Beranda / Romansa / Hoffen / Awal Pertemuan

Share

Awal Pertemuan

Penulis: Errenchan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-02 15:23:51

Vanda menatap Trisha dengan tatapan tidak percaya. Apa yang selama ini ada di pikirannya itu cuma adegan bertengkar dan pembunuhan saja?

“Kalau kita suka sama cowok, jantung akan berdebar waktu dekat sama cowok itu.”

“Berdebar?”

Vanda mengangguk. “Apa sejak dulu jantung lo nggak pernah berdebar kalau dekat sama cowok?"

Trisha terlihat mengingat-ingat sembari menggigit bibir bawahnya. “Jantung berdebar … Oh! Gue inget, jantung gue selalu berdebar setiap gue lihat Ryo ada di televisi. Itu berarti gue … suka sama Ryo?” tanya Trisha dengan bersemangat.

Lagi-lagi Vanda kembali menghela nafas sambil tersenyum paksa. Dia terlihat bingung bagaimana cara memberikan pengertian tentang rasa suka pada Trisha.

"Udah, jangan bahas itu. Lupakan saja! Gue ada referensi lain buat lo,” ucap sang editor yang membuatnya kembali menoleh.

“Apa?”

“Bentar.”

Vanda membuka laci mejanya dan mengambil tumpukan buku komik. Dia meletakan semua komik itu di atas meja.

"Tanggung jawab gue ke lo cuma tentang komik. Gue nggak bisa mengajari lo pacaran. Jadi, lo baca aja komik ini, pelajari semua cerita yang tertulis di dalam komik ini.”

“Van, lo aneh,” ucap Trisha yang membuat Vanda menatapnya dengan bingung.

“Aneh? Aneh gimana maksud lo?” tanyanya sambil mengernyitkan kening.

“Bukannya lo bilang kalau gue nggak boleh pacaran dulu sampai gue sukses? Karena lo takut kalau gue bakal gak fokus sama karir ini."

Ya, awal Trisha masuk ke studio ini, Vanda memang melarangnya untuk berpacaran atau dekat dengan lelaki. Dia tidak mau kalau Trisha menjadi tidak fokus dengan pekerjaan dan lebih memilih bersama dengan pacarnya. Karena hal ini sering terjadi pada para pekerja dan juga pelajar.

Vanda tersenyum paksa. “Gue nyesel udah larang lo buat nggak pacaran, karena di saat seperti ini, manisnya orang pacaran itu sangat penting. Dan lo sama sekali nggak punya kisah manis. Jadi, mulai sekarang gue nggak akan larang lo buat pacaran. Paham?”

“Paham, terima kasih!” ujar Trisha dengan tersenyum paksa.

“Pemilihan karya baru bulan ini menjadi kesempatan terakhir lo! Pikirkan baik-baik sebelum menggambar! Lo bisa cari inspirasi dari komik yang gue kasih ini! Kalau lo gagal, tinggal tunggu waktu aja, Trisha!

“Ta- tapi—“

“Enggak ada tapi-tapi, Sha! Gue yakin, lo pasti bisa! Gue tunggu outline baru lo!”

“Iya, iya, iya! Kalau tau bakal hiatus, mending gue pulang aja," ucap Trisha seraya beranjak dari kursi.

“Lo mau pulang?”

“Mungkin. Mau cari inspirasi dulu gue!” jawab Trisha seraya melangkahkan kakinya pergi.

Vanda yang melihat Trisha seperti itu hanya terkekeh pelan sambil menggeleng pelan. Dia tau kalau ini akan sangat sulit untuk Trisha, tapi semua itu sudah menjadi konsekuensi baginya.

***

Trisha menenteng sepatunya dan berjalan di tepi pantai sambil melihat keindahannya. Angin yang berhembus itu membuat suasana hati wanita itu menjadi lebih baik. Dia menarik nafas panjang, lalu menghembuskan dengan perlahan.

