Kupikir rumah tanggaku sempurna—suami tampan, humoris, dan penuh perhatian, tapi semua itu hanyalah topeng. Di balik senyum manisnya, tersembunyi pengkhianatan yang paling menyakitkan. Hari itu, dia berlutut di hadapanku, bukan untuk meminta maaf, tapi memohon izin menikahi wanita yang dia hamili. Duniaku runtuh dalam sekejap, seakan jatuh ke jurang tak berdasar. Namun, saat kulihat dia menjalani hidupnya tanpa rasa bersalah, aku pastikan air mataku tak akan sia-sia. Dari reruntuhan luka aku bangkit. Sekarang, satu-satunya tujuan hidupku adalah membuatnya menyesali setiap dusta yang pernah dia ucapkan. Kalau aku hancur kau juga harus lebur, Mas!
Voir plus"Mas, nanti temanin aku periksa kandungan, ya. Aku khawatir calon anak kita gak gerak-gerak dari semalam."
"Aduh, jangan sampai kenapa-napa. Mama senang sekali lho, setelah bertahun-tahun akhirnya bisa gendong cucu. Lisa memang hebat, tidak seperti ...." Tatapanku dan Mama mertua beradu, bibirnya hendak bergerak lagi melontarkan sindiran pedas untukku seperti biasa, tetapi dehaman Arya membuatnya kembali mengalihkan pandangan ke Lisa. Coba saja berani menyindir akan kubalas lebih taj4m. "Nanti kamu tidak boleh kerja yang berat-berat. Mama tidak mau calon cucu Mama kenapa-kenapa." Mama mertua meng3lus tangan Lisa lembut, sesuatu yang tak pernah dia lakukan padanya sejak berstatus menantu. "Tapi, Ma, siapa nanti yang masak sama mengerjakan pekerjaan rumah?" Lisa memasang raut memelas. Aku berdecih mendengar suara Lisa yang dibuat-buat. Sejak wanita itu masuk ke rumah telingaku sudah pekak mendengar rengekannya. "Kan ada Anna, dia saja yang mengerjakan semuanya." Nasi goreng yang hendak kusuap urung masuk ke mulutku. Dengan kasar kuletakkan sendok tadi ke atas piring. "Mama lupa kalau aku kerja?" Aku melirik raut Lisa yang sengaja dibuat memelas. Astaga, aku benar-benar jijik melihatnya. "Lagipula, tidak ada larangan wanita h4mil mengerjakan pekerjaan rumah." Wajah Mama tampak geram mendengar kata-kataku. "Harusnya kamu bersyukur Lisa h4mil. Memangnya kamu mandul!" "Mama!" Seruan Arya membuatku urung membalas perkataan Mama mertua. Lelaki yang menikahiku lima tahun lalu menggenggam tanganku yang terkepal di atas meja. Dia tahu kata-kata mamanya terlalu meny4kitkan. "Jangan pernah menghin4 Ana, bagaimana pun dia istriku." Aku melirik Arya dengan tatapan miris. Tumben dia membelaku setelah bertahun-tahun Mamanya melabeliku perempuan mandul? Kalau dia kira hatiku akan luluh dan memaafkan pengkhianatannya, maaf saja! Sampai tulangku hancur terkubur di dalam tanah aku tidak akan lupa. "Mama salah apa? Memang dia m4ndul. Buktinya Lisa bisa ham1l." Mama mertua mencibir ke arahku. Andai bukan orang tua mungkin sudah kusiram teh hangat di depanku ke wajahnya. Aku menatap Mama mertua dan Lisa bergantian, sepertinya maduku itu puas mendengar Mama Arya berpihak padanya. Aku muak melihat wajah sok polos Lisa, tidak ada yang mengira di balik mulut manis dan paras cantik dia rela menjadi gund1k Arya. Aku tidak mungkin lupa hari di mana lelaki itu berlutut dan memohon mengizinkannya menikah lagi, yang membuat hatiku remuk wanita itu sedang ham1l. Harusnya aku menga-muk dan menghaj4r Arya karena berani menu-sukku dari belakang, ditambah Mamanya pun mendukung perzin4aan keduanya, tapi aku tidak melakukannya. Kubiarkan pasangan selingkuh itu menikah, kubiarkan Arya dan Mama mertua berbahagia dengan calon b4yi di rahim Lisa untuk saat ini. Ya, untuk saat ini. "Terserah Mama bilang apa, tapi aku sudah cukup mengalah membiarkan Mas Arya menikah dengan Lisa. Lagian udah didepe duluan bangga." Aku mencibir ke arah Lisa. "Kalau Mama ingin menjadikanku pelay4n untuknya, maaf-maaf saja." Aku bangkit sambil