ZONA DEWASA 21++ "Kau tidak bisa mengelak lagi. Menikah denganku atau mati!" Felix Salvatore bertekad membuat Veronica Reager, wanita yang telah membuat Ibunya terbunuh, menderita dengan menjadikannya istri. Hanya saja, apakah Felix benar-benar membalas dendam atau justru akan jatuh cinta pada anak musuh keluarganya itu seiring waktu berjalan? Terlebih, jika dia tahu bahwa sebenarnya ada kesalahpahaman di sana!
Lihat lebih banyakFelix sedang berdiri tegak menatap pemandangan di luar jendela kaca ruangannya yang menghadap pantai indah kota Cape Town.
Cuaca sedang cerah sudah menjelang sore, riak-riak ombak terlihat jelas dari tempat Felix saat ini berdiri memperhatikan.
Tok ...tok ...tok!
"Masuk!"
Felix beranjak dari depan jendela, kembali duduk pada kursi kerja kebesarannya, pura-pura membalikkan berkas di atas meja ketika Hvitserk, asisten sekaligus sahabatnya memasuki ruangan.
"Simon sudah mendapatkan lokasi wanita itu, Veronica." Hvitserk berkata sembari meletakkan laporan dari sekretaris perusahaan ke atas meja, membuka kursi untuk dia duduki di depan Felix.
"Kenapa Simon tidak menghubungiku?"
"Kau sudah memeriksa ponselmu?" Hvitserk justru balik bertanya sinis pada Felix.
Hvitserk sudah sangat hapal kebiasan baru Felix yang sering lupa mengisi daya ponselnya.
"Ah, dayanya habis." Felix berujar santai setelah memeriksa layar ponselnya yang padam. "Dimana wanita itu?" tanyanya kembali pada topik laporan Hvitserk.
"Dia di Amalfi Coast. Mengelola restoran The Grill. Silakan, lihat aja sendiri." Hvitserk menyerahkan tablet kerja ke depan Felix yang segera meraihnya.
Selama beberapa menit, Felix terdiam. Raut wajahnya datar dan Hvitserk tidak bisa membaca apa yang dipikirkan oleh sahabat sekaligus bos yang sebenarnya ia jaga sebagai pengawal pribadi tersebut.
"Dua pekan lagi Ambu ulangtahun. Kita rayakan di Amalfi Coast!" ucap Felix sambil mengembalikan kembali tablet ke depan Hvitserk. "Siapkan penerbangan esok malam. Lalu perintahkan Billy memberikan semua laporan yang harus ku kerjakan hari ini."
"Ambu tadi juga menghubungiku, ia tidak akan berbicara lagi denganmu selamanya jika malam ini kau tidak makan malam di rumah." tukas Hvitserk menyampaikan pesan sambil diam-diam mengulum bibirnya masuk agar tidak memuncratkan tawa karena wajah Felix tiba-tiba terlihat gusar.
Sejak kematian Mommynya, Marcella Salvatore secara tragis bersama Joko, suaminya Susie, adik perempuan angkat Marcella, Felix membawa Susie, yang ia panggil Ambu untuk tinggal bersamanya di Cape Town.
Susie adalah salah satu wanita yang bisa membuat Felix tunduk dan patuh, selain saudarinya Zetha Salvatore, Aghna Salvatore dan Lucy Salvatore.
"Nanti aku akan menghubungi Ambu."
Hvitserk meraih ponsel Felix yang telah tersambung ke daya listrik, menghidupkannya tanpa persetujuan pria itu.
"Lihat, Ambu menghubungimu lebih dari tiga puluh kali!" Hvitserk memperlihatkan misscall dari Susie ada tiga puluh tujuh kali.
"Bawa semua laporan pekerjaanku, aku akan pulang sekarang!"
Felix akhirnya bangkit berdiri dari duduknya, meraih ponsel, mengambil kunci mobil, kemudian mengangguk serta memberi kode pada Hvitserk agar mengingat tugas-tugasnya yang ia perintahkan menyiapkan penerbangan jet pribadi selain membawa laporan pekerjaan pulang ke kediaman.
Hvitserk tersenyum tipis, mengeluarkan ponselnya begitu Felix telah berlalu keluar dari pintu.
