“Ah, maafkan aku! Kupikir dia gadis yang berbeda,” jawab Aspen tersipu malu karena telah salah mengira.
“Boleh aku tahu di mana barang-barang pribadiku?” tanya Amerika pada mereka berdua.
“Sebentar,” Aspen memberikan tas kertas coklat yang sudah dibawanya kepada Amerika.
Tas warna coklat itu berisi barang-barang pribadi Amerika.
Dengan tangan kirinya Amerika menerimanya dari Aspen.
Tanpa pikir panjang dan mengacuhkan kedua pria itu, Amerika langsung mencari ponsel miliknya. Saat dia menemukannya wajahnya terlihat tersenyum kecil, merasa lega.
Lalu dia langsung memeriksa pesan pribadi yang masuk dan banyak sekali panggilan telepon dari seseorang yang dia kenal.
Seketika wajahnya berubah muram saat dia menunduk, lalu perlahan dia berjalan ke sisi tempat tidur menjatuhkan dirinya dengan perlahan, mendesah.
Beberapa saat Amerika hanya memandangi ponsel pintar miliknya itu dengan raut wajah yang muram.
Niko dan Aspen yang melihat perubahan raut wajah gadis di depannya mereka langsung saling berpandangan.
Saat itu juga panggilan telepon dari ponsel Amerika berbunyi, tidak menunggu lama Amerika langsung menjawab panggilan telepon itu.
“Iya, ini aku.”
“Yak, dasar wanita jalang ke mana saja kau, apa kau mau cari mati. Bukankah kau berjanji akan membayar semua hutang-hutangmu, kalau hari ini sampai kau tidak bisa membayarnya aku akan membunuhmu.”
Amerika hanya terdiam tidak menjawab sepatah kata pun saat suara omelan dan caci maki dari panggilan teleponnya itu terdengar keras. Dia tanpa sengaja menekan speaker saat menerimanya.
Kedua alis Niko berkedut saat mendengarnya begitu juga Aspen menatap tajam pada Amerika yang terduduk masih mendengarkan suara omelan yang terus saja meracau.
Tanpa banyak berkata Aspen berjalan melangkah mendekati Amerika lalu mengambil ponsel milik Amerika.
Amerika terkejut dengan apa yang dilakukan pria yang baru saja dia kenal ini.
“Hei, jangan berteriak sesukamu. Semua hutangnya akan aku bayar, kalau kau masih terus mengganggunya, kau sendiri yang akan mati di tanganku.” Setelah berkata seperti itu Aspen langsung menutup sambungan teleponnya.
“Hey, apa yang kau lakukan?” Amerika menatap tajam pada Aspen merampas ponsel miliknya dengan kasar.
“Kau sungguh payah, kau selalu membentak padaku tapi pada orang lain kau hanya bisa diam saat ditindas.” Kata Aspen dengan dingin.
“A-aku … aku ….” Amerika menunduk, di sudut kedua matanya sudah mengembang cairan bening yang berusaha dia tahan.
Sebenarnya dia tersentuh dengan apa yang dilakukan Aspen barusan.
Seumur hidupnya tidak ada satu orang pun yang pernah membelanya.
“Permisi ….” Suara dari pintu terdengar saat itu juga seorang dokter cantik dan perawat masuk ke dalam ruangan.
“Hai Amerika, apa kau sudah merasa baikan hari ini?” sapa dokter cantik itu tapi matanya tidak lepas dari Niko yang berdiri tak jauh darinya.
Niko langsung menjauh mendekati sofa saat dia merasa tatapan dokter wanita itu pada dirinya tidak biasa.
Meski dia memang seorang bintang model terkenal tapi Niko tidak suka ada seseorang yang menatapnya seperti itu. Dia lupa menggunakan masker dan kacamatanya hari ini dan tidak menduga kalau ternyata jam ini adalah jam kunjungan dokter, dia salah waktu datang ke sini.
Aspen dengan cepat yang tersadar langsung berdiri seperti biasa menutupi Niko.
“Apa kau sudah merasa baikan sekarang?” tanya dokter lagi mengulang kalimatnya.
Amerika hanya mengangguk pelan tidak sekalipun bersuara.
Setelah dokter dan perawat memeriksa luka bekas tembak Amerika keduanya mengangguk.
“Tuan Aspen, aku rasa untuk beberapa hari ke depan dia tidak boleh menggerakkan bahunya dan harus dibantu oleh seseorang sampai lukanya mengering.”
Mendengar apa yang dikatakan dokter Amerika terlihat terkejut, tanpa disadari matanya beradu dengan mata Aspen.
Seperti memahami apa yang sedang dipikirkan oleh Amerika, Aspen mendesah lalu berkata, “Baiklah Dok, kami yang akan membantunya selama masa pemulihan.”
