Home / Romansa / Hoffen / Menjadi Asisten

Share

Menjadi Asisten

Author: Errenchan
last update Huling Na-update: 2021-04-03 15:31:47

Setelah memakan waktu dua jam, Trisha sudah ingat point penting informasi yang ada di data ini. Wanita itu meletakan ponsel di meja sambil menguap dan merenggangkan ototnya yang agak terasa kaku.

“Namanya ribet banget. ya,” gumam Trisha saat kembali melihat biodata itu. Trisha mencoba untuk mengingat semuanya tanpa melihat ke layar ponsel. “Nama dia Severino, umur dua puluh empat. Dia alergi seafood, suka kopi, dia—“ Ucapan Trisha terhenti karena menguap dengan lebar sambil mengucek matanya.

Dia melihat jam yang ada di layar ponsel. “Udah jam satu, waktunya tidur,” ucap wanita itu seraya bangkit dari duduknya, lalu melangkah menuju kamar untuk mengistirahatkan otaknya yang lelah.

***                         

Pagi pukul tujuh, Trisha membuka matanya perlahan karena mendengar ponselnya yang berdering dengan kencang. Entah itu suara atau telepon, tapi seingatnya alarm di ponsel hanya berbunyi setiap hari senin saja.

Dengan mata yang sedikit terbuka, tangannya bergerak ke atas nakas untuk mengambil ponsel, saat berhasil meraihnya dan melihat ke arah layar, matanya menyipit karena cahaya yang silau. Pagi itu, ia mendapatkan satu panggilan masuk. Karena masih sangat mengantuk, Trisha tidak bisa melihat jelas nama si penelpon. Dia langsung mengusap tombol hijau ke atas dan menyalakan pengeras suara. Lalu, meletakkan ponsel di sampingnya.

“Halo, Sha, lo masih tidur?”

Trisha yang masih sangat mengantuk hanya menjawab dengan deheman saja. Dia mengubah posisinya menjadi duduk untuk mengumpulkan nyawa yang masih beterbangan. Dia menguap lebar sambil merenggangkan otot, dan menggaruk-garuk rambutnya saat mendengar omelan Vanda dari telepon itu.

 “Halo, lo denger gue enggak, sih? Kenapa diem aja?! Jangan bilang kalau lo tinggal tidur lagi? Buka pintunya! Gue udah di depan rumah! Lo enggak lupa sama interview hari ini, kan?” tanya Vanda dengan rentetan pertanyaannya.

Mata Trisha seketika membelalak lebar saat mendengar pertanyaan Vanda tentang interview. Dia langsung beranjak dari kasurnya dan berjalan cepat keluar kamar untuk membukakan pintu. Rasa kantuknya seketika lenyap.

Saat membukakan pintu untuk Vanda, bukan sarapan yang didapatkan oleh Trisha, melainkan omelan panjang dari Vanda karena sudah menunggu lama di luar. Dia juga marah karena Trisha lupa kalau hari ini dia harus datang interview.

 “Untung aja gue dateng ke rumah lo, kalau enggak …” Vanda menggelengkan kepalanya pelan sambil berdecak. “Kalau enggak, semua akan lenyap, Shasha. Karena lo itu lemah di genre romansa.”

Trisha yang mendengar itu hanya mendengus dan duduk di sofanya sambil menyandarkan tubuh dengan menatap langit-langit. “Jadi, menurut lo … menjadi asisten seorang aktor pendatang baru bisa menciptakan keromantisan gitu?”

 “Lo emang enggak pernah lihat drama gitu? Banyak tau yang awalnya asisten—“

“Enggak! Enggak lihat dan enggak mau lihat! Hm, bukan asisten, Vanda. Namanya terlalu bagus. Lebih tepatnya adalah pembantu.”

Vanda yang duduk di samping Trisha langsung memukul pelan lengan wanita itu. “Dengar baik-baik, Trisha! Lo harus manfaatkan semua ini dengan baik! Lo harus cari cara buat akting romantis sama aktor itu.”

