Share

Kesabarannya Sudah Habis

“Lo tuli? Gue udah usir lo, kenapa masih di sini?” tanya Sev pada Trisha. Lelaki itu melirik sekilas dengan lirikan mata tajamnya.

Trisha masih bungkam dan takut salah dengan jawabannya, karena di situasi seperti ini, jawaban apa pun yang dia berikan akan tetap salah di mata Sev. Sedangkan, lelaki itu berdiri dari duduknya dengan tersenyum miring dan tertawa meremehkan. Zhui masih diam memperhatikan Sev.

“Selain tuli, lo bisu?” tanya Sev yang membuat Trisha membuka matanya lebar.

Kesabaran Trisha sudah menipis, dia tidak sanggup menghadapi lelaki menyebalkan itu. Trisha pun melangkahkan satu langkah untuk berdiri di samping Zhui, menatap Sev dengan tatapan malas.

Trisha menghela napas panjang dengan menarik bibirnya membentuk senyuman paksa. “Gue tuli atau bisu, apa urusannya sama lo? Gue di sini mau kerja jadi asisten lo, bukan teman berantem!”

“Lo … jadi gini sikap asisten sama majikannya, ha?!” bentak Sev dengan raut wajah yang marah.

Zhui menghela napas panjang, dia tidak menyalahkan Trisha yang berbicara seperti itu. Karena kalau tidak diperlakukan seperti itu, Sev akan terus merendahkan dan semena-mena pada wanita gemuk itu.

“Sev! Jangan seperti itu! Cari asisten buat lo itu susah! Lo harusnya berterima kasih sama Trisha karena mau jadi asisten aktor macam lo!” ujar Zhui dengan menatap tajam Sev.

Sev beralih melihat Zhui dengan tersenyum. “Susah? Apa susahnya? Emang nggak ada yang daftar selain dia? Kenapa harus wanita gemuk ini? Enggak ada yang lebih ramping? Kan lo juga bisa jadi asisten gue, Kak!”

“Gue enggak peduli sama keluhan lo. Trisha udah resmi jadi asisten lo mulai hari ini! Lo enggak ada hak buat pecat dia, karena yang berhak pecat dia itu gue, bukan lo! Paham?!” ucap Zhui sedikit meninggikan nada bicaranya.

Sev tidak melawan lagi, dia menghela napas panjang dan kembali duduk di sofa melanjutkan bermain game di ponsel. Trisha yang melihat Sev mendadak diam pun hanya bisa tersenyum tipis. Dia berterima kasih pada Zhui karena sudah menolongnya kali ini. Mungkin kalau Zhui tidak datang, hari ini juga Trisha kehilangan dua pekerjaannya.

Tidak bekerja menjadi asisten, otomatis komiknya itu tidak mendapatkan bahan.

“Sev ada pemotretan jam dua nanti. Trisha, tolong siapkan baju untuknya,” perintah Zhui memberikan arahan untuk Trisha.

Trisha tersenyum mengangguk. Namun, saat dia hendak melangkahkan kakinya, suara Sev membuatnya terhenti.

“Tunggu.”

Trisha menoleh ke Sev dengan senyuman. “Ada apa?”

“Lo nggak perlu repot-repot buat menyiapkan baju, gue bisa sendiri. Lagian lo tau apa tentang fashion gue,” ujar Sev seraya bangkit dari duduknya.

Sev adalah tipikal orang yang sangat mementingkan fashion, karena penampilan yang menarik menjadi keuntungan baginya. Selama ini, Sev juga menyiapkan bajunya sendiri karena Zhui selalu memberikan baju yang tidak sesuai dengan Sev.

Namun, berbeda dengan Trisha, dia menautkan kedua alisnya sambil menjawab, “Gue tau.”

Zhui yang mendengar jawaban Trisha langsung menoleh ke wanita itu sambil menggelengkan kepalanya, seakan memberikan kode agar membiarkan Sev memilih bajunya sendiri. Trisha hanya tersenyum sambil menggeleng, lalu berjalan mendekati Sev dan mengamatinya dari bawah sampai atas.

“Lo tau apa tentang fashion gue? Zhui yang kerja sama gue lebih lama dari lo aja enggak ngerti, apalagi lo yang baru kerja sepuluh menit?” ujar Sev menatap Trisha dengan tatapan sangat tajam.

