangan lentik Dakota melingkar di leher Dylan, ciuman itu semakin panas—membuat keduanya sama-sama terlena.“Aku mencintaimu,” bisik Dakota kala Dylan melepaskan pagutannya.“Aku jauh lebih mencintaimu,” jawab Dylan seraya membelai pipi Dakota lembut.Dakota tersenyum hangat. “Aku bahagia Ivory menemukan belahan jiwanya. Lama tidak melihatnya, ternyata dia merajut kehidupannya. Dylan, sejak awal aku sudah menduga bahwa Ivory bukan wanita jahat. Hanya saja takdir selalu memberikan misteri pada semua manusia.”Dylan duduk di tepi ranjang, seraya menarik tubuh Dakota, duduk di pangkuannya. “Aku bukan pria yang baik untuk Ivory, dia pantas mendapatkan yang terbaik.”Dakota menangkup kedua pipi Dylan. “Kau memang bukan yang terbaik untuk Ivor

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 94. Mari Lupakan Masa Lalu  

    Kebahagiaan menyelimuti Dylan dan Dakota. Mereka telah mengantongi restu dari Darren. Pun kedua orang tua Dylan sudah diberi tahu tentang Darren yang telah memberikan restu. Tentu kedua orang tua Dylan menyambut dengan sangat bahagia. Sebab ini yang dinantikan banyak orang yaitu Dylan dan Dakota kembali bersatu. Saat ini Dylan dan Dakota sudah pulang dari rumah sakit. Delmer dinyatakan sembuh, dan dokter mengizinkan Delmer untuk pulang. Seakan semesta memang mendukung hubungan Dylan dan Dakota—segala hal diperlancar termasuk Delmer yang sempat kritis dinyatakan sembuh. Pulang dari rumah sakit, Dylan langsung membawa Dakota dan Delmer ke penthouse-nya. Pria tampan itu langsung mengambil tindakan membawa Dakota dan Delmer ke penthouse-nya. Tentu setelah mengantongi izin, membuat Dylan jauh lebih bebas dalam bertindak.“Delmer sudah tidur?” tanya Dylan kala Dakota memasuki kamar mereka.Dakota duduk di samping Dylan, menyandarkan kepalanya di dada bidang pria yang dicintainya itu. “S

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 93. Restu Kembali Ada di Tangan Dylan

    Kondisi Delmer sudah berangsur-angsur membaik. Bayi laki-laki tampan itu sudah melewati masa kritisnya. Setiap detik Dakota dan Dylan selalu mengucap syukur karena Tuhan masih memberikan kesempatan pada putra mereka untuk tetap ada di dunia ini.Siang itu ruang rawat Dakota dipenuhi dengan Xander datang bersama dengan Audrey. Pun kebetulan Dizon juga datang menjenguk. Tampak Dakota sudah bisa tersenyum menyambut keluarganya yang datang menjenguk Delmer.“Aku senang mendengar Delmer sudah membaik. Aku sangat khawatir, saat mendengar Delmer masuk rumah sakit.” Audrey menyentuh tangan Dakota.Dakota tersenyum lembut menatap Audrey. “Terima kasih, Audrey. Aku juga bersyukur Delmer baik-baik saja. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupanku jika sampai hal buruk menimpa Delmer.”Xander menepuk bahu Dylan, memberikan semangat pada sahabatnya itu.Dylan tersenyum samar.Dizon yang ada di sana memilih berdiri di dekat Delmer. Pria tampan itu membelai lembut pipi keponakannya. Tampak jel

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 92. Delmer Kritis!

    Pagi menyapa, Dakota sudah terbangun dari tidurnya. Yang pertama kali dia lihat adalah Dylan yang menghampirinya membawakan makanan. Pria tampan itu membawa sandwich dan aneka buah serta susu untuk Dakota. “Kau harus makan. Tadi malam kau sudah tidak makan,” ucap Dylan lembut, sambil menghidankan makanan di depan Dakota. Delmer dirawat di rumah sakit, dan tentu Dakota ditemani Dylan menginap di ruang rawat putra mereka. Dylan memilih kamar VVIP yang terbaik di rumah sakit. Hal itu yang membuat Dakota dan Dylan bisa tidur cukup nyaman menemani putra mereka.“Aku tidak lapar, Dylan,” kata Dakota pelan.Dylan mengecup kening Dakota. “Kau selalu mengatakan tidak lapar. Ini bukan tentang kau lapar atau tidak, tapi ini tentang kesehatanmu. Aku tidak ingin kau sakit. Delmer sekarang sakit, jika sampai kau sakit, aku bagaimana?”Dakota terdiam mendengar apa yang dikatakan Dylan. Tak menampik bahwa apa yang dikatakan pria itu adalah benar. Jika sampai dia tak menjaga kesehatannya, dan tumban

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status