Wanita itu duduk di tepi pantai dengan menjadikan sepatunya menjadi alas. Trisha mengambil alat gambarnya dari dalam tas, dan tak lupa burger yang baru saja ia beli. Tangannya mengambil pensil dan mulai menggambar di buku sketsanya.

Matanya bergerak melihat seisi pantai. Dia tersenyum tipis ketika melihat beberapa pasangan yang tengah bermain di tepi pantai. Sungguh romantis!

Trisha melihat tubuhnya dan juga wanita yang bertubuh jauh lebih ideal. Dia tersenyum miris dan sedikit timbul rasa iri dalam benaknya. Wanita itu selalu berandai-andai mempunyai tubuh yang ideal seperti wanita pada umumnya.

Ia sudah mencoba diet, tapi tetap saja gagal. Tiba-tiba saja ucapan Vanda terlintas dalam pikirannya. "Apa sejak dulu jantung lo nggak pernah berdebar kalau dekat sama cowok?”

Trisha tersenyum getir. Sangat sakit ketika ia harus mengingat kejadian beberapa tahun lalu. Dia membuka bungkus burger karena suasana hatinya mendadak buruk. Hanya makan dan melihat pemandangan pantai yang bisa mengembalikan suasana hatinya. Dia mulai menggigit burger itu, lalu meletakannya di samping.

Trisha kembali menggambar sambil mengunyah makanan yang ada di mulut. Namun, gerakan mulutnya terhenti ketika ada anjing besar berwarna putih datang menghampiri. Saat anjing itu mengendus burger miliknya, dengan cepat ia mengambil burger itu.

Anjing itu terus melihat ke arah burger yang dipegang oleh Trisha. Melihat hal itu, ia mencoba menggerakkan makanannya ke kanan dan kiri untuk memastikan. Dan benar saja! Anjing itu mengibaskan ekornya sembari menjulurkan lidah.

Bibir Trisha bergerak membentuk senyuman.

“Kau mau ini? Pemilik mu mana? Nggak mungkin, kan, kalau kamu datang sendirian ke pantai ini?” Trisha berbicara pada anjing itu dan mengelus-elus kepalanya. Anjing itu menggonggong dua kali. Trisha tertawa kecil.

“Iya, karena aku baik padamu, daging ini akan kuberikan untuk mu! Aku harus mulai untuk diet, benar kan?” tanya Trisha mengelus anjing itu dengan gemas. Lagi-lagi anjing itu menggonggong dua kali.

Wanita itu tersenyum dan mengambil daging burger miliknya, lalu ia letakkan di atas telapak tangannya. Dengan cepat anjing itu memakan dagingnya dengan lahap.

“Kenapa kamu lucu sekali?” ucap Trisha yang kemudian melihat kalung di leher anjing putih itu. Di kalung itu tertulis sebuah nama yang merupakan nama anjing tersebut.

“Namamu Shiro ternyata?" ujar wanita itu sambil memegang kalung milik anjing putih itu. "Shiro!” Trisha mengelus-elus kepala anjing itu.

Dari kejauhan, wanita bertubuh gemuk itu mendengar seseorang memanggil-manggil nama Shiro. Ia langsung menoleh celingukkan mencari sumber suara karena banyaknya orang yang tengah berada di pantai. Trisha tidak bisa menebak orang yang memanggil nama anjing itu.

“Shiroo!”

Trisha beranjak berdiri dan menepuk-nepuk bagian celananya yang sedikit kotor karena pasir pantai. Dia mengamati orang-orang yang ada di pantai.

“Yang mana pemilik mu, Shiro? Kenapa kamu nggak hafal sama pemilik mu sendiri?” tanya Trisha mengelus kepala Shiro.

“Shiro! Ke mana saja kamu?” ujar seorang laki-laki di belakang Trisha.