"Dia baru saja keluar ruangan." lapor Hvitserk dalam panggilan telpon.
--
"Ada apa, Paman? Apakah Paman sudah mendapatkan pesan yang ku berikan pada Hvits?" Simon langsung menjawab dan bertanya di panggilan telpon Felix.
"Uhm, ya! Tunggu sebentar!"
Felix menjawab dan menyingkirkan ponsel dari daun telinganya, membuka jendela mobil ketika matanya menangkap sosok anak laki-laki berpakaian sederhana sedang berjualan bunga yang ia tawarkan dari mobil ke mobil sambil mengetuk jendelanya.
"Aku beli semua bungamu! Tapi tolong pesankan cheesecake dalam toko di depan sana, segera bawa ke sini."
Mobil Felix memang sedang berhenti di halaman toko cheesecake yang biasa ia beli untuk Susie, jika Ambunya itu mulai merajuk karena dirinya sering pulang terlambat di malam hari.
"Kemarikan!" Felix meminta semua bunga mawar merah segar di tangan anak lelaki, "Ini bayaran bunga mawarmu dan ini untuk membeli cheesecake toping buah segar blueberry." Felix memberikan beberapa lembar uang kertas ke tangan anak lelaki yang langsung tersenyum cerah dengan tatapan mata berbinar.
"Baik, Tuan muda. Tunggu sebentar." anak lelaki mengambil uang dari Felix, langsung berlari ke depan toko cheesecake juga menyela antrian yang sedang padat pengunjung hendak melakukan pemesanan cake.
Felix memang sangat licik, meminta anak lelaki yang membelikan cake untuknya, karena para orang dewasa yang sedang mengantri di depan toko akan selalu memberikan posisi mereka pada anak kecil meskipun mulut merengut menggerutu.
Tentu saja, ini bukan pertama kalinya Felix melakukan ide konyol 'memperalat' anak-anak agar membantunya. Meskipun Hvitserk sering mencelanya sebagai pria dewasa yang tak beradab, tapi kali ini asistennya itu tidak ada bersamanya, jadi sah-sah saja.
"Simon ..." Felix kembali memanggil Simon di panggilan telpon yang hanya ia hold, tidak dimatikan sebelumnya.
"Ya, Paman,"
"Katakan, apakah Veronica itu sudah menikah?" Felix bertanya dengan suara pelan pada Simon, putra saudarinya, Zetha yang ia pinta membantunya mencari Veronica.
"Ada beberapa pria di sekelilingnya. Tamu reguler yang datang ke restoran The Grill ..." Simon menghentikan perkataan, mengirimkan link ke ponsel Felix yang langsung berbunyi notifikasinya.
"Dia sedang berkencan! Atau mungkin bisa jadi pria itu adalah suaminya. Kenapa Paman menanyakan hal ini? Apakah Paman tertarik pada Veronica?"
Felix sudah berusia lebih dari kata matang sebagai seorang pria untuk menikah. Tetapi dia selalu menutup diri dari hubungan lawan jenis.
"Ok. Terima kasih, Simon. Goodnight!" Felix menolak menjawab pertanyaan Simon yang terdengar terkekeh sebelum ia putuskan sambungan telponnya.
--
"Kau sudah pulang," Susie menyapa Felix yang langsung menyerahkan kotak cake ke tangannya begitu ia tiba di rumah.
"Ya. Maaf, tadi ponselku kehabisan daya dan aku lupa memeriksanya."
Felix meraih punggung tangan Susie yang akan ia cium takzim agar wanita yang masih terlihat sangat awet muda itu tidak memarahinya atau mengadu pada Zetha ataupun Aghna, saudari-saudarinya yang bisa mengomelinya panjang kali lebar.
"Berikan semua bunganya untuk Ambu!" Felix memberikan perintah pada pelayan yang baru saja membawa puluhan tangkai mawar merah ke dalam kediaman mereka.
Susie menaikkan alisnya berjengit ke atas, menatap lekat ke dalam netra Felix yang terlihat lebih manusiawi dengan senyuman tipis ketika berada di depan Susie.
"Aku ingin mengajak Ambu pergi ke Amalfi Coast esok malam, sekaligus nanti kita merayakan ulangtahun Ambu di sana." Felix memberitahukan rencananya pada Susie yang langsung mengulum senyum.
