Share

Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica
Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica
Penulis: Natalie

Bab 1

Penulis: Natalie
"Pak Dany, aku bersedia pergi ke Kota Ronawa untuk menjadi psikolog adikmu."

Suara tenang Jessica terdengar.

Di ujung telepon seberang, suara pria yang rendah terdengar, ditambah dengan sedikit nada terkejut.

"Nona Jessica, aku dengar kamu sudah berkeluarga. Kalau nggak sanggup meninggalkan keluargamu, aku bisa memberikan kemudahan untuk suami dan anakmu."

Suami dan anak?

Jessica menundukkan kepala. Tidak jauh dari sana, susu yang tidak sengaja tumpah masih mengalir di lantai.

Tiba-tiba, Jessica teringat ekspresi merendahkan putranya pagi tadi ketika Jessica menumpahkan susu.

"Ibu, kenapa hal kecil seperti ini saja nggak bisa Ibu lakukan dengan baik? Kalau Bibi Sindy, dia pasti nggak akan mengacaukannya. Ibu sama sekali nggak sebanding dengan Bibi Sindy."

Bibi Sindy yang dimaksud putranya adalah cinta sejati suami Jessica, Calvin Wijaya, yaitu Sindy Surya. Dia adalah seorang penari balet terkenal yang menarikan Little Swan bagaikan mimpi, bahkan putranya pun terpesona.

Pada saat itu, Calvin mendengar perkataan putranya. Dia tidak menegur anaknya, melainkan hanya menatap Jessica dengan dingin dan sinis. "Bagaimana bisa dia dibandingkan dengan Bibi Sindy? Kalau bukan karena ibumu yang berusaha mati-matian dulu, aku sama sekali nggak akan menikahinya ...."

Jessica sudah menikah dengan Calvin selama tujuh tahun. Dia juga sudah diam-diam mencintai Calvin selama tujuh tahun.

Kemudian, mereka berdua berhubungan karena sebuah kecelakaan, memiliki anak, baru kemudian menikah secara resmi.

Keluarga Wijaya adalah keluarga kaya yang memegang teguh tradisi. Setelah menikah dengan Calvin, Keluarga Wijaya menuntut Jessica untuk berhenti bekerja, mengabdikan diri menjadi istri yang baik untuk mendampingi suami dan mendidik anak. Dia juga membesarkan putra mereka, Ricky Wijaya, dengan baik.

Demi putranya, Jessica akhirnya setuju. Dia meninggalkan kariernya untuk menjadi ibu rumah tangga, dengan tekun merawat suami dan anaknya.

Namun, setelah tujuh tahun berlalu, yang selalu dipikirkan putra dan suaminya adalah wanita lain.

Jessica mengingat ucapan yang sering keluar dari mulut putranya, "Ibu, kenapa Ibu selalu bertengkar dengan Ayah? Ibu nggak bisa melakukan apa-apa, wajar kalau Ayah nggak menyukai Ibu. Alangkah baiknya kalau seandainya Bibi Sindy bisa menjadi ibuku."

Jessica menarik pandangannya, suaranya begitu lembut hingga terdengar samar, "Pak Dany, itu nggak perlu."

Karena mereka semua ingin Sindy menjadi istri dan ibu mereka.

Jessica akan mengabulkan keinginan mereka.

Jessica tidak menginginkan suami dan anaknya lagi.

Jessica membuat janji dengan Dany Darmawan untuk pergi dalam waktu setengah bulan.

Dany adalah orang terkaya di Kota Ronawa. Adik perempuannya mengalami depresi berat karena masalah psikologis.

Ketika mencari Profesor Calla untuk meminta bantuan, Profesor Calla merekomendasikan Jessica. Ini karena Jessica pernah menjadi murid Profesor Calla yang paling berbakat. Jessica menunjukkan bakat luar biasa dalam hipnosis dan psikologi.

Kemudian, Jessica menikah dengan Calvin, lalu pensiun untuk menjadi ibu rumah tangga. Profesor Calla sangat menyesalkan hal ini.

"Jessica, meskipun kamu seorang wanita, kamu nggak seharusnya terkurung di ruang tamu dan dapur karena Keluarga Wijaya. Kamu memiliki jiwa yang kuat dan bebas, seharusnya kamu menunjukkan bakatmu dengan leluasa."

Profesor Calla pernah mengatakan hal itu kepadanya.

Saat itu, Jessica memilih berkompromi untuk Keluarga Wijaya.

Sekarang, tampaknya orang luar bisa memahami semuanya dengan lebih baik.

Semua yang Jessica berikan untuk Ayah dan anak itu hanyalah kepuasan untuk diri sendiri. Di mata mereka, Jessica yang dulunya seorang genius psikologi tidak sebanding dengan cinta sejati yang menari seperti angsa kecil.

