Home / Romansa / Heart Stealing (Mencuri Hati) / Bab 7. Kesialan Bertubi-tubi

Share

Bab 7. Kesialan Bertubi-tubi

last update Last Updated: 2024-05-06 23:04:22

Dakota tertimpa masalah baru akibat ulah Dylan. Bayangkan saja pesan singkat yang ditulis oleh Dylan, membuat malapetaka. Dakota sampai tidak berani menjawab telepon dari ibunya. Oh, God! Rasanya Dakota ingin menceburkan dirinya ke dalam jurang. Tindakan gila yang dilakukan Dylan membuat Dakota sakit kepala.

Suara dering ponsel Dakota tidak henti berbunyi. Shit! Dakota langsung mengumpat dalam hati. Ibunya sudah berkali-kali menghubunginya, tapi dia tidak berani menjawab. Bayangkan saja jika menjawab apa yang harus dia katakan?

Dylan berdeham sambil menyunggingkan senyuman penuh kemenangan. “Nona Spencer, apakah Anda tidak ingin menjawab telepon?” tanyanya sedikit memberikan sindiran.

Mata Dakota mendelik. “Ini karenamu, Sialan!”

“Wanita cantik jangan mengumpat, nanti kau malah terkena sial.” Dylan menjawab enteng.

Dakota memijat pelipisnya di kala rasa pusing melanda. “Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?” Wanita cantik itu mondar-mandir tidak jelas, akibat dilanda kebingungan.

Dylan tersenyum melihat Dakota yang mondar-mandir tidak jelas. Itu sangat menggemaskan di matanya. Detik itu juga dia dia mengambil ponsel Dakota, menggeser tombol hijau, untuk menjawab panggilan telepon tersebut.

“Hallo, Bibi?” sapa Dylan kala panggilan terhubung.

Mata Dakota membulat sempurna melihat Dylan menjawab telepon ibunya. Tanpa bersuara, dia berusaha merampas kembali ponselnya, tapi sayangnya tubuh Dylan jauh lebih tinggi darinya. Dylan menghindar, membuatnya tidak bisa merampas ponselnya.

“Dylan? Is that you?” ujar Helen terkejut dari seberang sana.

“Ya, Bibi. Ini aku.”

“Oh My God. Jadi benar kau dan Dakota menjalin hubungan?”

“Benar, Bibi. Aku dan Dakota sepasang kekasih.”

“Astaga. Ini kabar baik. Bibi akan bilang pada Paman Darren.”

“Baik, Bibi. Sampaikan salamku pada Paman Darren.”

“Pasti, Dylan. Ya sudah, kau sekarang sedang di penthouse Dakota, kan?”

“Iya, Bibi. Aku di penthouse Dakota.”

“Good. Bibi tidak akan mengganggu kalian. Bye, Dylan.”

Bye.”

Panggilan tertutup. Dylan mengembalikan ponsel di tangannya pada Dakota.

Are you lost your mind, Mr Caldwell?!” seru Dakota kesal.

Dylan mendekat, menarik dagu Dakota. “Harusnya kau berterima kasih, bukannya marah. Aku sudah menyelamatkanmu dari perjodohan yang tidak kau inginkan. Baiklah, aku harus pulang. See you tomorrow, Nona Spencer.” Pria tampan itu melenggang pergi meninggalkan Dakota.

Mata dan bibir Dakota melebar akibat keterkejutannya. Dia menatap Dylan kini sudah melangkah pergi meninggalkannya. Apa-apaan ini? Kenapa nasibnya sial sekali? Dan kenapa juga Dylan mengaku-aku sebagai kekasihnya? Sungguh sekarang Dakota dilanda sakit kepala.

“Caldwell! Kau sudah tidak waras!” teriak Dakota, dan tak sama sekali direspon oleh Dylan. Pria tampan itu tetap melenggangkan kakinya meninggalkan Dakota yang tantrum.

***

Pagi menyapa, hari Dakota sedang tidak baik. Dia duduk di kursi meja makan, menikmati sarapan dengan raut wajah kesal. Benaknya masih mengingat kejadian kemarin. Kejadian gila yang membuat dirinya takut bertemu dengan kedua orang tuanya.

“Nona,” sapa sang pelayan yang sontak membuat Dakota terkejut. Pasalnya wanita itu tengah melamun sambil menikmati sarapannya.