menyambar tas tangan di atas meja. Selera makanku hilang sudah karena perdebatan pagi ini. Sejak Arya menikah lagi, aku mengalihkan sakit hati dengan semakin sibuk bekerja. Bukan karena butuh uang, aku ingin menghabiskan waktu dan energi di luar rumah dari pada mendengar sindiran pedas dari mulut Mama mertua. Lagipula, aku tak mau jadi pelay4n gratisan untuk Lisa. Enak saja, dia mau suamiku aku izinkan mereka menikah, sekarang mau menjadikanku jong-osnya? Sebaiknya berpikir ribuan kali! "Sayang, tunggu. Kamu bareng aku ke kantor." Suara Arya menahan langkahku. Dia mengelap bibirnya dengan tisu lalu bangkit menghampiriku. "Eh, Arya, kamu antar Lisa periksa k4ndungan dulu." Mama Mertua ikut bangkit dan menahan lengan putranya. "Iya, Mas, aku mau ditemanin kamu. Kamu mau kan lihat wajah anak kita saat di USG nanti?" Aku memasang wajah malas melihat raut Lisa yang dibuat seimut mungkin. Dia pernah sekolah tidak? Berapa bulan kehamilannya? Dua, tiga, atau empat? Apa dia tidak tahu usia kandungan segitu belum bisa menentukan mirip siapa? Benar-benar lebay. "Nanti aku balik lagi. Lagipula klinik pagi ini belum buka," jawab Arya sambil lalu. Arya menggenggam tanganku. Aku tidak menolak berjalan mengikutinya. Lumayan bisa membuat Lisa panas. Sebelum berbalik aku melihat kedua wanita beda usia itu memberiku tatapan t4jam. Apalagi Lisa, dia menghentakkan kakinya seperti anak kecil yang tidak diberi permen. Aku tersenyum tak lupa menjulurkan lidah dan senyum mengejek. Aku memang dimadu, tapi kupastikan tak akan menderita seperti kisah-kisah poligami di novel. Bagaimana pun ratu tetaplah ratu, tak sebanding dengan selir secantik apa pun. Apalagi yang cuma mengandalkan dempulan tebal dan selangk4ngan.Aku berbalik dan melihat dua wanita beda usia sedang menatap sinis ke arahku. Aku menghela napas, kenapa dunia sempit sekali? Apa tidak cukup bertemu Lisa dan Mama mertua di rumah saja?"Pantas aja berani ngelawan Mas Arya, ternyata udah punya selingkuhan di luar." Lagi suara cempreng Lisa membuat kupingku panas. "Sok suci padahal aslinya busuk."Aku gemas melihat raut songong Lisa. Dia pikir aku akan tinggal diam dipermalukan di depan publik. "Kamu lagi ngomongin diri sendiri?" Kumainkan alisku turun-naik seolah-olah mengejek Lisa."Aduh Mbak jangan bohong, udah keciduk tadi aku lihat Mbak sama laki-laki lain masih aja ngeles. Emang muka tembok." Lisa melirik ke arah Mama mertua yang ikut menatapku tajam. Pasti dia percaya ucapan menantu barunya."Benar-benar nggak tahu diri kamu. Sudah untung Arya tidak menceraikan kamu. Sudahlah mandul, selingkuh lagi."Perkataan Mama mertua seakan melubangi dadaku. Tega sekali melontarkan perkataan keji seperti itu. Meski bukan sekali ini dia meng
Aku membuka pintu mobil dengan geram. "Mas, kamu bisa urusin istri baru kamu?" tatapanku menajam ke Mas Arya."An, ngalah sedikit, ya, sama Lisa. Nggak mungkin aku bawa dia ke dokter pake sepeda motor."Heleh! Aku tertawa sinis mendengar permintaan Mas Arya. Bisa-bisanya dia minta aku mengalah. No way!"Aku ngalah demi dia? Nggak salah?!" Aku menuding Lisa yang merasa di atas angin."Mbak, kamu itu masih untung dibolehin bawa mobil. Mulai sekarang kamu naik sepeda motor aja. Aku nggak bisa kalau kena panas atau hujan. Kalau ada apa-apa sama kandunganku kamu mau tanggung jawab?"Melihat Lisa bergelayut di lengan Mas Arya membuatku semakin muak. Bukan karena cemburu, tapi sikapnya yang seolah seperti ratu. Aku menatap lagi Mas Arya yang terlihat bingung."Mas, sekali lagi aku ngomong, kamu bisa urus gundikmu ini? Kalau nggak--""Eh, iya, jangan marah, ya." Mas Arya mengusap lenganku, tapi cepat kutepis. Tak sudi disentuh dia lagi. "Mas, kamu kenapa sih, kayak takut banget sama dia."
