***Wajah Lexsi berubah gelap. Ini adalah pestanya, tempatnya bersinar. Tapi kali ini Ellina mengambil alih segalanya. Kakaknya bahkan berulang kali memperjelas bahwa dia hanyalah anak luar dan bukan anggota keluarga Rexton. Jadi bagaimana dia yag merupakan orang luar bisa mengatur keluarga Rexton? Menanggapi itu, Lexsi benar-benar marah. Dia merasa ingin mencekik Ellina hingga mati. "Mari kembali ke tujuan pesta," ajak Aldric mengingatkan semuanya. Para tamu mulai menyebar dan menikmati hidangan yang ada. Ini sudah satu jam lamanya dari waktu pertunangan yang seharusnya. Azzura dan Raven mulai gelisah karena anaknya tak kunjung datang. Berkali-kali mereka menghubungi Kenzie, namun ternyata tak ada jawaban. Ellina sama sekali tak beranjak dari samping Aldric, membawa kerinduan mendalam hingga Aldric membawa Ellina untuk memperkenalkan kepada beberapa teman kolega bisnisnya. Ellina cakap, anggun, cerdas, dan bersikap sangat hangat, membuatnya disukai dengan mudah. Sementara Vania
***"Kali ini kau benar-benar keterlaluan!"Ellina tak menyangka bahwa Lexsi akan masuk dalam jebakannya dengan mudah. Membenarkan kata-katanya tanpa menyangkal. Meski itu benar, tapi tanggapan orang lain berbeda. Mereka jelas hanya melihat dirinya yang terluka dengan bukti yang jelas. "Tak hanya mengakui hadiah Kakaknya, tapi juga menginginkan tempatnya. Dia benar-benar gadis yang buruk.""Kupikir dia anak yang berbakti, tapi nyatanya dia tak lebih dari benalu dalam sebuah pohon.""Apakah keluarga Rexton buta? Membuat anak kandungnya menderita demi anak luar?"Suara-suara itu kian memburuk. Membuat Lexsi mundur dan menggeleng. Air matanya turun, matanya menatap wajah Ellina penuh kebencian. Tapi ia sadar, bahwa posisinya sulit di sini. "Kak, katakan pada mereka sebelum semua salah paham. Kau bohong, kau jelas-jelas tahu, bahwa aku--""Benar," potong Ellina tak memberi Lexsi kesempatan bicara lagi. "Aku menggigit tanganku sendiri, jatuh di lantai dan menampar wajahku. Itu kan ya
Sementara ketegangan terjadi di pesta keluarga Rexton, sebuah teriakan ketakutan terdengar di sebuah rumah sederhana. Kegelapan melingkupi rumah tersebut bertepatan dengan seluruh anggota keluarga yang telah di angkut. Selanjutnya, kilatan api terlihat sebelum akhirnya membesar dan menbakar habis seisi rumah. Dalam sebuah apartemen, Ethan sama sekali tak berpikir ada yang aneh dengan perasaannya. Dia hanya menatap layar televisi di depannya dengan senyum tipis. Sudah jelas terlihat, bahwa pesta meriah artis pendatang terbaik mendapatkan tempat di beberapa stasiun televisi secara live. Hal itu menunjukkan, betapa berharganya Lexsi sebagai artis baru. Gambar yang terlihat dalam kotak persegi itu jelas mengungkap wajah-wajah yang familier untuknya. Namun dia terpaku saat waktu pertunangan itu terjadi. Ekor matanya menyipit, meneliti pria tampan yang tengah dia lihat di dalam tv. "Dia ... Kenzie? Yah, sempurna. Mereka terlihat seperti pasangan dari surga,"Bibirnya tertarik ke atas, me
"Kau tak bisa!" Aldric bergerak cepat dan berdiri di depan Kenzie. Dia menatap Ellina dan Kenzie bergantian. "Kenzie, jangan lakukan itu. Baik, kau bisa memiliki Ellina, tapi kau tak bisa seperti ini pada keluarga Rexton."Ekspresi Kenzie bergeser. "Kenapa tidak? Ellina bukan anggota keluarga Rexton. Dan aku tak memiliki alasan untuk--""Mulai saat ini, Ellina berhak menggunakan nama keluarga Rexton." potong Aldric cepat dan memohon. Membuat Ellina tersenyum tipis tak percaya. Aku dijual! "Tapi Ellina hanya akan memiliki nama keluargaku di belakang namanya. Dan aku lupa, bukankah Ellina juga bukan anak kandung Paman? Aku tak tahu akan kebenaran itu, tapi kurasa, informasiku tak akan salah.""Apa?" Vania, Lexsi, Ellina, dan semua yang ada di ruangan itu mengatakan itu secara kompak. Kilatan binar bintang terlihat di mata Ellina. Dia menatap Kenzie yang masih menatap Aldric tanpa ekspresi. "Apakah aku bukan ... A-yah, apa maksud kata-katanya?"Aldric mengusap wajahnya kasar. Dia