Wanita itu membalikkan tubuhnya. Dia melihat pria itu mengelus Shiro dengan penuh kasih sayang. Tanpa ia sadari, bibirnya bergerak membentuk senyuman tipis. Jarang sekali dia melihat seorang lelaki yang menyayangi peliharaannya.

“Maaf telah merepotkan,” ucap lelaki itu seraya berdiri.

Dengan cepat Trisha kembali berekspresi datar dengan menggelengkan kepalanya. “Sama sekali tidak repot.”

Ia sama sekali tidak melihat wajah lelaki itu karena dia memakai kacamata hitam dan masker. Apa dia sedang flu? Pikir Trisha yang masih melihat lelaki itu.

“Terima kasih,” ucapnya seraya mengulurkan tangannya.

Trisha tersenyum dan tangannya bergerak hendak membalas ulurannya itu. “Sama-sam—“ Belum juga ia membalas uluran tangan itu, dengan cepat sang lelaki menarik tangannya kembali.

“Talinya,” ucapnya yang membuat Trisha mendadak canggung.

“O-oh, talinya. Ini.” Trisha memberikan tali yang dia pegang pada sang lelaki dengan senyuman kikuk.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hoffen   Resmi!

    Trisha berjalan di tepi pantai yang sudah tidak ada pengunjung sama sekali. Tiga tahun ini dia selalu datang ke pantai, tempat pertama kali dia bertemu dengan Sev. Dengan harapan lelaki itu datang menghampirinya.Wanita itu kembali menangis ketika teringat pada masa lalunya. Dia benar-benar merindukan lelaki itu. Dia adalah orang yang membuatnya berdiri sampai sekarang, tanpa dia mungkin Trisha tidak akan menjadi mangaka.Tiba-tiba saja ada seseorang yang berdiri di hadapannya. “Jangan nangis, nanti make-up lo luntur.”Trisha yang mendengar perkataan itu merasa tidak asing dan langsung mengangkat kepalanya, matanya menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya.Severino berdiri di hadapannya dengan tersenyum lebar dan membentangkan tangannya. Trisha pun langsung berdiri dengan memeluknya erat.“Kenapa lo nggak kasih tau gue kalo udah balik?!” tanya Trisha dengan menangis sesenggukan.Sev mengelus punggung Trisha den

  • Hoffen   Tiga Tahun

    Tanpa dirasa tiga tahun berlalu dengan sangat cepat. Trisha melewati banyak rintangan dan sukses menjadi mangaka yang memiliki banyak penggemar. Tidak hanya dari Indonesia, tapi dari berbagai negara menyukai komik yang dibuat oleh wanita gemuk itu. Ralat, wanita yang sangat cantik dengan tubuh ideal.Trisha berhasil diet dengan cara memperbaiki pola hidupnya. Tidak ada panggilan wanita gemuk lagi untuknya.Trisha sudah sangat sukses di dunia komik, dia mendapatkan banyak penghargaan dan tawaran dari penerbit. Tidak hanya itu, satu komik yang sudah terjual jutaan eksemplar akan dijadikan film oleh salah satu sutradara terkenal. Benar-benar perkembangan yang pesat.Hanya saja, Trisha masih merasakan ada yang kurang dari semua pencapaian ini. Ya, kehadiran seseorang yang sudah dia tunggu selama tiga tahun.Tanpa di rasa wanita itu menunggu Sev selama tiga tahun. Dia sangat merindukan sosok lelaki itu yang menghilang tanpa kabar.Dua hari yang lalu, Tr

  • Hoffen   Kesedihan Trisha, Kepergian Sev.

