Share

Bab 04. Penasaran

Penulis: Tessa Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-18 22:37:19

Setelah kejadian itu, Alisa di antar ke rumah kontrakannya oleh keluarga Zaki.

Dia juga baru mengetahui bahwa laki-laki yang menolongnya tadi bernama Zaki, dan ibunya bernama Fatimah.

Sedangkan seorang wanita lainnya lagi bernama Zahra.

Mereka mengantarnya sampai ke depan rumahnya dan Alisa berterima kasih banyak karena mereka telah menolong dirinya.

Sebab, entah apa yang akan terjadi kalau tadi mereka tidak menolongnya.

Namun, yang membuatnya lebih bersyukur lagi adalah karena dia tidak bertemu dengan laki-laki itu.

Alisa tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia sampai bertemu dengan laki-laki itu tadi.

"Ya, Allah apa lagi rencana-Mu untuk hamba?" apa yang akan terjadi setelah ini?" tanya Alisa sambil menatap potret dirinya di dalam cermin.

Kata orang, dia memiliki struktur wajah yang mirip dengan abinya, sedangkan alis dan matanya mirip dengan uminya. Terlihat cantik.

“Abi.. umi.. Alisa rindu" gumam Alisa dengan wajah berlinang air mata.

Pada waktu seperti ini, biasanya dia sedang membantu uminya untuk menyiapkan makan malam.

Kemudian, mereka akan makan bersama sebelum melakukan shalat isya di masjid.

Apa yang terjadi di malam pengusiran membuat Alisa merasa sesak. Sebab, sudah pasti kenangan itu tak akan bisa berputar kembali. Ia sungguh menyesal.

Jika waktu bisa diulang, pasti dia tidak akan memaksa untuk keluar sendiri hanya untuk mencetak foto.

Ingatan yang sengaja Alisa putar membuat jantungnya berdebar kencang dan dadanya terasa sesak sehingga ia buru-buru mengambil air untuk diminum.

Hingga saat ini, Alisa masih terus berusaha mengendalikan diri agar terlihat baik-baik saja.

Ia harap dia bisa melewati ini semua dengan tetap mempertahankan anak di kandungannya.

Sebab, sekarang hanya dia satu-satunya keluarga yang Alisa miliki.

*

Di sisi lain, Zaki dan ibunya sedang berada di meja makan.

Seperti biasa, mereka menikmati makan malam bersama karena telah menjadi tradisi.

Semua berjalan lancar, hingga sampai di mana tiba-tiba saja Fatimah melontarkan pertanyaan yang membuat Zaki kaget.

"Menurutmu, bagaimana dengan Alisa?" tanya Fatimah.

Lontaran pertanyaan itu sempat membuat Zaki menghentikan kegiatannya mengambil kerupuk.

Namun, kemudian tangan itu kembali bergerak untuk meletakkan kerupuk di atas nasi.

"Bagaimana apanya, Bu?" Zaki balik bertanya, karena dia benar-benar tidak tahu apa yang dimaksud oleh Fatimah.

"Jangan pura-pura tidak tahu, Zaki. Memangnya kamu tidak ingin menikah? Bukankah tahun ini usia kamu sudah memasuki kepala tiga? Ibu sudah ingin memiliki cucu. Apa kamu ingin menikah kalau ibu sudah tidak ada lagi?"

"Kenapa ibu bilang begitu? Zaki tidak suka kalau ibu ngomong kayak gitu!" tukas Zaki kesal.

Dia sebenarnya tidak menyukai pembicaraan mereka kali ini.

Sebab, setiap kali Fatimah berbicara tentang pernikahan, itu membuatnya merasa tidak berbakti sebagai seorang anak.

"Ya, kalau kamu tidak suka, kenapa harus terus menolaknya? Ibu menyukai Alisa dan menurut ibu, dia adalah perempuan yang paling tepat untuk kamu. Alisa cantik dan juga insya Allah shaliha. Jadi ibu yakin kalau dia benar-benar perempuan yang tepat untuk kamu." jelas Fatimah panjang lebar.

"Lalu, kenapa harus Alisa, Bu? Kita kan baru saja sekali bertemu dengannya, itu pun dalam kondisi kurang baik. Jadi, bagaimana bisa ibu tiba-tiba meminta Zaki untuk menikahinya?" jawab Zaki dengan kesal.