“M-maaf, Nona. Saya tidak bermaksud membuat Anda terkejut,” ucap sang pelayan seraya menundukkan kepalanya.

Dakota menghela napas dalam. “Kau tidak perlu minta maaf. Ini salahku. Aku yang melamun. Ada apa?”

“Saya membuat pudding cokelat. Apa Anda ingin makan pudding?”

“Letakan saja di kulkas. Nanti pulang aku dari kantor aku akan makan pudding buatanmu.”

“Baik, Nona.”

Dakota bangkit berdiri seraya mengambil tas dan kunci mobilnya. “Aku harus berangkat ke kantor.”

“Baik, Nona. Hati-hati di jalan.” Pelayan menundukkan kepala, lalu Dakota melangkah pergi meninggalkan penthouse-nya.

Mobil sport terbaru meluncur bebas di kota Roma. Dakota yang sedang mengemudi seraya menikmati lagu, mendengar suara telepon berbunyi. Dizon—adiknya menghubunginya. Detik itu juga dia menjawab panggilan itu.

“Ada apa?” tanya Dakota kala panggilan terhubung.

“Kak, kau di mana?” Dizon balik bertanya.

“Di jalan ingin ke kantor. Ada apa?”

“Good. Tolong gantikan aku meeting dengan client asal Dubai kita. Aku harus mengantar kekasihku ke bandara.”

Mata Dakota membulat sempurna. “What? Kau merelakan meeting-mu demi mengantar kekasihmu ke bandara? Memangnya kau ini sopir?!”

“Come on, Kak. Kau ini seperti tidak pernah memiliki kekasih saja. Wanita akan merajuk dan berpikir tidak dijadikan prioritas, jika aku lebih memilih pekerjaan.”

“Ck! Mana sini kekasihmu. Biar aku hajar! Buat aku pusing saja!”

“Kak, please kali ini saja bantu aku. Kekasihku akan satu bulan di London. Kami akan long distance relationship. Tolonglah kau mengerti.”

Dakota mengembuskan napas jengkel. “Oke fine, aku akan menggantikanmu meeting. Tapi ingat hanya kali ini. Nanti sepulang kekasihmu ke Roma, dan dia masih berpikir kau tidak jadikan dia prioritas, akan aku potong kepalanya!”

Dizon terkekeh mendengar ancaman Dakota. “Thanks, Kak. Kau yang terbaik. See you.”

Panggilan tertutup. Dakota mengumpat kesal. Bisa-bisanya adiknya lebih memilih mengantar kekasih daripada meeting. Memangnya kalau sampai perusahaan jatuh miskin kekasihnya itu masih tetap mau bersama adiknya? Ah! Jika saja Dizon di depan mata Dakota, yang dilakukan Dakota adalah menoyor kepala adiknya.

Ada tikungan, Dakota berbelok ke kanan. Namun, tiba-tiba saja mobilnya berhenti. Dakota berusaha untuk menghidupkan mesin mobilnya, tapi hasilnya nihil. Mobilnya tidak bisa hidup.

“Ck! Kenapa mobil ini!” gerutu Dakota kesal. Dia turun daru mobil dan memeriksa, tapi tetap saja dia tidak mengerti. Dia tidak mengerti mesin mobil. Kesal, membuat Dakota menendang ban mobilnya dengan kakinya.

“Aw—” Dakota meringis kesakitan dan mengumpat. Kesialan datang bertubi-tubi di hidupnya. Dia memutuskan untuk menghubungi bengkel mobil, tapi tiba-tiba saja ada mobil yang berhenti di depan Dakota.

Hi, Nona Spencer. Kau membutuhkan bantuanku?” Dylan turun dari mobil, melenggang menghampiri Dakota.

Dakota menatap Dylan. “Kau ini hantu, ya?! Selalu kau ada di mana-mana.”

Dakota sama sekali tidak mengira sosok yang turun dari mobil adalah Dylan. Pria di depannya ini benar-benar seperti hantu. Bisa datang dan pergi sesuka hati. Oh, God! Dakota merasa dia tambah sial bertemu Dylan untuk kesekian kalinya.

Dylan menghampiri Dakota. “Jika aku hantu, maka kau adalah malaikat. Kita saling membutuhkan satu sama lain.”

Dakota bertolak pinggang. “Ya! Aku adalah malaikat! Tepatnya aku malaikat pencabut nyawa! Aku ingin mencabut nyawamu agar tidak menggangguku!” gerutunya kesal pada Dylan.

