TERNYATA ISTRI PEMBAWA HOKI ITU (TIREN)

TERNYATA ISTRI PEMBAWA HOKI ITU (TIREN)

last updateLast Updated : 2025-10-16
By:  Bawah Tanah Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
5Chapters
14views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Seorang pemuda pemalas namun cita-citanya tinggi ingin menjadi orang terkaya di kampungnya. Sayangnya, kesehariannya membuat ibunya yang sudah tua renta selalu kesal dengan kelakuannya yang hanya ingin makan tidur, setiap hari hanya melamun ingin kaya, namun tak mau bergerak berupaya menjemput kekayaan. Hingga suatu hari pria tersebut bertemu seorang wanita ketika ia Tengah memancing ikan di sungai, keduanya jatuh cinta dan akhirnya menikah, istrinya membawa hoki dengan cepat mampu membuatnya kaya raya. di kampungnya pria itu menjadi orang terkaya, namun pada akhirnya ada kejadian yang menggemparkan, setelah tahu siapa istrinya yang selama ini dinikahinya. Lalu, seperti apakah kisahnya? Silakan baca semoga kalian terhibur. (Salam sehat satu jiwa)

View More

Chapter 1

SANG PEMALAS INGIN KAYA

"Parman, kamu lagi apa?" Tanya seorang ibu yang lagi berdiri sambil menggendong bakul nasi yang terisi piring dan cangkir kotor, ibu tersebut nampaknya ingin mencucinya di kali, tempat masyarakat kampung itu mandi, mencuci pakaian, piring dan lain-lain.

"Seperti biasa, Mak, aku lagi terbang ke bulan terus aku petik bulan itu, nanti di sini kita jual kan bisa kaya kali kita, Mak." Jawab Pemuda yang bernama Parman, anak ibu paruh baya tersebut.

"Ya ampun. Parman-Parman... Kamu ini bicara apa? lagi mimpi apa sudah sedeng kamu Parman. Sudah! Daripada kamu melamun yang gak jelas begitu tolong cariin kayu bakar, Mak mau masak sudah tidak ada kayu bakar di rumah."

Ujar ibu tersebut sambil menggeleng-gelengkan kepala. Setelah mendengar ucapan anaknya, semakin lama khayalan anaknya semakin tidak jelas. Bahkan terkadang ibunya, yang bernama Sarti selalu mengelus-ngelus dada. Setelah mendengar dan melihat kelakuan anaknya seperti saat itu.

Parman. Selalu berpikir ingin kaya-raya, tetapi setiap hari hanya termenung duduk di depan rumah panggung butut mereka tanpa melakukan pekerjaan apapun selain melamun. Seperti saat ini, ucapannya selalu membuat kesal ibu Sarti tatkala mendengar jawaban Parman, anaknya, jika ditanya.

"Ah, Mak ini ada-ada saja, suka mengganggu ketenangan putramu ini yang lagi melayang indah mau memetik bulan jadinya gagal deh, Mak. Ha ha ha ha ha ha ha ha ha." Jawabnya sambil tertawa membuat ibunya langsung melotot saking kesalnya.

"Parman. Kalau lagi ngomong sama orang tua itu yang benar!" Ibu itu melotot mungkin saking kesalnya. "Jangan cengengesan kayak begitu, memangnya ada yang lucu? Lagi pula memang benar kamu ini pikirannya aneh-aneh aja. Bulan mau dipetik memangnya jambu yang mau kamu petik."

Pada saat itu mata dan wajah wanita paruh baya itu sedikit merah saking marahnya, melihat tingkah laku Parman setiap saat ketika berbicara dengannya selalu tidak serius.

Sudah! Sekarang pergi ke kebun cari kayu bakar, jangan melamun yang tidak-tidak. Ibu mau masak, jika tidak ada kayu bakarnya kita hari ini tidak akan makan. Mau kamu menahan perut lapar, Parman? Sudah mencari uang tidak mau, coba bantu pekerjaan Mak supaya agak ringan, Parman."

Ibu Sarti bicaranya saat itu matanya berkaca-kaca saking kesal dan sedih campur aduk menjadi satu, mempunyai anak laki-laki satu-satunya tetapi belum bisa meringankan beban dia sedikitpun. Padahal saat ini hidup mereka hanya berdua, Bapak Parman telah meninggal dunia sejak lama. Tetapi Parman meskipun sudah tumbuh dewasa, namun entah mengapa tidak seperti Pemuda lainnya yang sebaya umurnya dengan Parman.

Kebanyakan mereka selalu giat bekerja membantu pekerjaan orang tuanya. Namun, hingga saat ini setiap hari Parman, hanya duduk termenung seperti berat sekali mengangkat pinggul dari tempat duduknya, dan menggunakan kedua kaki dan tangannya untuk melangkah mencari rezeki. Supaya bisa menghidupi mereka berdua, ataupun minimal buat dirinya sendiri. hingga saat itu, Parman selalu diam melamun seperti saat ini.