Ia sungguh tidak habis pikir dengan Ibunya. Bagaimana bisa wanita paruh baya itu bicara seolah-olah semua itu bisa dilakukan dengan begitu mudah?

Padahal, menikah itu tidak semudah membalikan telapak tangan.

Sebab, ada banyak hal yang harus dipersiapkan dari segi ekonomi hingga mental.

Untuk saat ini, mentalnya belum siap untuk menikah karena dia masih merasa nyaman dengan dirinya saat ini.

"Terus mau sampai kapan, Zaki? Mau sampai kapan kamu seperti ini terus? Kamu memang tidak menyayangi, Ibu!" ucap ibunya dengan nada yang penuh kekecewaan.

"Bu, cukup! Kita sudah sering membahasnya. Oleh karena itu, jangan terus memaksa Zaki untuk menikahi wanita ini, wanita itu, dan lainnya. Zaki yakin kalau Allah akan mempersiapkan jodoh yang terbaik untuk Zaki. Jadi, Zaki harap pembicaraan ini selesai sampai di sini."

"Tapi, Zaki-"

"Zaki pergi dulu, Bu. Ada kegiatan di masjid. Assalamu'alaikum." pamit pemuda itu sembari mencium tangan Fatimah.

Ia lalu beranjak pergi meninggalkan ibunya yang masih duduk di meja makan.

Selain shalat isya, masjid yang berada di dekat rumah Zaki juga mengadakan pengajian rutin bersama dengan anak-anak dan remaja.

Belum sampai di masjid, Zaki telah lebih dulu kaget ketika melihat ada seorang laki-laki yang terus berdiri di depan masjid. Seakan sedang mengawasi sesuatu.

Namun, Zaki tetap acuh tak acuh dan berusaha untuk tidak peduli dengan semua itu.

Oleh karena itu, Zaki memilih untuk pergi melewati pria itu tanpa menegur.

Hanya saja, belum sempat Zaki bisa melangkah melewati si laki-laki itu, langkahnya telah lebih dulu terhadang.

Ya, laki-laki itu adalah Damian.

Dia sengaja menghalangi langkah Zaki karena Damian yakin kalau Zaki mengetahui keberadaan wanita yang ia cari.

"Permisi," pamit Zaki yang ingin pergi melewati Damian. Namun, Damian masih tetap berdiri di posisinya dengan wajah yang terlihat begitu angkuh.

Bahkan ia tak bergerak sesenti pun dari tempatnya semula.

"Aku yakin kamu mengetahui keberadaan wanita itu" kata Damian yang membuat Zaki mengangkat satu alisnya dengan heran.

Apa yang di maksud pria di hadapannya ini adalah Alisa?

"Maaf, saya tidak mengerti dengan apa yang Anda katakan,” jawab Zaki.

Pria itu lantas mencoba untuk mengambil jalan memutar agar Damian tidak bisa menghalanginya.

Namun, langkahnya kembali dihalangi oleh Damian dan kali ini tindakan pria itu terlihat lebih brutal lagi.

Tanpa basa-basi, Damian menarik pundak Zaki dan memaksa pria itu untuk menatap ke arahnya.

"Aku yakin kau mengerti dengan apa yang kumaksud. Aku mencari seorang wanita bercadar yang aku yakin masuk ke dalam bangunan itu.Jadi, katakan di mana wanita itu sekarang!"

geram Damian yang masih berusaha menahan amarahnya agar tidak bersikap brutal.

Apa yang terjadi membuat Zaki menanggapinya dengan santai. Dia tidak ingin gegabah, karena dia tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi di antara mereka berdua.

Jadi, dia harus ekstra berhati-hati untuk memberikan jawaban.

"Pertama, saya tidak mengenal Anda. Kedua saya juga tidak tau wanita mana yang Anda maksud karena yang masuk ke masjid ini bukan hanya satu orang saja. Jadi, saya tidak mengetahui perempuan yang Anda cari. Permisi!"

Zaki menyentak tangan Damian dari pundaknya dan langsung meninggalkan pria itu di depan masjid.

Ia lalu berjalan memasuki masjid untuk mengambil wudhu karena waktu sholat isya sudah dimulai.

Sementara Damian, dia masih sangat yakin dengan pendiriannya. Sebab, selama ini instingnya tidak pernah salah.

Sebelum pergi dari sana, tanpa sengaja ia melihat sesuatu yang berkilau terkena lampu masjid.

Rasa penasaran membawa Damian mendekati benda tersebut dan menemukan sebuah kalung perak dengan liontin kecil berukir sebuah huruf.

"A?" gumam Damian.

Entah mengapa, hati kecil Damian berkata kalau kalung itu adalah milik perempuan yang ia cari.

Namun, sebelum dia sempat berpikir lebih jauh, suara ponsel telah lebih dulu merusak imajinasinya.

"Saya sudah mendapatkan informasi yang Anda butuhkan, Pak." ucap Jack dari seberang telepon.

Perkataan pria itu langsung membuat Damian buru-buru memasukkan liontin itu ke saku dan pergi.

Kepergian Damian juga di ketahui oleh Zaki yang diam-diam memperhatikannya dari jauh.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hijrah Cinta Alisa   Bab 63. Setitik Rasa

    Semakin hari hubungan mereka berdua semakin dekat. Alisa dan Damian semakin dekat, karena dia merasa bahwa perjuangan pria itu untuk mereka benar-benar sangat luar biasa. Apalagi saat melihat perhatian Damian pada Abidzar yang sangat luar biasa berhasil membuat Alisa mulai luluh. Dia merasa ada sesuatu dalam dirinya, yang mulai bisa menerima semuanya. Begitu juga dengan Damian. Dia merasa bahwa Alisa mulai menerima kehadiran dirinya. Tapi, di saat dia merasakan kebahagiaan itu tiba-tiba saja ada seseorang yang masuk ke ruangan kerjanya tanpa permisi dan dia adalah Claudia.Melihat Damian yang terlihat berseri-seri seperti itu membuat Claudia kesal. "Lihat, kamu bisa tersenyum seperti itu di saat kamu menceraikan ku! di mana pikiranmu Damian?" seru Claudia yang tidak bisa menerima semua ini. Sulit sekali untuk bertemu dengan pria ini. Bahkan sejak pertama kali dia mendapat surat gugatan perceraian itu, Claudia tidak bisa menemui Damian. Dan beruntungnya mendapatkan kabar bahwa pria i

  • Hijrah Cinta Alisa   Bab 62. Memulai Dari Awal

    Damian dan Alisa berusaha menguatkan diri mereka untuk menjalani semuanya. Mereka berdua masuk ke ruangan Abidzar setelah bicara dengan dokter dan mereka harus siap dengan semua ini. Saat keduanya masuk, Mereka melihat Abidzar yang sudah duduk di atas tempat tidur rumah sakit, bersama dengan seorang perawat. Mereka berdua tersenyum, dan itu membuat Abidzar merasa ada sesuatu yang janggal di sini. "Assalamu'alaikum, anak ibu," ucap Alisa ketika melihat putranya sudah terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Abidzar juga tersenyum sambil menjawab ucapan salam dari wanita yang memakai cadar berwarna hijau tersebut. "Waalaikumsalam." jawab Abidzar dengan sedikit canggung, dengan semua ini. Damian ikut merasa senang dan bahagia karena putranya bisa menjawab ucapan salam dari Alisa. Mereka berdua mendekat ke arah Abidzar, dan duduk di dekat putra mereka. Alisa sendiri bingung dan harus melakukan apa. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Terlalu canggung d

  • Hijrah Cinta Alisa   Bab 61. Sadar

    Damian bersama dengan Alisa pergi menemui dokter untuk membahas tentang kesehatan putra mereka. Di sini, Alisa benar-benar mendengarkan dengan seksama walau dia tidak tahu apa yang dibicarakan dokter itu dengan Damian karena mereka bicara dengan menggunakan bahasa Inggris. Tapi, saat melihat reaksi Damian, Alisa yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres di sini. Terlebih saat mereka mengetahui bahwa Abidzar seperti tidak mengenal mereka tadinya. Setelah bicara dengan dokter, dan berjabatan tangan, Damian membawa Alisa keluar dari ruangan itu setelah mengetahui penjelasan dari dokter. "Sebenarnya apa yang terjadi? Abidzar baik-baik saja bukan?" tanya Alisa karena dia juga penasaran mendengar apa yang dijelaskan dokter tadi pada Damian. Damian sendiri juga bingung jelaskannya. Bagimana cara dia menjelaskan semua ini pada Alisa, tentang apa yang terjadi pada putra mereka. "Tenang, Alisa. Abidzar akan baik-baik saja." jawaban yang Damian berikan tidak membuat Alisa merasa puas. Bahka

  • Hijrah Cinta Alisa   Bab 60. Kasih Ibu

    Alisa tidak menyangka jika Damian benar-benar mempersiapkan segalanya untuk sang Putra. Semua dipersiapkan dengan begitu baik, sampai Alyssa terkenal dengan semua fasilitas yang di dapatkan Abidzar. Ada sedikit rasa yang membuatnya terharu, bahwa pria itu benar-benar bertanggung jawab atas putra mereka. Putra mereka? entah mengapa tiba-tiba saja Alisa berpikir demikian. Memang tidak bisa dipungkiri, bahwa Abidzar memang putra mereka. Bahkan semuanya sangat mirip dengan Damian. "Alisa?" panggil Damian tiba-tiba hingga membuat wanita itu langsung menjauh. Dia baru saja memikirkan hal itu, tapi pria itu sudah datang dan membuatnya terkejut.Tapi, Damian sendiri langsung mengerti dengan ketakutan Alisa. Dia tetap berdiri di tempatnya, dan tidak mendekat ke arah Alisa."Aku tidak akan menyakitimu, Alisa. Aku hanya ingin bicara saja. Maksudnya, kau bisa pulang lebih dulu dan biarkan aku yang menunggu Abidzar di sini. Aku-""Tidak perlu. Aku akan tetap di sini. Lagi pula aku membawa pakai

  • Hijrah Cinta Alisa   Bab 59. Perhatian

    Damian buru-buru datang ke rumah sakit setelah berdebat dengan ayahnya. Dia tidak peduli dengan apa yang dipikirkan pria itu tentang dirinya. Yang jelas, dia benar-benar harus bercerai dengan Claudia. Seperti saat ini, dia yakin bahwa Claudia sedang menerima kabar tentang perceraian mereka, maka Claudia terus saja menghubunginya. Tapi, Damian sama sekali tidak peduli. Dia tidak ingin diganggu oleh siapapun, karena dia hanya fokus pada Alisa dan juga Abidzar saja. "Maaf, aku terlambat," ucap Damian ketika dia sampai di rumah sakit. Dia melihat Alisa yang sedang duduk ditemani oleh sopir yang sudah dia siapkan. "Bagaimana hari mu, Alisa?" tanya Damian yang memulai pembicaraan di antara mereka. Berharap bawa Alisa mau menjawab dirinya. "Aku baik-baik saja," jawab alis adalah itu membuat Damian tersenyum walau hanya jawaban sederhana seperti itu sudah membuatnya bahagia. Setidaknya Alisa mulai mau bicara dengannya dan itu membuat Damian semakin bersemangat untuk meluluhkan hati wan

  • Hijrah Cinta Alisa   Bab 58. London

    Alisa langsung menghubungi Tika setelah dia sampai di London. Tak lupa dia juga menceritakan di mana dia berada saat ini, karena pria bernama Damian itu membawanya ke sebuah apartemen untuk di tinggalinya selama di sini. "Terus gimana? Dia tinggal sama kamu juga?" tanya Tika penasaran dengan keberadaan pria itu, karena Tika tau bahwa Alisa tidak akan mungkin mau tinggal satu atap dengan pria yang bukan mahramnya. "Aku tidak tau dimana dia berada saat ini, Tika. Di rumah ini hanya ada aku dan saja. Bahkan sejak dia membukakan pintu untuk ku tidak ada orang lagi di sini. Tapi, yang membuat ku heran kenapa ada begitu banyak pakaian wanita di sini. Bahkan sampai cadarnya juga ada. Dia menyiapkannya dengan begitu lengkap untukku, Tika." jelas Alisa.Dia menceritakan pada Tika tentang apa saja yang terjadi di sini. Sampai apa saja yang di persiapkan untuk dirinya."Sudahlah, nikmati saja dirimu di sana. Fokus untuk kesehatan Abidzar dan segera pulang karena aku merindukan kalian." ujar Ti

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status