Trisha yang mendengar itu hanya tertawa kecil, karena sebenarnya dia juga sudah merancang semua itu untuk bahan komik. Sebenarnya, dia hanya berpura-pura marah pada Vanda karena menyuruh menjadi asisten seorang aktor. Awalnya memang marah, tapi setelah tau kalau lelaki itu adalah orang yang dia temui di pantai, Trisha justru sangat berterima kasih dengan Vanda.

Trisha juga tidak berniat untuk menceritakan semuanya pada Vanda, karena dia tidak mau kalau Vanda akan menyuruhnya melakukan hal gila.

“Lo kenapa diem aja?” tanya Vanda dengan melambaikan tangan di depan wajah Trisha sambil menepuk-nepuk lengan wanita itu agar dia cepat tersadar dari lamunannya.

Trisha langsung menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lebar. “Enggak apa kok, gue mandi dulu. Kalau lo baik, bikin roti buat gue. Laper nih,” ujar Trisha diakhiri dengan menyengir dan menepuk-nepuk perutnya.

“Dasar! Cuma makan yang lo inget!”

Trisha tertawa kecil seraya berjalan meninggalkan Vanda menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Sedangkan Vanda, dia membuatkan sarapan untuk Trisha, karena dia tidak mau kalau penyakitnya kambuh karena terlambat makan. Meskipun Trisha gemuk, dia mempunyai penyakit asam lambung yang lumayan parah. Jadi, dia tidak bisa kalau terlambat makan.

Vanda hanya membuat roti panggang dan telur saja. Karena hanya itu persediaan makanan yang ada di rumah Trisha.

Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit, Trisha sudah rapi dengan pakaian casualnya. Vanda juga sudah selesai membuat sarapan.

Trisha berjalan keluar dari kamar menghampiri Vanda yang sudah duduk di meja makan. Trisha tersenyum lebar saat melihat makanannya sudah jadi.

 “Thanks, Vann! Gue tau kalau lo itu masih ada rasa khawatir sama gue,” ucap Trisha seraya duduk di samping Vanda.

“Gue enggak mau kalau penghasil uang gue sakit,” ucap Vanda dengan tersenyum miring. Trisha yang mendengar itu langsung menatapnya tajam dengan menghela napas panjang. Seketika Vanda tertawa kecil dan memberikan satu suap roti.

“Gue bercanda, Shasha. Udah, buruan makan. Lo interview jam delapan,” ujar Vanda seraya mencubit pipi tembam Trisha.

Trisha mendengus sambil memutar bola matanya malas dan memakan roti yang ada di garpu Vanda. “Kalau gue enggak diterima jadi asisten gimana? Secara gue enggak ada pengalaman, gue juga gemuk. Mana ada asisten yang punya badan gemuk? Kecuali asisten rumah tangga.”

“Gue yakin seratus persen kalau lo bakal diterima jadi asisten! Jangan pesimis dulu, dong! Buruan makan makanan lo!”

***

Trisha dan Vanda masuk ke dalam mobil, mereka memakai sabuk pengaman terlebih dahulu. Vanda menyalakan mesin mobil, dan langsung melajukannya keluar dari rumah Trisha. Sepanjang diperjalanan, mereka saling diam.

Trisha memainkan game di ponselnya dan tidak mengganggu Vanda yang tengah menyetir, karena ini sudah menjadi kebiasaan mereka berdua. Tidak boleh mengobrol saat sedang menyetir.

Jalanan di pagi ini lumayan padat, sehingga membuat mereka hampir terlambat datang ke perusahaan. Untung saja Vanda tau jalan pintas, jadi mereka tidak terjebak di kemacetan.

