Seseorang tidak akan bertambah kuat jika ia mempertahankan kebiasaan lama yang membuatnya sudah merasa cukup berada di zona nyaman. Sejak kemarin, sembilan pedang suci mengubah kebiasaan mereka yang selama ini masih lebih banyak istirahat.
Sembilan remaja itu memutuskan untuk lebih disiplin latihan, mengisi setiap waktu kosong dengan latih tanding, tidur tak lebih dari tiga jam, dan hanya istirahat pada saat makan.
Hero memang sudah terbiasa menghabiskan waktu untuk berlatih sendirian, tetapi ia benar-benar harus bertarung dengan rasa lelah. Berbeda dengan teman-temannya yang sekarang memiliki energi tak terbatas, Hero hanya mengandalkan ketahanan fisik.
“Menurutku, latihan hari ini akan sangat melelahkan,” ujar Leander yang baru saja menyelesaikan sarapannya. “Guru Callia pasti akan menguji kekuatan fisik kita sebelum menggunakan kemampuan,” lanjut Leander.
Cia pun mengangguk setuju, ia tahu betul karakter kakaknya saat melatih pa
“Guru, jumlah mereka sangat banyak. K-kita sepertinya akan mati di sini,” ucap Dann dengan suara yang bergetar. “Jangan mau membuang nyawamu semudah itu, Dann.” Callia mencabut pedangnya. “Kau pergilah! Bahaya jika tetap di sini,” suruh Callia yang siap menebaskan pedangnya. “Aku tidak mungkin meninggalkanmu sendirian, Guru,” kata Dann yang masih menahan rasa gugup dan memegangi sabuk pedang di pinggang. “Aku akan melindungimu!” seru Dann lalu mencabut pedangnya. Dann berpikir bahwa teman satu timnya pasti sedang menunggu, karena itu ia meniup peluit logam yang diberikan Luka. Tiupan peluit yang dibuat keluarga Zinnia itu melengking seolah ingin membelah hutan. Luka yang mendengar bunyi itu pun bergegas memacu langkah mengajak Eireena. “Luka, lewat sini!” Eireena menunjukkan jalan. Mereka berdua berlari sekuat tenaga. Sesampainya, Eireena dan Luka melihat Callia sedang melawan puluhan boneka kayu. Dann juga tampak terpojok, tetapi Luka langsun
Tim dua sudah berada di titik awal, tepat di tengah hutan. Namun, Callia sudah tak ada di sana. Sayangnya, mereka juga tidak bisa merasakan aura seperti yang dilakukan Hero atau orang dewasa lainnya.Beberapa jam mencari dan keluar masuk hutan, keberadaan Callia sama sekali tidak diketahui. Bendera merah yang dikatakan Callia juga tak berhasil ditemukan.“Aku yakin bendera itu memang ada pada guru Callia,” ujar Arion yang masih memikirkan cara untuk menemukan gurunya.“Kami juga memikirkan hal yang sama,” sahut Eireena. Tim tiga kembali ke titik awal sebab Dann ingat saat Callia memintanya untuk mundur Dann melihat bendera merah di pinggang Callia, persis di dekat sarung pedang.“Tapi, kami juga tak berhasil menemukan guru Callia,” tambah Luka kemudian duduk di sebelah Teon. Mereka semua merasakan hal yang sama, termasuk rasa lapar yang mulai bergejolak dan perut pun menagih untuk diisi.“Tim satu sekarang
Hero segera menyusul Callia dan tampak mempercepat langkah untuk memastikan satu hal yang mungkin diketahui gurunya itu.“Guru, apa selama ini ada peri lain yang bisa masuk ke Kota Gardraff?” tanya Hero yang tak pernah melupakan pertemuannya dengan Andromeda Freesia di hutan larangan.“Tidak, setahuku tidak pernah ada, Hero,” jawab Callia dengan tatapan menyelidik dan curiga bahwa Hero mengetahui sesuatu.Namun, saat Callia menanyakan hal itu, Hero menjawab bahwa dirinya tak mengetahui apa pun. Hero mengatakan bahwa ia hanya ingin tahu hal yang menyebabkan Kota Gardraff disegel.“Baiklah, bersiaplah untuk latihan.” Callia menepuk bahu kanan Hero.Latihan berikutnya adalah menghilangkan aura. Callia meminta muridnya yang sudah menguasai kemampuan itu untuk membantu mengajarkan pada mereka yang belum terlatih.“Jika kalian belum tahu, sebenarnya menghilangkan aura adalah tentang kalian dan diri kalian