Telepon Jessica baru saja ditutup ketika secara kebetulan pesan suara Calvin muncul, "Aku dan Ricky akan makan di luar. Kamu nggak perlu menyiapkan makan malam."

Nada bicara Calvin biasa saja, tidak seperti sedang memberi tahu istrinya. Sebaliknya, dia seperti sedang memberi instruksi pada pelayannya.

Selama bertahun-tahun ini, Jessica memang sibuk dengan hal-hal sepele, benar-benar mirip seorang pelayan gratis.

Jessica baru saja akan membalasnya ketika dia mendengar suara Sindy dan putranya dari latar belakang.

"Bibi Sindy, Ibu seperti penyihir tua. Nggak hanya dia nggak bisa apa-apa, tapi dia juga suka mengatur. Dia nggak memperbolehkanku memakan banyak hal. Bibi yang paling baik, kamu menuruti semua keinginanku. Aku paling sayang Bibi Sindy."

Kata-kata putranya begitu polos dan lugu.

Jika ini dulu, Jessica mungkin akan merasa kehilangan dan sedih.

Namun, saat ini hatinya ternyata merasa sangat tenang.

Karena lahir prematur, tubuh putranya agak lemah. Jessica merawatnya dengan hati-hati selama bertahun-tahun ini. Terlebih lagi dalam hal makanan, Jessica sangat berhati-hati. Dia khawatir dengan kesehatan putranya, tidak membiarkannya memakan makanan di luar.

Namun, di mata putranya Jessica ternyata menjadi penyihir tua.

Jessica tidak banyak bicara, hanya membalas singkat: [Baiklah.]

Ikatan darah atau tubuh lemahnya yang rapuh, semuanya tidak ada hubungannya dengan Jessica lagi.

Jessica melihat ruang tamu yang berantakan, tidak membereskan susu yang tumpah, melainkan memanggil pelayan.

Calvin tidak suka orang luar datang ke rumahnya. Oleh karena itu, rumah selalu dibersihkan oleh Jessica sendiri. Dia selalu mengikuti apa pun yang disukai dan tidak disukai Calvin dengan kikuk.

Namun, sekarang Jessica sudah mengerti.

Dia akan pergi. Kesukaan atau ketidaksukaan Calvin sudah tidak penting lagi.

Pelayan membereskan ruangan, sementara Jessica kembali ke kamar untuk menandatangani surat cerai. Kemudian, dia mengirimkannya dengan pengiriman terjadwal.

Setengah bulan kemudian, surat cerai ini akan sampai di tangan suaminya dengan tepat waktu.

Jessica berpikir, ini mungkin adalah hadiah terakhir yang akan dia berikan untuk Calvin.

Malam harinya, Calvin akhirnya kembali bersama dengan putranya.

Baru saja mereka sampai di rumah, suara bersemangat putranya terdengar, "Ayah, Bibi Sindy menari seperti sulap, berkilauan sekali. Lusa ada acara pertunjukan di sekolahku, bolehkah aku mengundang Bibi Sindy?"

Putranya bersekolah di salah satu taman kanak-kanak elit.

Lusa ada acara pertunjukan yang memerlukan pendampingan orang tua. Hanya saja, Ricky selalu merasa ibunya ini tidak pantas dibanggakan. Oleh karena itu, dia tidak pernah menceritakan hal ini kepadanya.

Ternyata, dia ingin Sindy yang pergi menemaninya.

Ekspresi bersemangat dan bahagia putranya terhenti mendadak ketika melangkah masuk rumah.

Ketika melihat Jessica, Ricky mengerucutkan bibir. Keningnya juga berkerut dengan ketat.

Calvin menggandeng putranya, melirik ke arah rumah sambil mengerutkan kening. "Apa ada orang yang datang ke rumah?"

"Ya." Jessica menjawab dengan santai. "Ada beberapa barang yang nggak terpakai, jadi aku meminta orang untuk merapikan dan menyumbangkannya."

Misalnya, dasi dan kancing manset yang pernah Jessica belikan untuk suaminya, tetapi tidak pernah dipakai sekali pun. Misalnya mainan yang dia siapkan untuk putranya, tetapi segera dibuangnya.

Jessica akan pergi, barang-barang lama ini sebaiknya segera dirapikan. Selain itu, ini juga untuk mempersiapkan rumah ini menyambut Sindy sebagai nyonya rumah yang baru.

Calvin merasa ada yang tidak beres.

Dia jarang memperhatikan perubahan di lemari. Oleh karena itu, dia tidak ingat apa saja yang hilang dari lemari.