Tak lama berselang, mereka sampai di tujuan, dan Vanda memarkirkan mobilnya di area parkir. Vanda menoleh ke arah Trisha yang masih bertanding di dalam gamenya. Dia berdeham pelan untuk memberikan kode pada Trisha. Dalam hitungan lima detik, Trisha mengangkat kepalanya dan menoleh ke Vanda.

“Udah sampai?” tanya Trisha yang kembali melihat ke layar ponsel.

“Lo masih mau lanjut main game? Kita udah—“

“Iya, iya, ini udah selesai, kok!” ucap Trisha menyela ucapan Vanda sambil memasukkan ponsel ke dalam tasnya.

Vanda menarik napas panjang sambil tersenyum, lalu mengembuskan dengan perlahan. Mereka melepas sabuk pengaman dan keluar mobil bersamaan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Hoffen   Resmi!

    Trisha berjalan di tepi pantai yang sudah tidak ada pengunjung sama sekali. Tiga tahun ini dia selalu datang ke pantai, tempat pertama kali dia bertemu dengan Sev. Dengan harapan lelaki itu datang menghampirinya.Wanita itu kembali menangis ketika teringat pada masa lalunya. Dia benar-benar merindukan lelaki itu. Dia adalah orang yang membuatnya berdiri sampai sekarang, tanpa dia mungkin Trisha tidak akan menjadi mangaka.Tiba-tiba saja ada seseorang yang berdiri di hadapannya. “Jangan nangis, nanti make-up lo luntur.”Trisha yang mendengar perkataan itu merasa tidak asing dan langsung mengangkat kepalanya, matanya menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya.Severino berdiri di hadapannya dengan tersenyum lebar dan membentangkan tangannya. Trisha pun langsung berdiri dengan memeluknya erat.“Kenapa lo nggak kasih tau gue kalo udah balik?!” tanya Trisha dengan menangis sesenggukan.Sev mengelus punggung Trisha den

  • Hoffen   Tiga Tahun

    Tanpa dirasa tiga tahun berlalu dengan sangat cepat. Trisha melewati banyak rintangan dan sukses menjadi mangaka yang memiliki banyak penggemar. Tidak hanya dari Indonesia, tapi dari berbagai negara menyukai komik yang dibuat oleh wanita gemuk itu. Ralat, wanita yang sangat cantik dengan tubuh ideal.Trisha berhasil diet dengan cara memperbaiki pola hidupnya. Tidak ada panggilan wanita gemuk lagi untuknya.Trisha sudah sangat sukses di dunia komik, dia mendapatkan banyak penghargaan dan tawaran dari penerbit. Tidak hanya itu, satu komik yang sudah terjual jutaan eksemplar akan dijadikan film oleh salah satu sutradara terkenal. Benar-benar perkembangan yang pesat.Hanya saja, Trisha masih merasakan ada yang kurang dari semua pencapaian ini. Ya, kehadiran seseorang yang sudah dia tunggu selama tiga tahun.Tanpa di rasa wanita itu menunggu Sev selama tiga tahun. Dia sangat merindukan sosok lelaki itu yang menghilang tanpa kabar.Dua hari yang lalu, Tr

  • Hoffen   Kesedihan Trisha, Kepergian Sev.

    Tiga hari berlalu dengan sangat cepat, tidak bagi Trisha yang merasa kalau hari sangatlah lambat. Selama tiga hari dia tidak keluar dari apartemen, tidak membuka ponsel dan tidak melihat televisi. Semua itu dia lakukan hanya untuk tidak melihat wajah Sev.Trisha berhasil melakukan itu, tapi tidak berhasil melupakan lelaki itu dalam ingatannya. Entah kenapa setiap ingin melupakan, justru dia semakin ingat akan perhatian Sev yang dilakukan diam-diam. Apa kabar dengan lelaki itu? Apa dia semakin menerima banyak tawaran film?Tidak hanya Sev yang dia pikirkan, melainkan memikirkan cara agar komiknya kembali lagi dari platform dan membersihkan namanya itu. Vanda selalu menyuruhnya untuk menenangkan pikiran dan istirahat satu minggu.Namun, baru lima hari dia sudah merasa bosan dan ingin kembali bekerja seperti biasanya. Dia ingin melihat Sev meski dari kejauhan. Ia juga sudah menghitung total tabungan yang dimiliki. Uangnya hanya bisa membayar setengah dari jumlah to

