Angela Woodson; perky, buoyant and an innocent seventeen year old, who lives to make others smile. She's the kind of girl who can only love. She overlooks the bad in people and always sees the good in them. She always helps others even if it be a bloody murderer. Mason King; the leader of the most powerful gang, Viri Sanguinum. He is said to be cold, ruthless and a blood thirsty killer. He never grants mercy. Never helps nobody. But as they say, no one is born with bad. Circumstances make them. What possessed him to do this? With a dreadful past that still haunts him, Mason was bound to become bad. *** What if certain circumstances lead them to collide? Opposites attract they say. Is it possible in this case?
ดูเพิ่มเติม"Saya terima nikah dan kawinnya Adriani Puteri binti Muhammad Yusuf dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai." ucap pak Akbar Firdaus dengan suara lantang dan tegas.
Sah..Sah..Ucap para saksi.Tak jauh dari acara ijab kabul, Ibu Nova Kumala istri dari pak Akbar menatap sedih dan dendam campur aduk. Menangis lirih sambil berguman "semua ini gara- gara kamu Rizal, kamu mengorbankan mama". Bu Nova terus meratapi nasibnya yang sudah Bermadu.Setelah ijab kabul, pengantin perempuan dibawa kehadapan suaminya yaitu pak Akbar."Pak," panggil puteri kepada pak Akbar yang kini telah sah menjadi suaminya."Saya bukan atasan kamu lagi, saya suami kamu. Mulai sekarang panggil saya mas," pak Akbar berkata dan memberikan tangan kanannya untuk dicium oleh puteri.Lalu keduanya duduk berdampingan untuk doa bersama. Tanpa disadari puteri, pak Akbar menarik tangan puteri dan menggenggam jemarinya erat, setelah acara doa selesai."Pak...ehh mas..eehh? Ini, lepas ?" Puteri memelas dengan rasa takut.Jujur, Puteri sangat takut dan segan dengan pak Akbar yang sejatinya dia adalah bos besar dirumah sakit tempat dia bekerja, walaupun sebulan yang lalu dia sudah bertunangan dengan Rizal Afandi, anak dari bapak Akbar Firdaus ."Kamu harus membiasakan diri dengan saya, saya suamimu. Hilangkan perasaan takut dan hormat sebagai atasan." tutur pak Akbar pelan sambil tersenyum tipis.Sebenarnya hati pak Akbar, gamang antara sedih, kasihan, terhadap istri pertamanya. Yaitu cinta pertamanya.Perasaan geram dan marah kepada sang putera yang sudah lari dihari pernikahan, dan semua itu karena campur tangan sang mama."Kalau tidak mau menikah, kenapa tidak dibatalkan saja. Kenapa harus lari, kayak dipaksa saja."Dalam hati pak Akbar terus merutuk kelakuan puteranya. " Jangan harap kamu akan merasakan uang dan harta papa lagi, dasar anak tidak tau malu." ucap pak Akbar lagi didalam hati.Sementara puteri yang memang sudah tidak mau lagi untuk duduk dipelaminan, setelah acara ijab kabul selesai, Puteri langsung masuk kedalam kamar pengantin, dan mengurung diri."Selamat ya, kamu sudah menikah dengan suamiku, selamat jadi orang kaya. Tapi jangan harap kamu akan mendapatkan harta suamiku, pernikahan Kalian terjadi karena suamiku kasian dengan keluargamu !" ucap Bu Nova ketus, istri pertama dari suaminya.Puteri hanya diam, memandang datar Bu nova, calon mertua yang selama ini memang tidak suka dengannya. Yang sekarang bertukar status menjadi madunya."Suamiku nanti akan menceraikanmu setelah satu bulan bulan pernikahan. Jadi jangan harap kamu jadi penggantiku, cintanya hanya untukku." tutur Bu Nova lagi.Keduanya tiba- tiba menatap kearah pintu kamar yang terbuka perlahan."Mama ngapain disini..!" ujar pak Akbar yang muncul dari balik pintu.Menatap sinis dengan mata bengkak yang baru menangis lama Bu Nova berkata, "ku harap papa mengerti perasaan mama, segera ceraikan perempuan ini dan aku gak izin kalau papa menyentuhnya..!" sambil menangis, Bu Nova langsung berlari keluar kamar, meninggalkan sepasang pengantin baru beda usia tersebut.Setelah Bu Nova pergi dari kamar itu, pak Akbar menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Puteri yang mengetahui itu langsung berdiri tegak."Pak..!" guman Puteri."Kamu belum mengganti panggilan untuk saya ? Sebulan menjadi tunangan anak saya kamu tetap kaku denganku dan sekarang kamu semakin takut." Tutur pak Akbar, yang kini telah duduk diatas tempat tidur pengantin."Kemarilah," panggil pak Akbar.Puteri yang dipanggil, hanya bengong. Sebenarnya Puteri seperti orang linglung setelah kejadian ini. Jangankan untuk menangis, untuk berfikir saja, otak Puteri seakan sudah error."Kemarilah?" Panggil pak