"Susun bunganya di kamar Felix dan sisanya letakkan pada atas meja." Susie memberitahu pelayan kediaman yang terlihat bingung dengan bunga segar di tangannya.
Susie meraih lengan Felix untuk ia bawa ke ruang makan, "Sebenarnya Zetha sudah meminta agar kita datang berkumpul di Palermo tahun ini ..."
"Nanti aku akan bicarakan dengan Zetha." Felix langsung memotong perkataan Susie yang kembali mendengkuskan tawa rendah.
Diantara keluarga besar Salvatore, Susie lah yang paling paham akan karakter Felix yang ia asuh sejak bayi. Felix tidak akan bersikeras pergi ke suatu tempat jika tidak ada rencana lain yang sedang bercokol dalam kepalanya.
"Ku dengar di Amalfi ada banyak wanita-wanita cantik juga seksi ..."
"Aku tidak tertarik!" Felix kembali menjawab cepat, menghentikan tebakan Susie yang justru semakin yakin jika putranya itu sedang mencari wanita.
Felix memang tidak memberitahu siapapun jika ia mencari Veronica, selain Hvitserk dan Simon yang juga ia pinta merahasiakan dari keluarga besar mereka.
Sudah berbulan-bulan Knox dan pria cleaning service bergaul, namun Knox belum mengetahui identitas dari pria yang ponselnya sering ia pinjam tersebut. Knox juga sering menyelinap keluar, berkat bantuan dari sang pria cleaning service yang memberikan pakaian tertutup dari ujung kaki sampai kepala juga menutup wajah layaknya beberapa staff di tempat yang disebut Eleanor sebagai 'rumah aman'. Kenyataannya, rumah aman tersebut memiliki terowongan bawah tanah, tersambung langsung ke pusat laboratorium, serta lokasinya tak berada jauh dari gedung tempat tinggal pribadi Eleanor. Kini, sang pria cleaning service membuka pakaian dan penutup wajahnya di depan Knox. "Kau?!" Knox tak bisa menyembunyikan keterkejutannya, "Tony!" lanjutnya berseru dan merentangkan kedua lengan untuk menyambut pelukan dari 'Tony', sahabatnya. "K-kenapa kau harus menutup wajahmu padaku? Kenapa tak dari awal kau memperlihatkan wajahmu? Ada yang kau sembunyikan?" Knox menyipitkan sebelah matanya setelah pertanyaa
'Netaya' Pria staff khusus perang yang sebelumnya sangat gagah menembaki mobil Pierre hingga meledak, kini hanya bisa menuliskan satu kata 'Netaya' pada secarik kertas yang diberikan penyidik kepolisian karena lidahnya sudah di potong oleh Anne. Sang pria pemimpin syndicate meninju meja kaca. layar laptopnya bergetar dan dokumen rahasia berhamburan ke udara lalu jatuh berantakan ke atas lantai.Pada layar monitor laptop, beberapa pemimpin operasional syndicate juga tersambung, semuanya terlihat marah begitu pemimpin kepolisian kepolisian New York menampilkan tulisan tangan staff khusus menyebut Netaya.Netaya adalah seorang wanita, pemimpin negara di Timur tengah yang bertahun-tahun menjadi rekan dan tangan kanan dalam misi-misi rahasia syndicate, benarkah ia berkhianat? Beberapa saat kemudian, sambungan telpon dan video 'meeting' pemimpin syndicate sudah terputus, "Kau sudah memberikan misi pada priamu?" pria tampan pemimpin syndicate bertanya melalui sambungan telpon pribadi ke
"Baiklah Pierre, aku minta maaf sudah menyeretmu ke dalam situasi ini, jika kau tak mau bangun, bearti kau tak layak untuk Zee, adikku!"Simon berkada dingin lalu bangkit berdiri, ia sudah melakukan apa yang bisa dilakukan untuk membantu Pierre siuman."Atas nama Luca, saya juga minta maaf." Luciano turut mengikuti Simon, berhenti memompa dada Pierre yang tetap terbaring kaku dengan wajah pucat seakan darah pun berhenti mengalir dalam tubuhnya."Aku akan mengobati tubuhmu, jangan kuatir." sejalan dengan duo lelakinya, Zetha meraih tas medis, berniat menjahit ulang cidera bekas peluru yang kembali terbuka pada tubuh Pierre."Maaf, mungkin kau memang tak layak untuk Zee. Tapi sebagai ibunya, aku tetap harus berterima kasih padamu." Zetha berbisik sudah siap dengan benang dan jarum di tangan.Beep ...Beepp ...Bep!Monitor portable yang dihubungkan Simon ke organ vital Pierre berdetak, semakin naik dan naik.Tangan Simon yang sudah menyentuh gagang pintu ruangan untuk berganti pakaian ba