Dylan tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Masuklah ke mobilku. Aku akan meminta orangku membawa mobilmu ke bengkel.”

“Tidak usah! Aku bisa sendiri!” tolak Dakota tegas.

Dylan manggut-manggut. “Jika kau memanggil orang bengkel, dan menghubungi taksi pasti akan sangat lama.” Pria itu melirik arlojinya sekilas. “Baiklah, jika kau tidak ingin diantar, aku harus pergi. Bye, Nona Spencer.”

Raut wajah Dakota terkejut dan bingung. Apa yang dikatakan Dylan benar. Pihak bengkel dan menunggu taksi akan sangat lama. “Tunggu! Aku ikut denganmu!” Dia mengambil tasnya, lalu masuk ke dalam mobil Dylan. Tampak seringai penuh kemenangan terlukis di wajah Dylan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
emang yaaaa ini cewe nya bar bar dan dilan nya koplak cocok dahhhh jadi bikin ngakakkkk
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 100. Ending Scene (TAMAT)

    Usia Diana sudah memasuki enam bulan. Bayi perempuan cantik itu tumbuh dengan sangat luar biasa. Parasnya yang cantik perpaduan sempurna antara Dylan dan Dakota. Bisa dikatakan Diana selalu menjadi pusat perhatian setiap kali Dakota membawa putri kecilnya berpergian keluar.Delmer, putra sulung Dylan dan Dakota tak kalah menarik perhatian. Balita kecil itu sangat overprotective pada adik perempuannya. Bayangkan saja setiap kali ada yang ingin menyentuh Diana, pasti Delmer tak sembarang untuk memberikan izin.Delmer meski masih kecil, tapi sudah menunjukkan cinta yang luar biasa pada adik perempuannya. Hal ini yang Dylan dan Dakota yakinkan bahwa kelak di masa depan Delmer akan menjaga Diana dengan sangat baik. Bukan hanya sekadar menjaga, tapi juga memberikan cinta yang amat besar. Lebih dari dua tahun menikah, Dylan dan Dakota merasa sangat bahagia, karena pada akhirnya dipersatukan. Mereka selalu bersyukur setiap detik apalagi kehadiran Delmer dan Diana, membuat ikatan cinta merek

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 99. Extra Part II  

    “Sayang, kau sudah pulang?” Dakota menyambut kepulangan sang suami, memberikan pelukan, ciuman, dan membantu sang suami meletakan jas ke keranjang kusus pakaian kotor.Dylan mengecup kening Dakota. “Aku selalu ingin pulang cepat, karena aku tahu istriku menungguku di rumah.”Dakota tersenyum hangat merespon ucapan sang suami tercinta. “Delmer dibawa orang tuaku, kan?” tanya Dylan sambil membelai pipi Dakota.Dakota mengangguk. “Iya, Sayang. Delmer dibawa orang tuamu.”Dylan memeluk pinggang Dakota. “Bagus, satu pengganggu kecil sudah diamankan.”Dakota mendelik, seraya memukul pelan lengan kekar Dylan. “Bisa-bisanya kau menyebut putra kesayanganku sebagai pengganggu kecil?”Dylan terkekeh melihat kemarahan di wajah Dakota, dia menarik dagu sang istri, mencium dan memberikan lumatan lembut di bibir istri tercintanya itu. “Delmer juga putra kesayanganku, tapi bocah kecil itu sering mengganggu keromantisan kita, Sayang.”Dakota mendengkus sambil mencebikkan bibirnya jengkel. Ya, dia tah

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 98. Extra Part

    Dua tahun berlalu … Suara tangis bayi membuat Dakota yang terlelap langsung terbangun dari tidurnya. Wanita cantik itu langsung melangkah menuju box bayi, menggendong bayi kecilnya yang menangis, dan memberikan susu.“Diana bangun?” Dylan menyibak selimut, menghampiri istrinya yang meberikan susu untuk bayi perempuannya.“Iya, Sayang. Sepertinya Diana haus,” jawab Dakota lembut seraya menatap hangat putri kecilya itu.Dylan membelai kepala Diana. “Kau pintar sekali minum susu, seperti Daddy,” bisiknya ke telinga putri kecilnya itu, tapi tetap terdengar di telinga Dakota.Dakota mendelik tajam menatap Dylan. “Dylan! Kenapa kau bicara seperti itu pada Diana?”Dylan terkekeh rendah. “Sayang, apa yang aku katakan benar, kan? Setelah kau menyusui putri kita, kau pasti menyusuiku.”Dakota mencibir. “Kau saja yang tidak mau kalah dari anakmu.”Dylan mengecup bibir Dakota. “Aku tidak akan mau kalah, kan seluruh tubuhmu adalah milikku, Sayang.”Pipi Dakota tersipu malu, dia tersenyum mendenga

