Trisha mempercepat langkahnya memasuki koridor rumah sakit, dia terlihat sangat khawatir pada kondisi Lio yang masih belum sadarkan diri. Bahkan, wanita gemuk itu juga tidak peduli dengan tubuhnya yang terasa tidak enak.
Dia bertanya pada suster yang berpapasan dengannya, lalu langsung berjalan sesuai jalan yang ditunjukkan oleh suster itu. Trisha tersenyum mengangguk saat melihat Vanda yang melambaikan tangan.
“Gimana Lio?” tanya Trisha seraya duduk di samping Vanda.
“Gue belum tau, dokter masih di dalam,” jawab Vanda seraya memberikan minum untuk Trisha. wanita gemuk itu hanya menganggukkan kepalanya dan menerima botol itu. Dia mengatur napas yang terengah-engah.
Namun, entah kenapa tiba-tiba saja dadanya terasa sangat sesak, bahkan dia sedikit kesulitan bernapas. Vanda yang melihat Trisha sesak napas pun terlihat bingung dan semakin panik. Dia melihat tangan Trisha yang penuh dengan bintik-bintik merah, mata terbelalak lebar.
“Sev, besok lo ada pemotretan. Jangan sampai terlambat! Trisha mana? Lo tadi pergi sama dia, kan?” tanya Zhui yang baru saja datang.Sev menoleh pada Zhui dengan helaan napas seraya duduk di sofa. “Trisha di rumah sakit, gue nggak tau kalau dia alergi mangga,” jawabnya mengalihkan pandangannya.Zhui terlihat terkejut dan langsung duduk di samping lelaki itu. Wanita itu juga tidak tau kalau Trisha ada alergi terhadap buah mangga, pantas saja setiap ia menawarkan buah mangga dia selalu menolak. Tapi kenapa sama Sev dia tidak menolak?“Dia nggak tolak pas lo kasih dia mangga?” tanya Zhui dengan menautkan kedua alisnya.Sev terdiam sejenak. lalu menggelengkan kepalanya ragu. Dia sangat ingat kalau Trisha langsung memakan buah mangga itu tanpa menolak. “Dia langsung makan.”Zhui pun menghela napas panjang dan menepuk punggung Sev pelan. “Lo harus baik-baik sama Trisha, anggap aja lo balas kebaikan di
“Kenapa tiba-tiba diem?” tanya Vanda.Trisha menoleh pada Vanda seraya menggerakkan tangan untuk memberikan isyarat pada sahabatnya untuk mendekat. Vanda pun langsung mendekat tanpa bertanya apapun. Wanita gemuk itu mendekatkan mulutnya di telinga sang editor.“Lo lupa sama sifat Sev? Kalau gue tolak, terus dia pecat gue, gimana? Komik gue nggak akan bisa lanjut! Lo sendiri tau, kan, sumber ide gue itu dari Sev,” jelas Trisha dengan suara berbisik.“Kenapa bisik-bisik?” tanya seseorang yang baru saja datang.Vanda dan Trisha yang mendengar suara itu terlonjak kaget dan langsung melihat ke arah pintu. Melihat kedatangan Sev membuat Trisha menghela napas lega, benarkan dugaannya? Vanda pun langsung mundur dua langkah dengan memberikan senyuman canggung pada Sev.“Nggak apa-apa, Gue sama Trisha lagi bahas ….”“Kita lagi bahas kode di game, jadi takut kalau ada orang lain yang denger,&
Setelah satu hari di rawat inap, Trisha diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah sangat baik. Wanita gemuk itu memulai aktifitas seperti sebelumnya, menyiapkan sarapan, menyiapkan pakaian, dan membersihkan rumah Sev.Ya, Trisha masih tinggal di rumah aktor menyebalkan itu. Awalnya ia ingin kembali ke rumahnya, hanya saja Zhui memintanya untuk tetap tinggal agar Sev tidak terlambat ke lokasi syuting. Mau tidak mau wanita gemuk itu langsung menyetujui. Dia sudah tidak bingung lagi menggambar di rumah Sev.Jam menunjukkan pukul sembilan pagi, semua keperluan Sev sudah siap semua. Dia berjalan ke kamar Sev untuk membangunkannya. Namun, saat ingin mengetuk pintu, Sev tiba-tiba keluar dan membuat Trisha melangkah mundur.“Mau ngapain?”“Bangun—““Nggak perlu, lo pikir gue anak kecil?” potong Sev seraya berjalan lebih dulu menuju ruang makan.Trisha menatap punggung Sev dengan menghela napas panjang men
Lio menoleh ke arah pintu saat mendengar suara langkah seseorang, dia kira orang itu adalah Trisha yang berjanji akan datang. Lelaki itu tersenyum karena sudah menunggunya sejak tadi untuk membuat papan cerita bersama. Namun, senyumnya seketika luntur saat melihat orang yang paling tidak ingin dia lihat. Lio mengalihkan pandangan matanya langsung dan kembali untuk mewarnai komik itu.Orang yang dia kira Trisha ternyata adalah Sev. Bagaimana dia bisa tau? Padahal tidak ada yang memberitahu pada lelaki itu.Sev berjalan mendekat dan meletakan keranjang yang berisikan buah, lalu duduk di kursi yang ada di dekat brankar sang adik. Dia menatap Lio yang tengah fokus mewarnai komik itu sambil tersenyum samar.Belum ada yang memulai percakapan. Sev sendiri bingung harus mulai bicara dari mana.“Lo kenapa kecewa gitu liat gue dateng?” tanya Sev memecahkan keheningan saat teringat raut wajah adiknya yang berubah menjadi datar.“Bukan urusan