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Biasanya setelah salat subuh aku gegas berjibaku di dapur menyiapkan sarapan dan menu makan siang Arya, tapi sejak dia menikah lagi, aku hanya keluar setelah rapi. Tidak kupedulikan dapur yang kotor, rumah berantakan. Aku benar-benar super masa bod0h. Mau rumah bau kandang kambing, piring jamuran di wastafel, tidak peduli. Setelah merapikan kamar, aku bersiap-siap ke kantor. Pagi ini celana palazo putih dan kemeja slimfit berwarna hitam menjadi pilihanku. Pekerjaan sebagai desain interior membuatku lebih memperhatikan penampilan agar bisa membuat kesan baik saat bertemu klien."Nah, ini dia ratu baru bangun. Sana siapin sarapan!"Baru saja keluar kamar sindiran Mama mertua menyambutku. Alih-alih peduli, aku mengunci pintu kamar lalu berjalan ke pintu keluar."Heh, kamu dengar gak Mama ngomong apa?" Aku menoleh dengan raut polos. "Oh, Mama ngomong sama aku? Bilang dong, di sini kan ada aku sama Lisa juga."Wajah Mama mertua memerah. "Kamu lama-lama
"Hei, ngelamun aja. Kemarin ayam tetanggaku ngelamun pagi-pagi besoknya langsung ngidam Topoki."Aku melengos melihat Syam berdiri di depan meja kerjaku sambil nyengir. "Sejak kapan ayam doyan makanan korea, garing!""Ish, ish, ish! Galaknya Kak Ros kita ni. Aku tebak, pasti lo bad mood gara-gara suamimu yang sok kecakepan itu?"Aku tersenyum, lelucon Syam mampu menghalau mendung di wajahku. Sejak dulu dia selalu ada untukku. Bahkan kami sempat dinobatkan sebagai pasangan serasi di kampus. Saat aku menikah dengan Arya banyak teman-temanku yang heran, menurut mereka aku dan Syam lebih cocok."Aku nggak mau ngomongin Arya, bikin rusak mood aja," balasku sembari menghidupkan komputer.Syam berdecak, dia menarik kursi lalu duduk di depanku. "Kenapa kamu nggak cerai aja sih? Udah jelas-jelas musang itu selingkuh sampai bikin anak orang tekdung. Kamu masih mau bekasnya?"Aku tertawa mendengar Syam menyebut Arya, musang, Sejak dulu dia memang tidak suka kedekatan aku dan Arya. Bahkan, saat t
"Sudah aku pergi dulu," ucap Anna lalu menutup pintu mobil.Aku masih memperhatikan Anna yang berjalan masuk ke gerbang perusahaan tempat dia bekerja. Aku mengembuskan napas keras. Tak pernah terlintas sedikit pun menduakannya. Namun, desakan Mama dan pertanyaan dari saudara tentang an4k membuatku risih. Ditambah taruhan dari rekan kerjaku. Mereka mengatakan akulah yang bermasalah. Tentu saja aku tak terima dengan tudingan tersebut. Memang, Anna pernah mengajak kami memeriksakan diri dan dia mengatakan kami sehat. Tentu saja, hubungan suami-istri kami juga normal, jadi aku berpikir ini tentang waktu saja.Akan tetapi, semakin hari tudingan itu makin gencar diarahkan padaku. Aku ingat percakapan di kantin beberapa bulan lalu dengan beberapa orang rekan kerjaku."Arya, kalau lo memang nggak ada masalah, berani nggak buktiin ke cewek lain?"Aku tersedak minuman, menatap lawan bicaraku. "Maksud lo nyuruh gue selingkuh?""Halah, nggak usah kaget gitu. Punya selingkuhan zaman sekarang lumr
Namaku Anna dan lelaki yang kini membukakan pintu mobil untukku bernama Arya, suamiku. Siapa sih yang tidak bahagia dilamar cinta pertamanya? Aku langsung menobatkan Arya menjadi pemilik hati sejak melihatnya. Arya yang tampan dan supel tentu mudah menarik hati lawan jenis, berbeda denganku seorang kutu buku. Namun, jika Tuhan sudah menakdirkan bersatu siapa yang bisa mencegah. Sayangnya, Mama mertua tak pernah mau menerimaku. Banyak cara dia lakukan agar rumah tanggaku berantakan. Puncaknya, suatu sore yang bergerimis, Arya membawa pulang seorang wanita yang mengaku hamil anaknya. Apa aku marah? Ya, dadaku remuk mengetahui pengkhianatan Mas Arya. Aku tidak mengira di balik sikapnya yang perhatian tersimpan bangk4i menjij1kkan."Sayang, maafin Mama, ya, beliau tidak bermaksud meny4kiti hatimu."Suara Arya membuatku menoleh padanya. Aku tersenyum tipis lalu melabuhkan pandangan ke jalan raya. "Mama memang tidak bermaksud, tapi niat banget bikin aku s4kit hati.""Maaf, Mama hanya ingin
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Commentaires