Share

Bab 254

Penulis: Bhay Hamid
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-17 19:02:10

Fajar di Desa Petir bukan lagi pertanda harapan, melainkan dentuman mengerikan yang membelah keheningan. Pasukan Kerajaan, yang semalam tiba dalam kekacauan, belum sempat menghela napas. Tuan RakaGiri, tak memberi jeda sedikit pun, melancarkan pukulan telak berikutnya.

"Ki Rana, sudah siapkah meriam-meriam itu?" tanya Raka, matanya menatap Desa Petir yang tampak tenang dari kejauhan, sebuah ketenangan yang akan segera hancur.

Ki Rana tersenyum sinis. "Lebih dari siap, Tuan Raka. Meriam-meriam Giri Amerta sudah diarahkan dengan sempurna. Mereka akan merasakan sendiri bagaimana rasanya dihantam tanpa peringatan."

“Bagus, namun jangan menindas penduduk desa petir biarkan mereka memilih ingin bergabung dengan giri amerta atau mengungsi ke wilayah Kerajaan surya manggala yang lain.”

“Baik Tuan Raka, semua pasukan sudah hamba intruksikan seperti kehendak Tuan Raka.” Ujar Ki Rana

Suara dentuman pertama mengoyak pagi. Bola api raksasa melesat dari bukit-bukit di sekitar Giri Amerta, meluncur
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Hidup Kembali di Zaman Kuno   Bab 256

    Kemenangan telah diraih, namun Tuan Raka tahu bahwa peperangan yang berkepanjangan hanya akan membawa kehancuran bagi semua. Langit di atas Giri Amerta memang cerah, namun di kejauhan, awan kelabu ketidakpastian masih menggantung di atas sisa-sisa Kerajaan Surya Manggala. Inilah saatnya untuk diplomasi, untuk menenangkan badai yang telah mereka ciptakan.Di aula pertemuan Giri Amerta yang megah, Tuan Raka duduk di singgasananya. Di hadapannya, Patih Jindan, seorang pria paruh baya dengan kebijaksanaan terpancar dari sorot matanya yang teduh, berlutut."Patih Jindan," ucap Raka, suaranya tenang namun penuh wibawa. "Kau adalah orang yang paling kupercaya untuk tugas ini. Patih Jindan dikirim untuk diplomasi."Patih Jindan mendongak, menatap Raka. "Hamba siap, Tuan. Tapi, apa yang harus hamba sampaikan kepada mereka yang hatinya masih membara karena kekalahan?"“Sampaikan jika kita tidak ada niatan untuk memberontak, namun pasukan istana menyerang maka kita mempertahankan wilayah.”“Baik

  • Hidup Kembali di Zaman Kuno   Bab 255

    Debu telah mereda. Asap tipis masih mengepul dari reruntuhan yang dulunya adalah Desa Petir, kini hanya menjadi saksi bisu dari kekalahan telak. Sebulan penuh, medan perang telah menjadi panggung bagi ambisi dan kehancuran. Pertempuran demi pertempuran, serangan tanpa henti, dan dentuman meriam telah mengukir sejarah baru.Tuan Raka berdiri di puncak bukit, menatap hamparan wilayah yang kini sepenuhnya berada dalam genggamannya. Di sampingnya, Ki Rana, komandan pasukan khusus, tersenyum puas."Sudah sebulan penuh, Tuan," ujar Ki Rana, suaranya dipenuhi rasa bangga. "Seakan baru kemarin kita memulai 'blitz' kuno itu."Tuan Raka mengangguk, sorot matanya tajam namun juga memancarkan kelegaan. "Ya, Ki Rana. Akhir pertempuran selama sebulan ini akhirnya tiba."“Kita memiliki sumberdaya yang kuat dan siap melawan jika kita di tindas, hal ini bukan kehendak kita, melainkan kehendak istana.”Di sisi lain medan perang, suasana duka menyelimuti markas Kerajaan Surya Manggala yang tersisa. Par