    Tiga hari berlalu dengan sangat cepat, tidak bagi Trisha yang merasa kalau hari sangatlah lambat. Selama tiga hari dia tidak keluar dari apartemen, tidak membuka ponsel dan tidak melihat televisi. Semua itu dia lakukan hanya untuk tidak melihat wajah Sev.Trisha berhasil melakukan itu, tapi tidak berhasil melupakan lelaki itu dalam ingatannya. Entah kenapa setiap ingin melupakan, justru dia semakin ingat akan perhatian Sev yang dilakukan diam-diam. Apa kabar dengan lelaki itu? Apa dia semakin menerima banyak tawaran film?Tidak hanya Sev yang dia pikirkan, melainkan memikirkan cara agar komiknya kembali lagi dari platform dan membersihkan namanya itu. Vanda selalu menyuruhnya untuk menenangkan pikiran dan istirahat satu minggu.Namun, baru lima hari dia sudah merasa bosan dan ingin kembali bekerja seperti biasanya. Dia ingin melihat Sev meski dari kejauhan. Ia juga sudah menghitung total tabungan yang dimiliki. Uangnya hanya bisa membayar setengah dari jumlah to

  • Hoffen   Terulang Kembali

    Langkah Sev terhenti di tepi pantai, dia menatap tempat pertama kali bertemu dengan Trisha. Pertemuan yang pada saat itu Trisha tidak tahu kalau Sev adalah aktor. Lelaki itu duduk tanpa menggunakan alas apapun, pandangannya lurus ke depan.Entah kenapa, wanita itu membuat perubahan terbesar dalam hidupnya. Sev belum bisa melupakan Trisha, tapi dia ingin melupakan dia agar bisa pergi meninggalkan Indonesia dengan mudah. Yang ada di pikirannya adalah ‘apa dia mau menunggunya?’Sev merasa kalau Trisha sudah membenci dan tidak ingin bertemu lagi. Lelaki itu melirik ke kanan, dia mendapati wanita gemuk yang duduk seorang diri di tepi pantai dengan memakan burger. Bukankah itu sama seperti Trisha dulu? Bibir Sev perlahan tersenyum.Lelaki tampan itu mulai menyadari perasaannya. Dia tidak menyukai Tiana, yang dia sukai adalah Trisha. Hanya wanita itu yang membuatnya nyaman. Namun, sekarang sudah terlambat. Sev ingin mengulang semuanya, dia ingin lebih dekat

  • Hoffen   Mengakhiri Kontrak

    Tok … tok … tok …“Kak, ada yang cari lo,” ucap Beni dari luar ruangan yang sedikit berteriak.Zhui yang mendengar ucapan Beni kembali membuka matanya perlahan dengan menarik napas panjang dan mengembuskan dengan perlahan. “Ya, tunggu!” teriaknya seraya membenarkan posisi duduknya, lalu menoleh ke arah Sev yang masih memejamkan mata.“Gue harap, lo nggak melakukan hal buat gue marah! Jangan klarifikasi kalo lo nggak mau kehilangan pekerjaan lo!” perintah Zhui berdiri dari duduknya.“Gue nggak janji,” jawab Sev yang membuat Zhui mendengus dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan meninggalkan Sev.Saat mendengar suara pintu tertutup, Sev membuka matanya perlahan seraya mengeluarkan ponselnya dari saku. Dia menatap seisi ruangan dengan senyuman samar. “Maaf, Zhui. Gue harus melakukan sesuatu. Gue nggak mau jadi pengecut yang selalu bersembunyi setiap ada masalah,” gum

  • Hoffen   Rencana Bodoh Sev

    “Ada apa?” tanya Sev seraya masuk ke ruangannya dan duduk di hadapan Zhui dengan raut wajah bingung.Zhui memijat pelipis untuk sedikit menghilangkan rasa pening, banyak direktur yang menelponnya setelah melihat berita di artikel. Sang manager menyuruh temannya untuk mencari tau siapa yang membuat berita tidak jelas itu. Dia juga menyuruh security untuk memperketat orang yang masuk ke perusahaan untuk mengantisipasi agar tidak ada wartawan yang masuk.Wanita itu memutar laptopnya untuk memperlihatkan kabar yang menjadi trending. Banyak yang bertanya tentang kebenaran hubungannya dengan Tiana, ada juga yang tidak percaya kalau perusak hubungan Tiana adalah Sev.Sev yang membaca isi artikel itu mengepalkan tangannya, dia sangat marah pada orang yang membuat berita tidak benar itu.“Kita harus—““Direktur dan sutradara membatalkan kontrak setelah membaca skandal ini. Masalah lo kali ini sulit untuk diselesaikan, Sev