Calvin hanya mengerutkan kening, lalu berujar dengan nada dingin, "Ricky nggak sehat, dia memiliki alergi terhadap banyak hal. Jangan sering-sering membawa orang luar ke rumah lagi. Barang-barang bekas itu juga bisa kamu buang langsung saja. Keluarga Wijaya nggak kekurangan barang-barang seperti itu."

Ya.

Kejutan yang Jessica persiapkan dengan hati-hati untuk suami dan putranya memang selalu tidak penting.

Jessica tidak marah seperti biasanya, juga tidak menjelaskan bahwa dia lebih tahu dari siapa pun tentang alergi Ricky. Dia hanya melihat suaminya yang dingin dan tampan, lalu mengangguk. "Aku mengerti."

Jessica tiba-tiba teringat perkataan putranya saat masuk tadi, lalu dia berkata, "Besok aku ada urusan. Bisakah kamu pergi bersama Nona Sindy ke acara pertunjukan sekolah Ricky?"

Ketika Ricky yang ada di samping mendengar ini, matanya langsung berbinar. Dia bertanya dengan ragu-ragu, "Apa benar boleh begitu? Ibu, Ibu benar-benar akan mengizinkan Bibi Sindy pergi menemaniku?"

Saat Jessica melihat ekspresi bersemangat dan bahagia putranya, dia tiba-tiba tersenyum.

Dia pun mengangguk. "Ya."

Sebaliknya, Calvin mengerutkan kening dengan erat, mengira Jessica sedang merajuk. Wajahnya langsung mendingin, lalu dia berkata dengan tidak sabaran, "Jessica, trik apa lagi yang kamu mainkan? Ricky masih kecil, wajar kalau dia menyukai Sindy. Dia hanya bicara sembarangan, apa kamu ingin marah padanya?"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 100

    Calvin mengernyit, suaranya dalam dan berat saat berkata, "Tapi, di hatiku cuma ada kamu."Begitu kalimat itu keluar, Jessica tiba-tiba tertawa.Tawa di dalam ruangan makin keras, membuat ekspresi Calvin tampak khawatir. Dia menatap Jessica dengan cemas.Beberapa detik kemudian.Jessica menyeka air mata di sudut matanya, lalu membuka mulut, mengucapkan setiap kata dengan tegas."Di hatimu benaran cuma ada aku atau cuma karena sifat posesifmu?"Selama tujuh tahun menikah, berapa kali Calvin lebih memilih Sindy daripada dirinya?Sekarang, masih bisa-bisanya pura-pura sangat cinta?Jessica menyunggingkan senyum tipis, lalu berbalik pergi tanpa menoleh sedikit pun.Calvin sempat mengulurkan tangan, tetapi matanya penuh penyesalan.Melihat sosok ramping itu benar-benar menghilang dari pandangan, dia berdiri terpaku dan tak bisa bergerak.Sementara itu.Cahaya pagi menembus jendela dan jatuh ke dalam kamar.Setelah Jessica kembali, dia mendapati Ella sudah terbangun.Gadis itu menatap kosong

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 99

    Calvin mendengar pertanyaan Ricky. Gerakannya sempat terhenti sejenak, teringat akan sikap dingin Jessica kemarin.Karena insiden pura-pura sakit waktu itu, dia tahu Jessica sudah kehilangan kepercayaan pada mereka berdua.Namun.Saat menatap mata Ricky yang penuh harap, Calvin membuka mulut, suaranya agak serak."Ricky, Ayah akan cari cara."Ricky menunduk kecewa karena tak mendapat jawaban pasti.Beberapa saat kemudian.Ricky berkata dengan lirih, "Sayangnya, aku nggak ketemu kunang-kunang."Mendengar itu, ekspresi Calvin langsung dingin. Nada suaranya tegas saat dia berujar, "Lain kali kamu nggak boleh pergi sendiri ke tempat berbahaya. Paham?"Ricky memalingkan wajahnya. Dia menggumam."Tapi, aku mau tangkap kunang-kunang buat Ibu. Kalau Ibu senang, dia mau ajak aku ke taman hiburan. Ayah 'kan sibuk terus, makanya aku pergi sendiri."Kelopak mata Calvin sedikit berkedut. Hatinya campur aduk antara lelah dan perih. Dia hendak bicara saat tiba-tiba ….Tok, tok!Terdengar ketukan pint