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 97. Perfect Ending 

    Balutan gaun pengantin indah membuat penampilan Dakota sangat menawan. Konsep garden party yang dipilih Dakota, sangat cocok dengan gaun pengantin yang sekarang dikenakan oleh Dakota. Meski sederhana, tapi tetap sangat cantik dan elegan.Konsep pernikahan garden party adalah konsep pernikahan yang diinginkan Dylan. Awalnya konsep pernikahan yang diinginkan Dakota adalah konsep pernikahan seperti seorang putri dari Kerajaan. Yang pasti harus mewah dan berkelas. Namun, seiringnya badai menerpa konsep pernikahan itu berubah. Dakota menginginkan menikah dengan cara sederhana, tapi tetap elegan.Dylan sempat menolak konsep pernikahan garden party, karena pria tampan itu sangat tahu bahwa Dakota menginginkan konsep pernikahan mewah. Akan tetapi, setelah Dakota menjelaskan akhirnya Dylan mengerti. Bahwa memang sejatinya pernikahan yang paling penting adalah penyatuan dua orang mencintai, menjadi satu. “Oh, My God! Dakota Spencer, kau cantik sekali,” seru Audrey pada Dakota, dengan tatapan

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 96. Cinta Tak Akan Pernah Salah

    Persiapan pernikahan Dylan dan Dakota sudah ada di depan mata. Segala hal yang dibutuhkan oleh Dakota telah terpenuhi. Kali ini, Dakota menuruti keinginan Dylan yang ingin konsep pernikahannya jauh lebih sederhana. Dulu Dakota ingin konsep pernikahan mewah, wanita itu malah sekarang mengikuti Dylan yang ingin konsep pernikahan garden party.Alasan kuat Dakota ingin menikah lebih sederhana, karena dia merasa bahwa kebahagiaan bukan lagi tentang kemewahan. Menurutnya hal yang paling penting adalah kebersamaannya dengan Dylan dan Delmer. Itu adalah kebahagiaan yang tak terkira. Pusat kehidupannya sekarang adalah Dylan dan Delmer.Konsep pernikahan garden party dibantu oleh Ivory. Pun tak lepas oleh Audrey turut membantu. Ibu Dakota dan ibu Dylan membantu mengingatkan banyak hal. Namun, jika sudah berurusan dengan orang tua biasanya Dakota kerap kena marah, karena Dakota menginginkan yang sederhana.“Nona Dakota, ini laporan mengenai kebutuhan pernikahan Anda,” ucap Cali seraya memberikan

  • Heart Stealing (Mencuri Hati)    Bab 95. Takdir Dylan Bukan Ivory

    Bibir Dylan melumat lembut bibir Dakota. Dua insan saling mencintai itu berciuman dengan penuh kelembutan. Desahan merdu lolos di bibir Dakota di kala ciuman yang diciptakan Dylan begitu menggelora. Saliva mereka tertukar, membangkitkan hasrat mereka. Tangan lentik Dakota melingkar di leher Dylan, ciuman itu semakin panas—membuat keduanya sama-sama terlena.“Aku mencintaimu,” bisik Dakota kala Dylan melepaskan pagutannya.“Aku jauh lebih mencintaimu,” jawab Dylan seraya membelai pipi Dakota lembut.Dakota tersenyum hangat. “Aku bahagia Ivory menemukan belahan jiwanya. Lama tidak melihatnya, ternyata dia merajut kehidupannya. Dylan, sejak awal aku sudah menduga bahwa Ivory bukan wanita jahat. Hanya saja takdir selalu memberikan misteri pada semua manusia.”Dylan duduk di tepi ranjang, seraya menarik tubuh Dakota, duduk di pangkuannya. “Aku bukan pria yang baik untuk Ivory, dia pantas mendapatkan yang terbaik.”Dakota menangkup kedua pipi Dylan. “Kau memang bukan yang terbaik untuk Ivor

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status