Akbar sekali lagi."Iya..!" Jawab puteri, menuruti ucapan bos besar yang sekarang telah menjadi suaminya, bukan menjadi bapak mertua seperti yang mereka rencanakan selama ini.Kini keduanya telah duduk berdua berdampingan."Saya tahu kamu pasti shock dengan kejadian ini, maafkan kelakuan Rizal." ucap pak Akbar dengan gerakan reflex meraih jemari puteri.Puteri yang tidak menyadari itu, terkejut dan dengan gerakan reflex juga dia akan berdiri. Tapi bukannya berdiri, Puteri malah jatuh terduduk tepat di paha pak Akbar."Kita telah sah Puteri, saya tau beda usia kita sangat jauh. Dan saya tahu kamu tidak ingin jadi yang kedua kan?""Jadi kapan bapak menceraikan saya,?" tanya Puteri, kini wajahnya hanya berjarak sekitar tiga puluh sentimeter dari pak Akbar."Saya tidak akan menjandakan kamu," tutur pak Akbar. Dan tiba tiba tanpa diduga, dia mencium dahi puteri dengan lembut.Puteri yang tidak sempat mengelak, hanya melotot."Bu Nova nanti akan mengamuk pak?" Jelas Puteri, sambil menggeser duduknya.Pak Akbar diam dan tersenyum lembut ketika puteri duduk memberi jarak padanya."Tentang Nova, saya yang akan urus, saya tau apa yang akan saya lakukan pada istri saya?" ucap pak Akbar, matanya intens menatap sang istri mudanya.Puteri hanya diam menunduk.Ada rasa getir dihatinya, mendengar pak Akbar menyebutkan kata istri. Padahal semua orang memang tahu kedudukan Bu Nova dimata pak Akbar, sangatlah istimewa. Bu Nova adalah cintanya pak Akbar .Kisah kasih pak Akbar dan Bu Nova sangatlah romantis. Perlakuan pak Akbar yang sangat lembut dan memanjakan Bu Nova, kadang membuat orang yang melihat iri."Cantik," batin pak Akbar."Saya tidak mau mendengar kamu memanggilku dengan sebutan pak, Kamu sudah makan ?" Tanya pak Akbar.Puteri hanya menggeleng.Pak Akbar segera menghubungi pelayan untuk mengantarkan makan siang yang telah lewat, melalui sambungan telepon dikamar pengantin mereka."Ayo kita makan," ajak pak Akbar setelah pelayan mengantar makanan kedalam kamar.Puteri menurut dan kini keduanya duduk di sofa yang tidak jauh dari tempat tidur."Sepiring berdua," ucap pak Akbar.Puteri yang akan mengisi nasi kedalam piring kosongnya, menatap pak Akbar tanda tidak mengerti."Kita makan sepiring berdua, dan kalau kita makan berdua saya tidak mau melihat ada piring lebih dari satu diatas meja, dimanapun berada harus sepiring berdua. Ini adalah wajib, kamu paham ?" tanya pak Akbar.Puteri hanya diam, dan perlahan dia meletakkan piring kosong yang telah dipegangnya. Lalu menggeser duduknya untuk dekat dengan suaminya.Pak Akbar yang merasa Puteri masih berjarak dengannya, segera merapatkan duduknya dengan Puteri dan mengambil alih piring yang sudah dia isi dengan nasi dan lauk."Makanlah,! ajak pak Akbar sambil menyuapkan nasi kemulutnya. Puteri yang melihat itu hanya menelan ludah. Dan mengikuti pak Akbar untuk menyuapkan nasi kemulutnya juga dengan menggunakan sendok yang sama."Mulai saat ini, saya mau seperti ini kalau kita makan berdua ? Kamu mengerti istriku,""Iya" Jawab puteri.Menikah dengan pak Akbar sudah membuat hati dan perasaannya down. Jadi tidak ada gunanya untuk berdebat."Kamu pasti menyesal rizal, Papa yakin itu. Wajahnya alisnya, hidungnya, bibirnya begitu sempurna. Dia begitu cantik, penurut, Soleha.Kamu rugi Rizal, tidak menuruti ucapan papa."Pak Akbar terus berkata di dalam hati, sambil memandangi puteri dalam diam.🍒Angela🍒 Mason came home the next evening with a grave mood. I was worried something happened while he was at work. Something was off with him, he was giving clipped off answers to my questions. Did he fight someone? Did someone hurt him? Ok, this sounded absurd because he was a strong, sturdy man himself and I bet he could fight five people at once. I felt sad when he just went to his room without saying anything. He wasn't usually like that. No matter what happened, at the end of the day, he would always give me a smile. He didn't even eat anything. I was worried and hurt by his behavior. Him ignoring me is not what bothered me, what bothered me was that he knew, he knew I had been waiting for him. I missed him. I want to know the reason, the cause of this behavior. If something is hurting him, I want him to share it with me. But right now, I felt so worthless. Like I was just a burden at him. A little girl who needed protection because she was so weak to protect herself