Trisha turun dari bus dan berjalan memasuki area rumah Sev, dia berjalan cepat karena dia sudah terlambat lima menit. Wanita gemuk itu sudah sangat siap menerima celoteh dari sang aktor. Langkahnya terhenti sejenak untuk mengambil ponsel yang terasa bergetar di kantong. Satu panggilan dari Vanda membuatnya menepuk keningnya pelan karena teringat kalau ia belum pamit padanya. Trisha mengangkat telepon itu seraya melanjutkan langkahnya. “Halo, Van. Maaf, gue lupa bilang--" “Bukan itu yang mau gue bahas,” ucap Vanda dari seberang telepon. Trisha pun mengangkat satu keningnya. “Kenapa? Ada masalah sama komik gue?” tanya Trisha memperlambat langkahnya karena perasaannya mendadak tidak enak. “Bukan, Sha!Komik lo nggak ada masalah apapun. Yang bermasalah ... partner lo.” Ucapan sahabatnya itu membuat langkahnya seketika terhenti. Lio? Ada apa dengannya? Apa penyakitnya semakin parah?
Pukul dua dini hari, Trisha memastikan laptopnya sambil merenggangkan otot punggungnya yang terasa sangat pegal karena duduk berjam-jam untuk menggambar. Dia beranjak dari kursi dan melangkahkan kakinya keluar kamar untuk mengambil sebotol air mineral dingin.Saat tengah minum, dia menautkan kedua alisnya ketika mendengar sesuatu dari arah kamar Sev. Apa ada maling masuk? Pikir wanita gemuk itu yang langsung melihat semua jendela dan pintu yang masih tertutup rapat. Trisha menggelengkan kepalanya pelan karena teringat kalau penjagaan perumahan Sev sangatlah ketat, jadi tidak mungkin ada maling masuk.Trisha pun kembali meletakan botol itu ke lemari es dan berjalan menuju kamar Sev untuk melihat apa yang terjadi. Wanita gemuk itu membuka pintunya perlahan dengan melihat ke arah tempat tidur Sev.Matanya membelalak lebar saat tidak mendapati lelaki itu di tempat tidur. Trisha pun langsung masuk dengan raut wajah khawatir. Saat menoleh ke arah balkon, dia semakin m
“Lin, lo kenapa tutup rapat jendela gue?” tanyanya tanpa menoleh dan masih memainkan ponsel.Gerakan Lin pun perlahan terhenti dan menoleh melihat ke arah lelaki itu dengan bingung. “Saya tutup jendela Nak Sev? Kapan?” tanyanya bingung.“Tadi malem, Lin,” ucap Sev menoleh pada asistennya itu.Lin menggelengkan kepalanya ragu. “Tadi malem saya tidur di rumah, bukan di sini. Jadi nggak mungkin tutup rapat jendela mu.”Sev terdiam sejenak dengan mengingat-ingat lagi yang dia lakukan sebelum tidur. Dia ingat betul kalau tadi malam dia tidak menutup rapat jendela, ia bahkan langsung tertidur setelah minum obat penenang itu.Lelaki itu seketika teringat pada Trisha. Saat itu juga wanita gemuk itu keluar dari kamarnya dengan menguap lebar, dia terlihat masih sangat mengantuk.Trisha duduk di samping Sev dan menoleh ke arah Lin dengan senyuman tipis. “Pagi, asisten Lin.”“Pagi,
Setelah seharian bekerja menjadi asisten, Trisha merenggangkan ototnya yang terasa kaki karena melayani Sev yang selalu memberikan perintah. Saat ini jam menunjukkan pukul tujuh malam, dia masuk ke dalam mobil dan langsung menyandarkan tubuhnya yang terasa sangat lelah.Zhui memakai sabuk pengamannya dan melihat ke arah Trisha. “Setelah ini tidur pulas,” ucapnya diakhiri dengan tertawa. Trisha pun membenarkan posisi duduknya dan memakai sabuk pengaman dengan menyengir.Zhui kembali menatap lurus ke depan dan mulai melajukan mobilnya mengikuti mobil Tiana menuju restoran untuk meeting dengan sutradara sekaligus makan malam. Beruntung Zhui memesan meja yang berbeda untuknya, jadi Trisha bisa memakan makanannya tanpa menunggu mereka yang sedang meeting. Tentu saja ini tanpa sepengetahuan Sev.“Tiana itu kakak lo, kan?” tanya Zhui dengan nada memastikan.Trisha menganggukkan kepala dan melihat ke arah Zhui. “Iya, beda banget, ya?