Tak berselang lama, Alice benar-benar telah sampai di ruangan kantor Fien Clark. Saat itu tatap mata Eddie sedikit tajam dan menyiratkan ketidak sukaannya dengan kehadiran Alice.
Sementara Fien Clark membelai sisi rahangnya karena bahagia melihat gadis pujaannya datang.
"Maafkan aku karena datang terlambat," Alice meletakkan sebuah tas kecil dan duduk di hadapan Fien yang terus tersenyum kepadanya.
"Tak masalah, kau pasti sangat lelah. Aku akan memberimu kabar gembira," Fien mendekati Alice dan memberikan isyarat untuk Eddie keluar dari ruangannya.
"Benarkah? Kau selalu memberiku kejutan Tuan Fien, tapi kabar apa itu sebenarnya?"
Fien menggenggam tangan Alice, ditatapnya gadis itu dengan cinta. Alice bisa merasakan hatinya berdebar tak menentu meskipun ia belum mendengar apa yang akan Fien katakan kepadanya.
'Apa ini? Kenapa aku merasa telah berkhianat pada Erick?' Alice terus menguatkan perasaannya untuk tak terjatuh pada jerat cinta
Semua telah diputuskan. Alice tak mungkin mundur lagi. Ia berdiri dengan cemas menunggu Eddie menjemputnya dari sebuah salon kecantikan.Beberapa menit kemudian Eddie benar-benar datang dan memintanya untuk duduk di bangku belakang."Malam itu, tidakkah kau merasa ada sesuatu yang aneh?" Eddie membuka percakapan dengan Alice yang disibukkan dengan pemandangan di luar mobil.Hanya saja, ucapan Eddie menarik perhatiannya dan membuatnya waspada."Maaf?""Aku tahu siapa kau sebenarnya, tidakkah kau merasa malu?"Alice meremas kuat ujung gaunnya. Ia sadar hal seperti ini pasti akan terjadi."Apa yang mengganggumu, Tuan? Aku hanya bekerja dan melakukan yang seharusnya," bantah Alice.Eddie menatapnya dari kaca spion. Alice tak terpengaruh dengan sindirannya."Aku ingat malam itu Erick mengunjungimu diam-diam lalu kecelakaan itu terjadi," ujarnya."Apa maksudmu? Erick biasa minum kopi di kedai tersebut jauh sebelum aku bek
Grace bisa melihat sikap antipati Fien Clark kepadanya."Ah, pesta ini sangat meriah Fien," Grace berbasa-basi."Benar Grace, Fien telah memperkenalkan kekasihnya yang baru kepada kami. Bagaimana denganmu Grace, apakah kau datang dengan kekasihmu?" Lucy mencibir Grace, ia tahu bahwa Grace selalu terobsesi dengan Fien. Dan ia juga tahu bahwa ucapannya pasti sangat melukai Grace.Alice bisa merasakan bagaimana mereka bersitegang."Aku tak memiliki kekasih sekarang ini, Lucy. Itu karena aku bukan wanita murahan yang mudah jatuh cinta. Oh ya, siapa namamu?" Grace mengulurkan tangan kepada Alice."Alice," jawab Alice dengan senyuman."Kau sangat cantik, Alice. Kau membuat Fien Clark berubah begitu cepat," ujarnya."Ehm, itu tak benar, menurutku kau yang sangat cantik malam ini.""Fien, selamat atas hubungan kalian. Aku tak akan membuat kekasihmu salah faham, tapi setidaknya kita harus menjaga hubungan baik bukan?" Grace terus menjadi
Alice dalam pelukan Fien Clark menghadap ke sebuah danau kecil di sebuah ruangan besar. Mereka berada di sebuah Vila milik Fien Clark, tentu saja Vila tersebut adalah peninggalan mendiang Erick Davis."Maaf, aku tak bisa menemanimu tadi. Aku merasa letih dan ingin istirahat. Mungkin saja karena sepatu yang kupakai terlalu tinggi," sesal Alice."Tak masalah, aku memang sangat ingin berdua saja denganmu. Wangi rambutmu selalu membuatku rindu," ujarnya sambil menghirup aroma rambut Alice di pelukannya."Kalau begitu, kita akan mengobrol di sini?""Hmm, aku akan senang kalau kau mau bercerita tentang keluargamu," jawab Fien Clark dengan tangannya yang melingkar dari sisi belakang Alice."Kau yakin?""Kenapa tidak? Ini akan menjadi awal untuk kita saling mengenal.""Baik, tapi kau juga harus berjanji untuk bercerita tentang keluargamu.""Tentu, aku akan ceritakan tentang ibuku dan juga ayahku," ujarnya tanpa menyinggung tentang saud
Fien Clark menggenggam Alice karena melihat Alice khawatir."Jangan takut, Grace hanya bermain-main dengan Lucy karena Lucy juga sedikit keterlaluan kepadanya. Mereka terkadang saling menarik rambut," terang Fien."Hei, Grace adalah sesuatu, jangan pernah lengah," kata Lucy kemudian."Terimakasih Lucy, menurutku kau harus lebih menahan diri darinya daripada mengalami sesuatu yang membahayakan seperti ini," nasehat Alice pada wanita itu.Lucy malah terkekeh mendengarnya. Baginya Grace pantas mendapatkan ucapan kasar, mendengar ucapan Alice, Lucy yakin Alice tak tahu kalau Grace bisa membahayakan gadis itu."Baiklah, aku akan banyak menahan diri. Tapi, sebaiknya kau juga berhati-hati Alice, Fien Clark adalah segalanya bagi Grace, apa kau tak cemburu?" Lucy mulai memrovokasi Alice."Alice, Grace hanya mantan tunanganku, kau tak perlu takut dan kuatir. Lagipula Grace tak bertengkar denganmu," Fien Clark menenangkan Alice dan tersenyum pada mereka be