Mendengar perkataan Aspen, Niko yang berdiri jauh dari Aspen bola matanya mendelik menatap Aspen tajam, apa maksudnya?
Bersambung ...
Jangan lupa kasih bintangnya ya, makasih sudah membaca karyaku.
Di ruang sidang dewan istana, beberapa anggota dewan terdiri dari sepuluh orang salah satunya Mister Launch, ayah Karina. Semalam Karina sudah ketakutan begitu mendapat kabar dari Amanda bahwa Niko sudah membuat Alex tidak bisa berjalan dan membawa ibunya pergi dari kediaman mereka. Karina tidak bisa tidur semalaman, tadi pagi saat ayahnya hendak pergi ke istana dia juga berpesan agar ayahnya bisa membantu membujuk Niko untuk tidak membuatnya menderita karena dia sudah menyesali atas apa yang sudah dia lakukan pada Amerika. Mister Launch menghela napas dalam saat dia duduk dengan gelisah, semua mata tertuju kepadanya. Karena dari kesepuluh anggota dewan istana keluarga Launch selalu yang membuat keputusan sepihak dan terlihat jelas tidak mendukung Niko dengan alasan karena putrinya tidak dilirik Niko sama sekali.
Tidak berapa lama Niko sudah keluar dari gedung tersebut.Masuk ke dalam mobil dengan raut wajah dingin membuat Aspen tidak banyak bertanya kepadanya.Suara ponsel Niko berbunyi, sebuah nama tertera di layar depannya.Dimitri …“Hallo …”“Bos, semua yang sudah bos perintahkan, sudah aku lakukan.”“Bagus, lalu …”“Kondisi ayahnya Amerika sudah membaik, awalnya perempuan itu menolak bantuaku tapi setelah aku jelaskan dia menjadi senang entah apa yang dia pikirkan.”“Aku tahu.”
Dalam waktu singkat setelah membawa pulang Amerika kembali ke kastil tempat mereka tinggal selama di Rosen. Niko meminta ibunya dan juga bibinya, ibunya Aspen untuk menjaga Amerika, karena gadis itu masih trauma.“Bibi, maaf merepotkanmu kali ini.” Ucap Niko pada Lucia yang juga sebagai kepala pelayan di kediaman ibunya.“Tidak apa-apa Pangeran, selama kau pergi, biar aku yang akan menjaganya.” Jawab Lucia.“Terima kasih.” Ucap Niko.“Nik, semuanya sudah siap. Apa kita pergi sekarang?” tanya Aspen.Niko menatap Amerika yang masih tertidur dengan tubuh diselimuti, sebelumnya seorang dokter istana sudah memeriksa Amerika dan diberikan obat penenang sehingga dia mengantuk lalu tert
“APA? ADA APA?” Amina bergegas menuju kamar Alex yang sudah dipenuhi para pelayan.Semua orang menyingkir memberikan jalan kepada Amina.“DIA KENAPA?” teriak Amina suaranya memekakan telinga.“Amina tenangkan dirimu.” Ucap Adrian pada istrinya.“Bagaimana bisa kau berkata seperti itu, hah? Dia anakmu. Apa kau tidak melihatnya dia terluka.”“Dia hanya pingsan dan menurut dokter istana lukanya juga tidak parah.”“Adrian …” bola mata Amina melotot.“Kalian semua bisa keluar.” Perintah Adrian pada semua pelayan.
Dari tempat Amerika, dia bisa mendengar suara letusan senjata yang sangat keras tapi di luar kamar tidak terdengar apa-apa.“Nik, maafkan aku! Huwaaaa … Mama … tolong aku.” Setelah berbicara Alex melihat darah segar keluar dari kakinya tak lama kemudian dia pingsan.Niko mengambil pistol miliknya lalu dia pergi meninggalkan Alex yang masih tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.“Niko …” seru Aspen.“Bereskan semuanya seperti biasa, aku hanya memberinya peringatan. Dia sendiri yang menembak kakinya.” Kata Niko raut wajahnya dingin, dia memberikan pistol yang ada di tangannya pada Aspen.“Baiklah!” kata Aspen, dia langsung masuk ke kamar setelah itu menghub
Alex membuka resleting baju Amerika saat pintu didobrak dari luar dengan keras.BRAK!Seketika Niko masuk bersama dengan Aspen dan dua orang pengawalnya.Alex terkejut bola matanya melebar saat dia melihat Niko yang langsung berjalan berlari menerjangnya.“Dasar bajingan!” teriak Niko dengan keras.Tendangannya mengenai wajah Alex.“AUW … PENGAWAL.” Teriak Alex sambil memegang wajahnya yang terasa sakit akibat tendangan keras Niko.Aspen dan yang lain langsung menghajar para pengawal yang ada di kamar sebelah saat mereka tahu bahwa ada orang lain di dalamnya.