Dan entah sejak kapan, Ellina menurut dan memilih tutup mulut. Memperhatikan bagaimana Kenzie mengobati luka di lutut dan tangannya. Tatapan pria itu lembut, dan sangat hati-hati seakan akan takut akan menggores luka di atas kulitnya. Perlakuan itu, bisakah dia mengatakan bahwa itu sedikit istimewa? Dia ingat, Kenzie tak pernah menyentuh kulitnya sedikit saja di masa lalu. Dan kini, rasanya kembali berbeda. Hal itu membuat matanya tertuju pada wajah Kenzie yang sangat dekat dengan tangannya.Ellina memperhatikan dengan sangat hati-hati dan teliti. Bagaimana dua alis hitam itu bisa melengkung rapi. Di ikuti dengan hidung yang menjulang tinggi. Lalu bibir tipis terkatup yang melengkung sempurna. Ada dua mata tajam yang selalu menampilkan tatapan tajam. Seperti menarik setiap orang yang menatapnya untuk tenggelam ke dasar jurang. Seperti lubang hitam yang membuat penatapnya tak akan mengetahui hal-hal yang di pikirkan pemiliknya. Saat mata itu terfokus pada satu tujuan, dia bisa melihat,
Di sebuah ruangan, Ernest begitu terganggu saat sebuah suara di saku jasnya di iringi dengan getaran halus mengganggu aktivitasnya yang tengah menikmati segelas wine. Dia dengan malas mengangkat telepon itu dan tertegun saat melihat Ethan dengan keadaan yang mengenaskan. Dia melirik id telepon dan menggeram. "Reegan, kau!"Kenzie mengambil alih telepon dan berhadapan dengan Ernest. "Bagaimana dengan kejutannya? Apa kau menyukainya, E. V.?" Ernest mengeratkan gigi-giginya. Bibirnya terkatup rapat. Riak ekspresi wajahnya berubah sangat cepat. Matanya menatap ganas. "Lepaskan dia! Dia adalah orangku!"Kenzie diam sesaat. "Kau memberi perintah padaku? Bukankah dia peretas terbaik di negara ini? Menurutmu apa yang terjadi pada perusahaanmu saat dia mati?"Ernest terbelalak. Kini dia menyesal karena pernah menyerang perusahaan Reegan. Harusnya dia tahu, Kenzie bukankah orang yang bisa dia singgung. Dia harus menyelamatkan Ethan. Apapun yang terjadi, Ethan tetap harus hidup. Tapi dia juga
Siluet kemerahan telah terbenam di barat. Saat langit perlahan menggelap, dua mata cantik dengan binar yang pudar itu pelan terbuka. Ini sudah satu minggu lamanya, sejak kejadian buruk yang menimpanya. Ia baru tersadar dan seoalah mengalami mimpi yang panjang. Di sudut ruangan, ada sebuah meja dengan kepulan asap tipis dari secangkir kopi panas di atasnya. Lalu lengkap dengan suara keyboard yang terdengar akrab dan cepat. Wajah pria yang duduk di sana terlihat sangat serius. Itu terlihat dari fokus matanya yang tak teralihkan sedikitpun. Garis hidung, bibir dan semua keindahan yang terpahat rapi, membuat pemiliknya menjadi kian tampan dari sudut ini. Dan itu membuat riak keterkejutan di mata cantik yang baru saja terbuka.Tidak, kenapa dia ada di sini!Gadis itu menutup matanya secara pelan. Mengatur napasnya senatural mungkin. Semua gerakan tubuhnya terkunci dan lemas. Itu adalah cara alami tubuhnya untuk melindungi diri. Dalam keadaan ini, pikirannya mengingat beberapa hal yang tel
Sial! Apa yang telah kulakukan! Kenzie memaki dirinya sendiri yang telah hilang kendali dan kontrol diri. Dia dengan cepat membalikkan tubuh Ellina dengan sangat hati-hati. Sudah jelas terlihat bahwa luka di punggungnya kembali terbuka. Luka lebar itu kembali menganga, menampilkan daging putih segar kemerahan. Dia memejamkan matanya. Teriakan jelas terdengar di seluruh sudut rumah. Dalam ruangan lain di rumah yang sama. Lander duduk di depan meja kerjanya dengan laptop yang masih menyala. Tangannya berkali-kali mengangkat sebuah telepon dengan tangan lain memegang sebuah pena dan menuliskannya di atas buku kecil. Tugas ini cukup berat untuknya. Setelah semua tugas dan informasi yang selalu tuannya gali, ada banyak sisi berlobang yang harus ia cari Informasinya. Lander mendesah pelan, saat tangannya menutup telepon itu. Matanya terpaku pada tulisan tangannya di atas buku. "Ya Tuhan, kenapa tak ada informasi lain?!"Itu adalah sebuah tugas untuk mencari informasi tentang ibu kandung