Trisha tidak menjawab, dia hanya sekilas melihat wajah Sev yang tampak kesal itu. Lalu membuka lemari pakaian milik Sev dan memilahnya untuk Sev. Hanya membutuhkan waktu lima menit, Trisha memberikan pakaian ke Sev.

Sev menatap baju yang dipilih Trisha dengan tatapan ragu akan pilihan wanita itu. “Kalau nggak sesuai, gue bakal pecat lo!” kata Sev seraya mengambil pakaian itu dengan kasar. Trisha hanya tersenyum mengangguk.

“Silakan. Kalau sesuai, lo harus menerima gue sebagai asisten!”

“Oke!”

Sev berjalan ke ruang pass untuk mengganti pakaiannya. Trisha menghela napas lega sambil mengelus dadanya yang berdegup karena takut. Sedangkan Zhui, dia berjalan mendekati Trisha dengan senyuman lebar dan bangga.

“Enggak nyangka kalau Sev sekarang punya asisten yang galak, gue pikir lo orangnya penakut,” ujar Zhui.

“Aku me-memang penakut, Kak. Coba pegang,” sahut Trisha memberikan telapak tangannya ke Zhui.

Zhui memegang telapak tangan Trisha dengan raut wajah yang kaget. Telapak tangannya sangat terasa dingin dan sedikit berkeringat. Dia terkekeh pelan dengan mengucapkan, “Ternyata lo takut? Gue pikir ini sifat asli lo. Oh iya, mulai sekarang jangan pakai aku-kamu, tapi lo-gue aja. Oke?”

Trisha tersenyum dan mengangguk paham.

“Lo siapkan minuman hangat dan jus jeruk, bawa juga roti yang ada di meja. Karena biasanya setelah rapat, dia akan meminta ketiganya,” ujar Zhui menunjuk meja. “Kalau Sev udah selesai, langsung ke mobil. Gue tunggu lo di bawah,” lanjutnya seraya mengambil tas miliknya dan berjalan keluar dari ruangan.

Trisha hanya menjawab dengan satu anggukan dan senyuman manisnya. Dia langsung mengambil paper bag yang ada di dekat meja. Tangannya bergerak memasukan botol termos, botol kecil yang berisi jus jeruk, dan roti isi. Lalu, memasukan ke tas yang dia bawa.

Tak lama, Sev keluar dari ruang pass. Mata Trisha terbuka lebar dengan perlahan saat melihat Sev yang terlihat semakin tampan dengan pakaian yang dia pilih, benar-benar berbeda dari sebelumnya. Dalam hitungan lima detik, Trisha menggelengkan kepalanya dan tersadar dari lamunannya.

“Jangan puji dia lagi, Sha! Dia adalah lelaki yang hampir membuat lo jadi gelandangan,” ucap Trisha dari dalam hatinya.

“Selera lo bagus juga, wanita gemuk!” ujar Sev yang berdiri di depan cermin besar dengan merapikan pakaiannya.

Trisha tersenyum bangga. “Iya lah! Gue emang tau sedikit fashion!”

Sev menoleh ke Trisha dengan mengangkat satu alisnya. “Sedikit?” tanya Sev yang tampak ragu dengan jawaban wanita gemuk itu. “Jangan-jangan lo itu …” Ucapannya terhenti dengan kaki yang terus melangkah maju ke arah Trisha.

“Jangan-jangan apa? Lo mau ngapain?!” tanya Trisha yang melangkahkan kakinya ke belakang saat Sev terus berjalan maju dengan bibir membentuk senyuman miring.

Langkah Sev terhenti, namun wajahnya bergerak lebih dekat dengan Trisha. “Jangan-jangan lo fans berat gue?!” tanya Sev dengan raut wajah penuh curiga. Trisha menghela napas panjang dan mendorong pelan tubuh Sev.

“Kak Zhui udah nunggu di bawah, buruan turun,” ucap Trisha seraya berjalan terlebih dulu keluar dari ruangan itu.

Sev yang masih berdiri itu hanya tersenyum menyeringai. “Meski fashion lo bagus, gue belum menerima lo jadi asisten gue!” gumamnya pelan.

Berbeda dengan Trisha, dia justru senang mendapat perlakuan Sev yang mengejutkan seperti itu, karena semua ini bisa dijadikan bahan komiknya nanti.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status