Zeze menutup mulutnya dengan telapak tangan, airmata sudah membanjir membasahi wajah cantiknya namun pandangannya tak berkedip memperhatikan layar proyeksi besar di depannya. Luca di sebelah Zeze, menggenggam telapak tangan keponakannya itu, jantung dalam rongga dadanya berdentam-dentam, tak siap kehilangan siapapun lagi anggota keluarganya. Pierre sudah termasuk bagian dari keluarga besarnya karena calon suami yang disukai Zeze, keponakannya. Jika Pierre dan Simon tak selamat, bukan hanya Zeze yang akan terpuruk, tapi mereka semua. Keluarga besar Salvatore mungkin akan kecewa pada Luca yang menjalankan misi diam-diam, terkesan brutal juga dadakan dan terburu-buru tanpa persiapan matang. "I love you, Young Lady." "Aku mencintaimu, Zee." Simon dan Pierre sama-sama berbisik rendah, memejamkan kelopak mata, bersiap untuk kematian yang menyapa di depan mereka. Tiba-tiba ...Netra Luca yang tadinya tegang dan gugup, kini bersinar cerah melihat siluet dua motor sport melaju sangat c
New York, salah satu kota pusat perbankan di dunia, kota yang dikenal tak pernah tidur, lalu lintas padat dan suara sirene samar bergema dari arah mana-mana seakan bersahutan, bercampur dengan deru klakson mobil.Bangunan markas besar NYPD (New York City Police Department Headquarters) berdiri kokoh dengan kaca gelap dan struktur baja, terletak di One Police Plaza, Manhattan, menjadi tujuan Gurkha yang dikemudikan oleh Ted dengan Luca Spencer duduk pada kursi penumpang.Dari arah jalan lain Simon dan Pierre saling berpacu dengan tujuan yang sama dengan Ted dan Luca Spencer. Di halaman depan gedung NYPD, terdapat barikade besi dan lampu sorot yang membuat tempat tersebut seperti benteng.Polisi berseragam terlihat masuk-keluar seakan seperti rutinitas yang biasa, meskipun sudah menjelang dinihari. Mereka membawa berkas, berbicara lewat radio, sebagian naik ke mobil patroli yang berjejer di sepanjang jalan.[Semua siap?] terdengar suara Luca Salvatore bertanya melalui sambungan radio ke
"Ambu ..." Felix bergumam serak saat Charles memberitahu ada helikopter keluarga Jakovsky mendarat di halaman belakang. Susie gegas turun dari helikopter lalu berlari masuk ke kediaman Felix dan Freyaa pun meloncat langsung memanjat ke gendongan Susie begitu wanita separuh baya yang masih terlihat sangat sehat juga seksi tersebut memasuki ruangan tengah. "Oh, Sayang ...apakah kau baik-baik aja? Apakah ada cidera? Bagaimana perasaanmu?" cecar Susie sambil mendekap Freyaa erat-erat dalam pelukannya. Kepala Freyaa mengangguk-angguk, tak ada kata yang berhasil meluncur keluar, tenggorokannya tercekat dan titik air hangat jatuh meluncur di sudut matanya yang sengaja gadis kecil itu sandarkan wajah ke atas pundak Susie. "Sekarang ada ambu di sini, kau akan baik-baik aja, hem?" Susie membelai lembut punggung Freyaa yang bisa ia rasakan tubuh putri bungsunya Zetha dan Luciano tersebut bergetar menangis. Tak lama kemudian, Felix datang menyambut Susie, menekan tombol pada kursi rodanya se
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen