Karena ditelepon tidak diangkat, akhirnya aku kirim pesan ke beliau aku sangat berharap kalau pesan aku segera dibuka.Sambil menunggu kabar dari Ibu, aku pun berinisiatif untuk memesan Go Mobil, karena sakitnya sudah tidak tertahan.Ingin rasanya aku menelepon Desti, namun ku rasa butuh waktu yang cukup lama untuk dia sampai di sini. Karena jarak dari rumah Desti ke rumahku cukup lumayan jauh.Sambil menunggu Go Mobil datang, aku pun bersiap-siap dan tak lupa tas yang berisi semua keperluan persalinan, yang telah aku siapkan sebelumnya aku taruh di dekat pintu agar nanti tidak terlupa dan bisa langsung diangkat oleh Pak Sopir.Tak butuh waktu lama, Go Mobil pun datang. Aku pun langsung segera masuk mobil. Dan mobil itu pun langsung bergerak cepat menyusuri malam."Ibu, ke Bidan sendirian?" tanya Pak Sopir."Iya Pak, suami saya sedang ditugaskan ke luar kota. Baru sampai rumah besok pagi. Ini saya sudah menghubungi Ibu saya kok Pak, Paling sebentar lagi akan datang.""Ya Allah, semoga
"Dek, anak kita cewek atau cowok?" tanyanya."Cowok Mas," jawabku malas."Maaf ya Dek, kemarin Mas mendadak ke luar kota karena ditugaskan kantor untuk memantau hasil produksi di pabrik yang baru beroperasi. Makanya Mas tidak bisa pegang ponsel sama sekali. Karena sedang sibuk," katanya beralasan."Oh ...." "Kamu gimana kondisinya sekarang? Baik-baik kan?""Iya, aku baik-baik saja.""Kapan bisa pulang dari sini?""Besok siang katanya sudah bisa pulang, tapi kita lihat besok saja. Semoga memang sudah bisa.""Iya, Dek.""Baju-baju kamu yang kotor ada di mana, Dek? Akan aku segera bawa pulang untuk dicuci," kata Mas Nanang lagi."Tidak perlu repot-repot, Mas. Karena semua sudah diurus sama Ibu." Sebetulnya aku sih tidak tega melihat Ibu mengurus semua keperluan aku dan bayiku. Tapi mau gimana lagi Ibu memaksa, sedangkan Mas Nanang sebagai suami tidak tanggung jawab kepada kami. Sekarang giliran ada ibu dia berpura-pura perhatian kepadaku."Biarkan Ibu yang mengurus semuanya, Sari. Ngg
"Ayah sudah lama ada di sini?" "Ayo sudah ditunggu di depan!" kata Ayah tanpa menjawab pertanyaanku.Kami pun menurut apa yang diperintahkan Ayah. Memang sebelumnya kami sengaja menutup pintu kamarku saat mengobrol, karena takut kalau terdengar orang lain. Namun tak terkira ada Ayah di depan pintu. Sejak kapan juga Ayah di sana kami pun juga tidak tahu.Setelah selesai acara aqiqah anak kami, Ayah dan Ibu berpamitan. Semua baik-baik saja. Ayah tidak ada menanyakan hal yang serius kepadaku.***Dalam satu bulan ini, ku rasa sekarang Mas Nanang jadi lebih perhatian. Sekarang jadi tidak sering menginap, ya meski masih sering pulang malam, namun sudah tidak seperti sebelum-sebelumnya. Mas Nanang sekarang tanpa disuruh pun menjadi lebih peka untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Saat Putra mengajakku begadang, dia pun juga mau bangun tengah malam.Aku sendiri tidak yakin seratus persen kalau dia akan berubah, tapi seenggaknya di lebih baik dari sebelumnya. Tapi aku selalu bersyukur
"Ya sudah, simpan foto dan video yang kamu dapat. Sebelum aku minta jangan kamu kirimkan ke aku dulu. Takut Mas Nanang tahu dan barang bukti itu dihapus olehnya."Siap Sar."Saat itulah hatiku terasa seperti diremas-remas. Sebegitu sayangnya dia dengan Hana. Padahal sejak bulan madu, Mas Nanang tidak pernah mengajakku main ke luar. Lah ini dengan Hana, dia sering banget ke hotel."Ya sudah Des, terimakasih banyak."Aku pun langsung video call Mas Nanang, namun tidak juga dia angkat. Mungkin dia takut jika ketahuan sedang makan malam dengan Hana.Kemudian aku langsung chat Mas Nanang.[Kamu makan malam bersama siapa itu, Mas? Katanya, kamu ada meeting?]Namun chat dariku tidak dia respons. Mana mungkin direspons dibuka saja tidak.Aku mencoba untuk tetap tenang. Karena aku juga lagi mengAsihi jadi aku harus tetap waras, agar Asiku tetap lancar.[Sar, suami kamu mampir ke toko kita. Dia bersama kekasihnya itu membeli beberapa helai baju haram.] Terdapat pesan masuk dari Desti.[OK. Teta
Hari ini Mas Nanang masih libur kerja, karena hari minggu. Aku sengaja mengerjakan semua pekerjaan rumah. Dari subuh aku sudah sibuk dari mencuci baju, menyetrika dan membersihkan rumah, serta memasak makanan yang beda dari yang aku masak biasanya. pokoknya semua sudah beres sebelum Mas Nanang bangun tidur, Biar mas Nanang merasa menang.Pagi ini aku sedang memakai baju pemberian dari Mas Nanang. Yang dia belikan saat bulan madu. Sebetulnya aku malu memakai pakaian ini karena menerawang. Tapi bagaimanapun tetap aku pakai.Mungkin Mas Nanang merasa senang karena aku sudah berubah menuruti semua keinginannya. Sebetulnya aku capek setelah semalaman begadang, tapi tetap aku tahan, aku ingin menunjukkan ke Mas Nanang jika aku berubah. Aku bisa menjadi wanita mandiri dan berpenampilan sesuai keinginan mas Nanang.Setelah ku lihat mas Nanang sudah bangun tidur, aku pun memanggilnya untuk segera mandi. Setelah selesai, aku pun memintanya untuk segera sarapan. Mas nanang pun menurut.Aku hari
Diam-diam tanpa sepengetahuan Mas Nanang, aku setiap hari memer*h Asi dan ku simpan di dalam freezer. Aku sengaja melakukan hal itu karena aku sadar kalau akan lebih sibuk dari hari-hari sebelumnya. Karena aku harus mulai lebih fokus lagi untuk mengembangkan bisnis pakaian, yang aku geluti sekarang.Apalagi setelah ini aku akan sering ke luar karena sebentar lagi cabang baruku yang di jalan Argosari akan segera aku buka. Desti sudah menemukan tempat yang cocok untuk cabang baruku itu."Ingat ya, Mas! Jangan sampai lupa." Aku pun mengingatkannya kembali takut dia teledor."Iya Dek."Kemudian aku pun langsung berangkat menggunakan aplikasi Go Mobil. Aku tidak merasa khawatir kalau Putra aku tinggal di rumah bersama mas Nanang. Aku sangat yakin, kalau mas Nanang akan menjalankan sesuai instruksiku, karena aku tahu mas Nanang sangat sayang kepada Putra, jadi aku tidak khawatir.Tak lupa saat perjalanan aku mengirim pesan ke ibu dan mengabari beliau jika aku akan ke sana sore hari karena s
Melihat Ayah yang tengah bersedih, tak sadar aku pun juga menitihkan air mata. Rasanya aku tak sanggup untuk menceritakan masalah keluargaku ke pada beliau. Di sisi lain kalau aku tidak bercerita pasti ayah pun juga bakal lebih sedih lagi, apalagi kalau tahunya dari orang lain."Aku sudah tahu jawaban kamu, Nak. Kamu tidak bahagia kan, menikah dengan Nanang?" tanya beliau dengan lembut.Aku pun langsung memeluk Ayah, dan menangis sejadi-jadinya."Ya Allah berarti benar, apa yang selama ini aku rasakan. Meski kamu tidak menjawab pertanyaan ayah, ayah sudah bisa tahu apa yang Nanang perbuat kepada kamu, Nak! Berarti benar yang aku dengar waktu itu, di depan pintu kamar kamu, saat acara aqiqah Putra.""Apakah waktu itu Ayah mendengarkan pembicaraan kami? Ataukah mungkin ibu yang sudah bercerita kepada Ayah?" selidikku."Ibu kamu tidak pernah bercerita apa pun kepada Ayah. Tapi saat ayah mendengarkan pembicaraan kalian, meski tidak semuanya. Ayah bisa menangkap kemana arah pembicaraan kali
Aku pun berpikir sejenak mempertimbangkan saran dari kedua orang tuaku. "Ayah, Ibu, ini keputusan murni dari dalam hati Sari. Tolong, Ayah dan Ibu menghargai keputusan Sari ini.""Apa pun keputusan kamu, Ibu akan selalu menghargainya, Nak.""Ayah juga sama seperti Ibu kamu, Nak. Pilihlah keputusan yang tepat untuk kamu dan Putra.""Iya Bu, Ayah. Besok Sari akan keluar dari rumah mas Nanang. Sari akan tinggal di rumah Sari sendiri. Mau izin atau tidak, mas Nanang juga nggak bakalan mencari di mana keberadaan Sari. Yang jelas mas Nanang tidak akan merasa kehilangan kalau Sari tinggalkan. Sari sudah tahu sekali kalau mas Nanang sudah cinta mati kepada selingkuhannya itu. Jadi Sari rasa sia-sia juga kalau harus izin kepadanya," kataku."Itu keputusan yang bagus, Nak. Ibu mendukung kamu," kata ibu kemudian setelah selesai aku berbicara."Dengar kan, Mas! Apa keputusan Sari. Tolong, hargailah dia! Kamu tidak tahu apa yang telah terjadi kepadanya. Luka batin apa yang telah dia derita hingga