  • Hidup Kembali di Zaman Kuno   Bab 254

    Fajar di Desa Petir bukan lagi pertanda harapan, melainkan dentuman mengerikan yang membelah keheningan. Pasukan Kerajaan, yang semalam tiba dalam kekacauan, belum sempat menghela napas. Tuan RakaGiri, tak memberi jeda sedikit pun, melancarkan pukulan telak berikutnya."Ki Rana, sudah siapkah meriam-meriam itu?" tanya Raka, matanya menatap Desa Petir yang tampak tenang dari kejauhan, sebuah ketenangan yang akan segera hancur.Ki Rana tersenyum sinis. "Lebih dari siap, Tuan Raka. Meriam-meriam Giri Amerta sudah diarahkan dengan sempurna. Mereka akan merasakan sendiri bagaimana rasanya dihantam tanpa peringatan."“Bagus, namun jangan menindas penduduk desa petir biarkan mereka memilih ingin bergabung dengan giri amerta atau mengungsi ke wilayah Kerajaan surya manggala yang lain.”“Baik Tuan Raka, semua pasukan sudah hamba intruksikan seperti kehendak Tuan Raka.” Ujar Ki RanaSuara dentuman pertama mengoyak pagi. Bola api raksasa melesat dari bukit-bukit di sekitar Giri Amerta, meluncur

  • Hidup Kembali di Zaman Kuno   Bab 253

    Pagi menyingsing, namun bukan kehangatan yang dibawa, melainkan hawa dingin kemenangan yang menusuk tulang. Pasukan Giri, yang baru saja menguasai Parit Selatan, tidak memberi waktu musuh untuk bernapas. Raka, dengan tatapan tajam dan rencana matang, telah mempersiapkan kejutan selanjutnya."Ki Rana, kita tidak punya waktu untuk berpuas diri," ujar Tuan Raka kepada komandan pasukan khususnya, seorang pria berbadan tegap dengan pedang panjang di punggungnya. "Musuh pasti sedang meratapi kekalahan mereka. Inilah saatnya kita menyerang!"Ki Rana mengangguk. "Siap, Tuan. Pasukan khusus sudah tak sabar untuk bergerak. Tapi, serangan tanpa henti? Bukankah itu akan menguras tenaga kita juga?"Raka tersenyum tipis, sorot matanya penuh misteri. "Justru di situlah intinya, Ki Rana. Kita akan melancarkan serangan tanpa henti, sebuah 'blitz' kuno yang akan menghancurkan semangat mereka dari dalam."Matahari baru saja naik sepenggalah ketika Pasukan Khusus Giri melancarkan serangan pertama mereka.

  • Hidup Kembali di Zaman Kuno   Bab 252

    Angin dingin bulan purnama menyapu Parit Selatan, membawa serta aroma ketegangan yang pekat. Di sinilah, di cekungan tanah yang lembap dan berbau lumpur ini, nasib dua kekuatan akan ditentukan.Pasukan Giri Amerta, dengan ambisi membara di mata para prajuritnya untuk mempertahankan wilayah mereka, telah memilih lokasi ini sebagai jantung pertarungan."Tuan Raka, Parit Selatan ini memang tempat yang licik," ujar seorang prajurit muda, suaranya bergetar menahan dingin dan cemas. "Tanah becek, lumpur merayap hingga mata kaki. Ini akan menyulitkan pergerakan kita."Raka menatap cakrawala yang kelam, seolah mencari petunjuk dari bintang-bintang. "Justru di sinilah letak keuntungan kita, Prajurit," jawabnya, suaranya rendah namun penuh keyakinan. "Lumpur akan memperlambat laju kuda-kuda musuh. Dan ingat, kita bukan sekadar pasukan, kita adalah badai yang akan menyapu habis ilusi kejayaan mereka!"Malam itu, di bawah temaram obor, Tuan Raka mengumpulkan pasukannya. Bayangan mereka menari-nar

  • Hidup Kembali di Zaman Kuno   Bab 251

    Sauna pagi yang bersalju mewarnai konflik internal Kerajaan surya manggala yang di kompori oleh Aryo dan Anom dua pejabat istana yang rakus. Di menara pengawas Giri Amerta Tomi mengamati seksama sebagai kepala penjaga benteng desa.“Ada gerakan dari arah barat! Bendera Kerajaan! Pasukan bantuan datang!”“Tuan, apakah mereka tidak berfikir bahwa kit aini bukan musuh mereka.” Salah satu pasukan tomi risau“Mereka sudah dibutakan oleh kekuasaan, dan hasutan kepingan emas yang ada di dalam benteng kit aini.”Pasukan penjaga mengangguk memahami mengapa pasukan istana Kerajaan tidak mau mundur padahal mereka sudah tiga kali gagal menyerang.Kedatangan Gelombang Kedua Pasukan KerajaanBarisan kuda dan infanteri terlihat mendaki dari balik bukit Karangsari, tanah yang menjadi jalur utama dari Ibu Kota Surya Manggala. Bendera merah dengan lambang matahari menyala berkibar di antara tombak dan panji-panji.Ki Banar, penjaga pengawas, berseru dari menara, “Jumlah mereka tak kalah dari pasukan pe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status