  • Hoffen   Perasaan Bersalah

    Sev yang tengah menunggu pesanannya di restoran hanya diam dengan menatap luar jendela. Dia memikirkan ucapan Zhui. Apa dia sudah keterlaluan pada Trisha?Dia mengamati beberapa pengunjung yang bermesraan dan saling mengobrol, tiba-tiba saja dia teringat pada Trisha saat makan berdua di restoran, dia juga ingat saat dia sering mengajaknya berbicara dan bermain game.Sev mengeluarkan ponselnya dan mengabaikan panggilan telepon dari Zhui. Dia membuka platform dan mencari komik milik wanita gemuk itu. Melihat banyak chapter yang sudah diterbitkan membuat perkataan Zhui terngiang di dalam pikirannya.“Dia udah banyak berkorban sama pekerjaan ini. Pagi dia jadi asisten lo, malam dia buat komik.”Apa benar yang diucapkan oleh Zhui? Itu artinya dia hanya tidur satu jam setiap harinya? Pikir Sev yang melihat waktu penerbitan komik itu. Banyak chapter yang diterbitkan antara pukul tiga atau empat subuh. Sev tau kalau wanita gemuk itu selalu ba

  • Hoffen   Tuntutan Sev

    Trisha sementara waktu tinggal di apartemen Vanda karena rumah dan studio sudah dikerubungi oleh wartawan untuk meminta kejelasan. Wanita gemuk itu juga terus menghubungi Sev meski pesan tidak ada yang dijawab satu pun. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak.Wanita itu hanya bisa melihat Sev dari televisi. Dia tidak diperbolehkan keluar rumah sampai wartawan pergi dengan sendirinya. Sev pun tidak memberikan tanggapan lagi, dia hanya bilang kalau akan menuntutnya. Benar ucapan Lio. Sev tidak akan tinggal diam.Yang wanita gemuk itu pikirkan sekarang adalah cara membayar uang kompensasi untuk penerbit dan tuntutan Sev. Uang tabungan Trisha tidak cukup, dia juga tidak mau merepotkan orang di sekitarnya. Trisha merasa kalau ini adalah masalahnya sendiri.Seharusnya Trisha tidak menjadi asisten Sev dan memilih untuk mencari referensi lain. Namun, sudah terlambat untuk menyesali.Trisha merebahkan tubuhnya di kasur dengan menatap langit dari jendela, entah kenapa

  • Hoffen   Perasaan Bercampur Aduk

    Trisha sedari tadi melihat ke layar ponsel dengan harapan kalau Sev membalas pesannya. Namun, nihil. Sudah dua jam tidak ada balasan darinya. Hati wanita gemuk itu gusar dan bingung harus berbuat apa. Hanya satu yang diinginkan olehnya, Sev memaafkannya.Vanda yang melihat Trisha tampak gelisah pun hanya bisa menghela napas panjang sambil memakan cheese cake strawberry yang baru saja datang. Dia juga bingung harus membantu sahabatnya itu bagaimana.“Sha, udah dua jam lo lihat ke ponsel, tapi tetep aja nggak ada balesan. Sev butuh waktu buat maafin lo,” ucap Vanda dengan wajah datarnya.Trisha meletakan ponsel di meja dengan melihat ke arah Vanda. “Menurut lo … Sev bakal maafin gue nggak?” tanya Trisha.Vanda mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tau. Namun, melihat tingkah Trisha yang berbeda sebelumnya membuat ia curiga. “Kenapa lo khawatir banget soal Sev maafin lo apa nggak? Jangan bilang lo … suka

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status