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 98

    Jessica bisa memahami perasaan Dany saat ini. Dia mengangguk ringan dan berkata dengan suara pengertian."Ya, kalau butuh bantuan, bilang saja."Setelah Dany pergi, suasana di sekitar langsung hening.Kamar rumah sakit ini cukup luas. Selain ranjang tempat Ella berbaring, di sebelahnya juga ada satu ranjang lipat untuk pendamping.Jessica berencana bermalam di sini malam ini. Dia merogoh saku, hendak mengambil ponselnya, tetapi malah menemukan dua ponsel.Ternyata, saat buru-buru keluar tadi, dia tak sengaja membawa ponsel milik Ella.Tring!Suara notifikasi pesan tiba-tiba terdengar.Jessica melirik ke arah Ella yang tertidur pulas, lalu tanpa sadar matanya menatap ke layar ponsel yang menyala."Kematian Soni itu salah kamu!""Kalau saja kamu nggak minta putus, dia nggak akan nekat bunuh diri.""Kamu masih bisa hidup setelah semua itu?"…Mata Jessica membelalak, pupil matanya menyempit. Melihat pesan-pesan jahat itu, rasa penasaran yang selama ini dia simpan akhirnya terjawab.Pantas

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 97

    Jessica mengernyitkan dahi. Begitu melihat Calvin, reaksi pertamanya adalah menghindar. Dia tak ingin terlibat urusan apa pun lagi dengan mereka.Namun.Tepat saat itu, Calvin seperti menyadari keberadaannya, lalu menoleh dan melihat ke arahnya.Pandangan mereka bertemu. Tatapan mereka saling mengunci.Sorot mata Calvin agak cerah. Dia melangkah cepat mendekat, suaranya terdengar agak terkejut."Jessica, kamu juga di sini?"Lalu, ekspresinya berubah jadi cemas dan perhatian."Ada apa? Kamu sakit?"Jessica menatapnya dingin, menggeleng pelan. Dia menjawab, "Terima kasih atas perhatian Pak Calvin. Aku baik-baik saja."Calvin menghela napas lega, tetapi melihat sikap dinginnya, hatinya terasa sesak.Suasana mendadak jadi canggung.Jessica menatap mereka berdua dengan sorot dingin, lalu berbalik hendak pergi. Namun, Calvin tiba-tiba menarik pergelangan tangannya."Jessica, dengar dulu penjelasanku."Ekspresinya penuh keteguhan. Dia langsung menumpahkan semua yang belum sempat dikatakan di

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 96

    Wajah Ella pucat seperti kertas, tubuhnya sedingin es, dan dia sudah pingsan karena kehilangan terlalu banyak darah.Dany langsung menggendongnya dan melangkah cepat menuruni tangga, sementara Jessica memungut ponselnya dan segera menyusul.Tak lama, mereka tiba di rumah sakit. Ella langsung dibawa ke ruang gawat darurat.Di lorong rumah sakit.Jessica menunduk. Ekspresinya penuh penyesalan dan rasa bersalah. Nada suaranya terdengar berat."Ini semua salahku. Kalau saja aku lebih cepat menyadari perubahan suasana hati Ella, semua ini pasti nggak akan terjadi."Beberapa hari ini, dia terlalu sibuk menyelidiki masalah Keluarga Sudarso, ditambah Ella memang sudah lama tidak kambuh, makanya Jessica menjadi lengah.Namun, Dany sama sekali tidak menyalahkannya. Dia mengepalkan tangan dan memukulkannya ke dinding dengan keras, seolah tak merasakan sakit sedikit pun."Ini bukan salahmu. Aku juga gagal jadi seorang kakak."Suaranya serak, penyesalannya sama dalamnya dengan Jessica.Namun.Karen

  • Hitung Mundur Kepergian Nona Jessica   Bab 95

    Ricky terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat dan mulutnya terus bergumam."Ibu."Calvin mengernyit. Hatinya ikut teriris. Dia mencoba menenangkannya."Ricky, kalau kamu sembuh, Ayah akan ajak kamu ketemu Ibu, oke?"Mendengar itu, Ricky pun berhenti rewel. Dia memejamkan mata dan tertidur lelap.Sindy menggigit bibir bawahnya.Anak tak tahu terima kasih ini … Dia sampai rela mempertaruhkan nyawa demi menemani anak itu cari kunang-kunang ke luar kota, tetapi yang ada di kepala anak itu tetap saja Jessica.Dia berpikir sejenak, merasa tak terima begitu saja, lalu mulai menjelekkan Jessica di depan Calvin."Calvin, Nona Jessica benar-benar kejam. Dia memanfaatkan kerinduan Ricky padanya buat mendorong Ricky melakukan hal berbahaya begitu."Begitu kata-kata itu meluncur, suasana di dalam kamar seketika membeku.Calvin mengerutkan kening lebih dalam. Dia berkata dengan nada tak senang, "Jessica bukan orang seperti itu. Ini pasti ada kesalahpahaman. Aku nggak mau dengar ucapan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status