"Parman. Kamu mendengar ucapan Mak tidak? Tolong carikan kayu bakar sudah tidak ada kayu bakar sama sekali di rumah!" Kembali ibu Sarti berteriak karena Paman dari tadi belum bangkit dari duduknya. Malah kembali melamun menyandarkan punggungnya ke bilik bambu rumah mereka, sebagai pengganti tembok dan bilik bambu itu sudah pada lapuk dimakan usia.

Sehingga menambah kesedihan ibu Sarti karena belum mampu memperbaiki rumah yang sudah semakin lapuk, bahkan terkadang ibu Sarti takut tiba-tiba rumah mereka roboh ketika mereka sedang tidur malam hari. "Iya Mak sebentar, sekarang jika Mak mau ke sumur silahkan, pokoknya tenang aja yang penting entar Mak pulang kayu bakar sudah ada buat memasak."

Jawab Parman, namun tubuhnya tetap masih nyender dinding bilik bambu itu, membuat ibu Sarti semakin kesal. Namun, saat itu hanya menarik nafas dalam-dalam dan mengelus-elus dadanya berusaha menenangkan hatinya. Supaya jangan lebih marah lagi dan tidak mau sampai keluar kata-kata kotor terhadap Putra semata wayangnya.

Meskipun setiap saat selalu membuatnya kesal bahkan selalu menangis ketika melihat kemalasan hidupnya. Namun, ibu Sarti sebagai seorang ibu dia tidak mau membuat anaknya menderita akibat ucapan buruk terhadap putranya. Sehingga sekuat mungkin sampai detik itu ibu Sarti selalu menahan diri sekuat mungkin, agar jangan sampai ada kata-kata kotor dari mulutnya terucapkan terhadap putranya.

Meski benar-benar kesal dan bersedih, tapi dia selalu menahannya dan berusaha terus berdoa memohon sama yang maha Kuasa. Supaya Parman kelakuannya berubah jauh lebih baik lagi, saat itu pun mungkin ibu sarti sudah tidak mau berbicara apapun lagi, sebab jika terus ada di situ tentunya rasa kesalnya akan semakin bertambah.

Kemudian ibu Sarti melangkahkan kakinya turun dari rumahnya terus menuju sumur, ditatap oleh Parman yang lagi tersenyum melihat ibunya pergi tak mau meladeni ucapannya. "Nah, begitu dong Mak, jadi orang tua itu jangan bawel terus. Masa ngasih makan anak satu aja seperti tidak mau, pokonya jika aku kaya. Nanti Mak akan senang, pokoknya Mak tidak akan kesulitan lagi hidup. Tapi saat ini Sabar dulu, Mak." Gumannya di tengah tawa kecilnya.

Matanya terus menatap ibunya yang semakin lama semakin menjauh bahkan tak terlihat lagi. Setelah melewati rimbunnya pepohonan yang ada di sekeliling jalanan yang menuju sumur tempat segala keperluan semua warga Kampung tersebut.

Pada saat itu Parman belum beranjak dari duduknya, entah lupa atau memang malas pergi. Meskipun tadi telah berjanji sama ibunya mau mengambil kayu bakar. Tapi entah mengapa saat ini malah kembali melamun semakin dalam.

"Kayaknya kemarin sore ketika hampir masuk waktu maghrib, aku melihat wanita cantik tersenyum terhadapku. Sepertinya dia itu menyukaiku bahkan tadi malam juga mendatangiku ke dalam mimpi. Siapa dia ya? Aku penasaran banget?" Ternyata saat itu Parman sedang melamunkan seorang wanita yang dilihatnya, namun entah siapa sesungguhnya wanita tersebut. Nampaknya dia pun kala itu belum mengenalnya.

"Apa aku harus mencari sesuai tempat yang tadi malam ada di mimpiku? Siapa tahu memang gadis itu ada di tempat itu, jika benar, Waduh! Hebat tenan aku bisa memiliki pacar cantik seperti wanita itu, bahkan jika mau dinikahi boleh juga kayaknya luar biasa mantul nya." Semakin lama kian dalam lamunannya saat itu, Parman terus memikirkan keadaan wanita tersebut.

"Tapi, sepertinya. Aku belum pernah melihat wanita secantik itu di kampung ini atau kampung sebelah, siapa dia ya? Apa ada pendatang baru pindahan dari kampung lain yang belum aku tahu?" Pada saat itu semakin lupa sama tanggung jawab dia yang telah dimintai tolong ibunya untuk segera mengambil kayu bakar.

Justru yang ada saat itu tiba-tiba Parman malah tertidur sambil nyender di bilik bambu itu. Kini, Parman sedang ada di alam mimpinya, Parman kembali bertemu wanita yang tadi sedang dipikirkan ia, kala itu dalam mimpinya wanita itu sedang tersenyum melambaikan tangan di sebuah kali besar, wanita cantik itu sedang duduk di atas batu besar sedang tersenyum terhadapnya.

"Mas sini dong, kenapa malah menatapku seperti itu, apa kamu lupa sama aku? Aku kan kekasihmu, Mas."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

reviews

Bawah Tanah
Bawah Tanah
silakan beri bintang terbaik. Cerita ini akan membawa kalian ke dalam lain ....️
2025-12-12 14:36:46
0
0
5 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status