  • Hoffen   Terulang Kembali

    Langkah Sev terhenti di tepi pantai, dia menatap tempat pertama kali bertemu dengan Trisha. Pertemuan yang pada saat itu Trisha tidak tahu kalau Sev adalah aktor. Lelaki itu duduk tanpa menggunakan alas apapun, pandangannya lurus ke depan.Entah kenapa, wanita itu membuat perubahan terbesar dalam hidupnya. Sev belum bisa melupakan Trisha, tapi dia ingin melupakan dia agar bisa pergi meninggalkan Indonesia dengan mudah. Yang ada di pikirannya adalah ‘apa dia mau menunggunya?’Sev merasa kalau Trisha sudah membenci dan tidak ingin bertemu lagi. Lelaki itu melirik ke kanan, dia mendapati wanita gemuk yang duduk seorang diri di tepi pantai dengan memakan burger. Bukankah itu sama seperti Trisha dulu? Bibir Sev perlahan tersenyum.Lelaki tampan itu mulai menyadari perasaannya. Dia tidak menyukai Tiana, yang dia sukai adalah Trisha. Hanya wanita itu yang membuatnya nyaman. Namun, sekarang sudah terlambat. Sev ingin mengulang semuanya, dia ingin lebih dekat

  • Hoffen   Mengakhiri Kontrak

    Tok … tok … tok …“Kak, ada yang cari lo,” ucap Beni dari luar ruangan yang sedikit berteriak.Zhui yang mendengar ucapan Beni kembali membuka matanya perlahan dengan menarik napas panjang dan mengembuskan dengan perlahan. “Ya, tunggu!” teriaknya seraya membenarkan posisi duduknya, lalu menoleh ke arah Sev yang masih memejamkan mata.“Gue harap, lo nggak melakukan hal buat gue marah! Jangan klarifikasi kalo lo nggak mau kehilangan pekerjaan lo!” perintah Zhui berdiri dari duduknya.“Gue nggak janji,” jawab Sev yang membuat Zhui mendengus dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan meninggalkan Sev.Saat mendengar suara pintu tertutup, Sev membuka matanya perlahan seraya mengeluarkan ponselnya dari saku. Dia menatap seisi ruangan dengan senyuman samar. “Maaf, Zhui. Gue harus melakukan sesuatu. Gue nggak mau jadi pengecut yang selalu bersembunyi setiap ada masalah,” gum

  • Hoffen   Rencana Bodoh Sev

    “Ada apa?” tanya Sev seraya masuk ke ruangannya dan duduk di hadapan Zhui dengan raut wajah bingung.Zhui memijat pelipis untuk sedikit menghilangkan rasa pening, banyak direktur yang menelponnya setelah melihat berita di artikel. Sang manager menyuruh temannya untuk mencari tau siapa yang membuat berita tidak jelas itu. Dia juga menyuruh security untuk memperketat orang yang masuk ke perusahaan untuk mengantisipasi agar tidak ada wartawan yang masuk.Wanita itu memutar laptopnya untuk memperlihatkan kabar yang menjadi trending. Banyak yang bertanya tentang kebenaran hubungannya dengan Tiana, ada juga yang tidak percaya kalau perusak hubungan Tiana adalah Sev.Sev yang membaca isi artikel itu mengepalkan tangannya, dia sangat marah pada orang yang membuat berita tidak benar itu.“Kita harus—““Direktur dan sutradara membatalkan kontrak setelah membaca skandal ini. Masalah lo kali ini sulit untuk diselesaikan, Sev

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status