Hari hari berlalu penuh warna dalam kehidupan Fien dan Alice. Mereka menikmati masa-masa berkencan dengan manis. Tak terasa satu bulan berlalu dalam hitungan waktu yang semanis madu.Pagi ini Fien Clark membawanya menyusuri pantai dengan Maybach berwarna kuning cemerlang. Ia sengaja membiarkan kap atas terbuka sehingga hawa pantai menerpa mereka.Lalu berhenti pada sebuah pekarangan rumah yang berpasir putih."Apa ini?" Fien membawanya pada sebuah rumah pantai bergaya vintage. Tak terlalu besar, tapi Alice benar-benar takjub melihatnya."Ini adalah rumah kita, Alice. Kita akan sering menghabiskan waktu bersama di rumah ini," terangnya, lalu membuka pintu kayu berwarna coklat kemerahan di sisi depan.Alice berputar-putar mengelilingi rumah tersebut dan menyentuh ornamen unik yang menjadi interior menakjubkan di rumah tersebut."Kau punya selera yang unik dan penuh dengan seni. Kurasa kau memiliki bakat dalam menata ruangan," puji Alice dengan t
"Kenapa kau selalu berpikir tentang harga diri? Kau adalah budak Fernandez yang selalu menurut seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Apa yang salah dengan menjual kapal besi tua itu?!" Fien Clark tak kalah sengitnya.Saat itu ada sebilah pisau buah di atas meja, Erick sudah geram karena mendengar celotehan Fien Clark sehingga dengan wajah merah padam, Erick menghunus pisau tersebut."Coba saja kalau kau berani. Kau kira aku tak bisa membunuhmu?""Brengsek! Kau benar-benar mau mati?" Erick Davis menyerang Fien Clark dengan emosi yang meledak-ledak.Bagaimanapun Fien Clark sangat tahu bahwa kapal pesiar itu adalah pemberian kakeknya. Sayangnya kakeknya juga mewasiatkan pernikahan antara Erick Davis dengan salah seorang putri bangsawan bernama Laura. Untuk itu Erick tak bersedia menerima kapal tersebut dan memilih memberikan saja kapal pesiar tersebut kepada Laura.Sebelum mencapai kesepakatan, Fien Clark dengan isengnya menjual kapal tersebut. H
Dokter Patrick tercekat menghadapi situasi di hadapannya. Bagaimanapun ia adalah orang yang tahu siapa Alice Greyson. Ia adalah Alya, wanita dengan panggilan yang spesial dari Erick Davis, saudara tiri Fien Clark. Sementara Erick Davis adalah pria yang selalu banyak berterus terang tentang masalah pribadinya. Bisa dianggap, dokter Patrick adalah tempat curhat seorang Erick Davis."Alice," Alice menegaskan."Apakah kalian saling mengenal?"Alice memberikan isyarat pada Dokter tersebut untuk tidak menceritakan yang ia ketahui."Ehmm, tidak. Kurasa aku salah mengura dengan seseorang yang mirip.""Hmm, benar. Wajahku memang cukup pasaran ya," kata Alice menimpali.Fien Clark sedikit aneh dengan sikap kedua orang di hadapannya tapi ia menerima alasan yang dilontarkan kedua orang tersebut."Dia adalah Alice, kekasihku saat ini. Seperti kau katakan tadi, dia memang cantik dan spesial bukan?"Dokter muda itu berusaha menghilangkan keca
"Masakanmu memang sangat enak, Alice. Suatu saat kau harus mengajariku untuk memasak. Kau tahu sendirilah, aku selalu mengandalkan koki untuk mendapatkan masakan yang enak," kata Grace memuji masakan Alice yang lezat. Dia memang sungguh mengatakan yang sebenarnya.Sementara Fien Clark hanya terdiam sambil menikmati hidangannya. Menikmati senyuman basa-basi kedua wanita di hadapannya."Oh ya, kau harus meminum obat setelah makan," kata Alice lalu beranjak mengambil obat untuk Fien Clark. Iapun membuka kemasan blister dan menyiapkan butiran obat untuk Fien Clark."Terima kasih, Alice," balas Fien."Kau sakit, Fien? Apa yang kau derita? Benarkah luka yang dulu belum pulih?"Fien Clark hanya mengangguk sebentar, lalu ia menghabiskan segelas air putih."Bagaimana mungkin? Dokter macam apa yang memberikan obat sembarangan? Seharusnya luka itu sudah sembuh sejak lama. Bahkan kuburan Erick bedebah itu sudah kering sejak lama," gerutunya kesal.