Hero dan Leander menyadari bahwa tim dua dan tim tiga sudah bergerak mengepung. Namun, mereka tak tahu bahwa Cia berhasil menyentuh peti gulungan kertas. Gadis itu mencabut pedangnya pelan-pelan dan langsung memotong akar pohon yang melilit peti itu.Arion bergerak mengalihkan perhatian Seema, sementara Teon menangkis serangan Hero yang hampir mengenai Cia.Leander pun tak berdiam diri. “Dehyperlean!” lirihnya dan langsung merebut peti yang dipegang Cia. Gadis itu perlahan dapat dilihat dan posisinya terduduk karena kaki Cia tersandung akar pohon besar di sana.Memanfaatkan kekacauan ini, tim tiga bergerak dengan cepat. “Sequoia saltrees!” Eireena mengatasi kembarannya dengan mengikat kaki Leander lalu menggantungnya di pohon dengan posisi kepala di bawah.“Maafkan aku, Lean,” ucap Eireena seraya bergegas merebut peti dan melemparnya ke arah Dann.“Hero, Seema ... Kejar Dann!” teriak Leander dan berus
Di kedalaman hutan menyimpan banyak rahasia. Memasuki hutan seperti tenggelam dalam lautan berwarna hijau tua karena dipenuhi pepohonan dan berbagai jenis rumput. Hero dapat mendengar dengan jelas suara gemeresik daun-daun kering di tanah dan suara desisan tak jauh dari jebakan yang dibuat Luka.Mereka bereempat sama sekali tak membuat gerakan apa pun, Leander bahkan melirik Hero pelan-pelan untuk menanyakan aura siapa yang dirasakannya.“Aku mendengar ular berdesis,” bisik Hero. “Kau pasti akan bernostalgia, Lean.” Hal yang pernah dikhawatirkan Hero ternyata benar-benar terjadi. Menurutnya, ular raksasa yang pernah mengejar Leander kembali lagi ke hutan.Hero sudah bersiap-siap untuk menyerang, tetapi ia tak lagi merasakan keberadaan ular raksasa itu di sekitar mereka. “Luka, sepertinya sudah aman,” ucap Hero dan mereka pun kembali melangkah.“Ular itu sepertinya hampir masuk perangkap,” kata Luka sambil me
Tirana tiba di kediaman sembilan pedang suci. Ketika Hero melihat rambut merah Tirana Saffron yang dikepang, ia pun berpikir tentang adanya kemungkinan Tirana mengenal sosok perempuan dalam mimpinya.Namun, Hero menahan rasa penasarannya. Selain rambut Tirana yang tampak lebih terang, Hero juga memperhatikan bahwa Tirana dan perempuan yang mengaku ibunya tak memiliki kemiripan wajah.Sementara itu, Teon tampak menghampiri Tirana dan memberikan setitik darah yang sebelumnya Teon ambil dari pedang Hero.“Kalian tunggulah sebentar, aku akan memeriksa ini,” ujar Tirana pada Teon.Tak membutuhkan waktu lama, Tirana bisa dengan cepat mengetahui si pemilik darah itu. Ia pun beranjak menemui sembilan pedang suci di halaman depan.“Di mana dan bagaimana kalian bisa bertemu iblis pemilik darah ini?” tanya Tirana.“Di dalam hutan saat memeriksa perangkap yang dibuat Luka, Guru.” Seema menjawab dengan lugas lalu mence
Satu demi satu rasa penasaran yang mendera sembilan remaja itu perlahan menemukan jawaban. Sekarang mereka tahu bahwa Adark memang telah binasa seperti yang pernah dibaca Seema dalam buku catatan Dryas.Namun, mereka tak menyangka bahwa iblis yang mendambakan keabadian justru dihabisi oleh putra sulungnya sendiri. Terlalu mengerikan untuk dibayangkan, tetapi seperti itulah kenyataannya.Tirana menghentikan ceritanya dengan meminta sembilan pedang suci untuk lebih berhati-hati dan terus berlatih agar bisa melindungi penduduk kota.“Sekarang kalian harus fokus latihan!” Tirana berdiri dan mulai menjelaskan beberapa hal yang harus diketahui murid-muridnya.Selain menjelaskan tentang cara menangani memar, luka lecet, luka robek, luka tusuk, dan luka bakar, Tirana juga menunjukkan beberapa jenis obatnya. Selain itu, ia pun membawa berbagai jenis racun dan menjelaskan obat dan tanaman yang bisa menjadi penawar.“Guru, apa tidak ada peri
Hero pelan-pelan melangkah dan berdiri membelakangi Tirana dengan pedangnya yang siap menebas. Ia juga meminta teman-temannya waspada karena Hero merasakan aura Snakeroot dari dalam hutan.Bruukk!Tubuh dua penjaga dilempar ke arah mereka. Sembilan pedang suci sangat mengenali kedua penjaga itu, wajah mereka tampak pucat dan tak sadarkan diri. Tirana meraba denyut nadi dua penjaga dan meminta murid-muridnya membantu membawa mereka.Teon, Dann, Luka, dan Arion mengangkat tubuh kedua penjaga ke dalam tempat tinggal mereka. Sementara Eireena dan Cia membantu Tirana membawa tas yang berisi banyak jenis obat.“Hero, ayo!” Leander melesat berlari memasuki hutan disusul Hero. Mereka sama sekali tak mengkhawatirkan tentang betapa kuatnya Snakeroot.“Hei, kalian berdua!” teriak Seema yang tak dapat menahan langkah dan segera menyusul.Semilir angin bertiup pelan, Hero tak lagi merasakan aura keberadaan Snakeroot, kead