"No." Startled by the third voice that spoke, we both turned our head towards the figure that came running towards us. Dylan.Worry and fear etched his face, and he was breathless by the time he reached us. The tone of his voice, the worry, and his untimely interruption indicates something big. Something that could either be a huge problem or lead to it. But whatever it was, it had shaken him up pretty badly. Watching him, I clenched my own jaw. He had interrupted a very special moment but I trust my men and I know whatever it was must be really alarming. They know what today's date meant to me. Unless it wasn't big, they would've never intervened. "Mason," he stopped near me, trying to catch his breath, briefly glancing at Angela who stood there clueless. "Hey, Ang, I've got to borrow Mason for a while.""Uh, yeah sure, you go, I'll roam around here then."As soon as Angel left, his face turned serious again, "Mason, there's a problem.""What?""Someone's gotten into our territor
🍒Angela 🍒 And as if a sudden realization hit my mind, my eyes grew big. Was this...? "C'mon Angel, I didn't plan this for myself," he spoke, leaning towards my ear, "but if you still want to stay close, we can still go back home and--" Before he could speak further, I slapped his arm (even though I knew it didn't even hurt him a little), moving back. Instantly, I missed the warmth of his body but didn't let it show. I was still trying to figure out my new feelings. But this was certainly not the time to assess the reason of my rapidly beating heart. "Ouch!" he rubbed his arm where I slapped him causing me to roll my eyes at his over acting. "Drama Queen," I chuckled, shaking my head and grabbed his outstretched hand as he led me to the dinner table. "Kiss it better?"
Leading her in, Mason felt quite nervous. He didn't know if she'll like anything or not, but he still wanted to give this date, their first official date, a chance. For her. He felt like he was getting the pre-wedding jitters while walking down the aisle. In his mind, he had a scenario of a gust of wind blowing by and destroying his perfect date; the table and chairs flying away, the beautiful fairy lights hanging from the tree, rustling and falling down, the lanterns set up crashing down and the tent he had place infront of a projector, wanting to watch a nice movie with his Angel, flowing away. Clenching his fists, controlling his unpleasant thoughts, he looked at her to see her expressions, he just wanted to focus on her; whether she liked it or not. Nothing else mattered. "I'd like to tell you something, Angel," he started as they neared the gate, "This is my first time taking a girl on a date," he said, nervously rubbing his neck. Surprised, Angela stare
🌊Mason🌊'Now, I know what I need to do. I need to make everything okay and ask for Angel's forgiveness. I will not lose her, I will make everything alright between us.'***Sitting in my office I was pondering I've the events of yesterday when I received a call."Hello?""Mason! Everything is set as you told us," the voice on the other side whom Mason recognized as Dylan, spoke."Great!" I appreciated, calming my own self down.I swear to God, in all these years of my life, I've never been this nervous.But it was all Angel's doing.Eversince Angel came into my life, my heart has developed this unusual habit of beating fast, uncontrollably fast. I feel like I'm surrounding by certain feelings that I'm unable to shake off me. Everytime Angel is near me, I feel calm; at peace. She my solace. The solution to all my problems.
🌊Mason🌊'Now, I know what I need to do. I need to make everything okay and ask for Angel's forgiveness. I will not lose her, I will make everything alright between us.'***Sitting in my office I was pondering I've the events of yesterday when I received a call."Hello?""Mason! Everything is set as you told us," the voice on the other side whom Mason recognized as Dylan, spoke."Great!" I appreciated, calming my own self down.I swear to God, in all these years of my life, I've never been this nervous.But it was all Angel's doing.Eversince Angel came into my life, my heart has developed this unusual habit of beating fast, uncontrollably fast. I feel like I'm surrounding by certain feelings that I'm unable to shake off me. Everytime Angel is near me, I feel calm; at peace. She my solace. The solution to all my problems.
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
ความคิดเห็น