Beranda / Romansa / Hot Mother / 3. Tentang Nicholas

Share

3. Tentang Nicholas

Penulis: Amy_Asya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-02 11:00:00

Nicholas Luciano, merupakan pria berdarah Italia-Indonesia. Nicholas lahir dan besar di Italia. Nicholas merupakan anak dari pasangan Tuan Luciano dan Nyonya Elina. Ibunya merupakan wanita asli Indonesia.

Walau kedua orang tuanya memilih tinggal di Indonesia sejak 15 tahun terakhir, dia tetap tidak mau mengikuti kedua orang tuanya di sana.

Nicholas lebih memilih tinggal di tanah kelahirannya. Dia hanya berkunjung sesekali ke Indonesia, untuk menemui kedua orang tua dan juga urusan pekerjaan.

Nicholas Luciano, pria berusia 30 tahun itu merupakan seorang Ceo dari salah satu perusahaan milik ayahnya yang berada di Milan. Perusahaan yang bergerak di bidang desain itu telah berkembang pesat di tangannya.

Perusahaan yang dulunya kecil, kini telah menjadi perusahaan yang mulai diperhitungkan di kota Milan.

Tentang Sofia, Nicholas bertemu dengan gadis itu kurang lebih 5 tahun lalu. Pertemuan yang membuat Sofia ikut bersamanya, dan tinggal di salah satu kota di Italia itu.

***

Jakarta, 26 April 2013

Nicholas tiba di bandara setelah diminta pulang, dengan dalih bahwa ibunya itu merindukan putra sulung mereka.

Pria itu dijemput oleh sopir pribadi ibunya. Ketika sedang dalam perjalanan, mobil yang dinaiki Nicholas tidak sengaja menabrak seseorang di depan sana.

“Pak apa itu?” tanya Nicholas ketika mobilnya berhenti tiba-tiba. Dia juga mendengar suara yang cukup keras, seperti menghantam sesuatu.

“Sepertinya saya menabrak seseorang Tuan.” Wajah Pak Supri tampak pucat pasi.

Nicholas segera membuka pintu mobil, lantas berjalan ke depan dengan sedikit tergesa. Dia terkejut ketika mendapati seorang gadis kecil yang tertabrak mobilnya.

Dilihatnya gadis berambut hitam panjang dengan wajahnya tampak pucat pasi serta pakaian yang sedikit lembab.

“Pak ayo cepat, bawa gadis ini ke rumah sakit!” Entah kenapa dia merasa khawatir melihat wajah itu.

“Baik Tuan.” Pak Supri segera membuka pintu belakang mobil, membantu tuan mudanya untuk menolong gadis itu.

Nicholas memang fasih dalam berbahasa Indonesia, meskipun dia tinggal di luar negeri, ibunya selalu mengajarinya sedari kecil.

.

.

.

.

.

“Bagaimana Dok?” tanya Nicholas ketika dokter yang menangani gadis yang sudah tertabrak oleh mobilnya tad, keluar dari ruang gawat darurat.

“Apa Tuan suaminya?” tanya dokter itu.

Nicholas menggeleng, otaknya berpikir keras kenapa dokter justru bertanya tentang suami dari gadis kecil itu? Lagi pula Nicholas yakin, bahwa gadis tadi pasti belum menikah. Terlihat jelas bahwa usianya masih sangat muda. Mungkin seusia adik perempuannya.

“Nona tadi hamil … janinnya berusia sekitar 5-6 minggu. Untuk lebih pastinya, mungkin bisa diperiksakan di bagian obgyn.”

Nicholas terpaku mendengar penuturan dokter di depannya. Pikirannya berkelana entah ke mana.

Apa gadis itu sengaja menabrakkan diri ke depan mobilnya? Apa gadis itu tahu bahwa dia sedang hamil? Apa gadis itu hamil di luar nikah? Kemudian ditinggal kekasihnya sehingga memutuskan bunuh diri.

“Boleh saya menemuinya Dok?”

“Silakan. Dia belum sadarkan diri, mungkin sebentar lagi dia akan sadarkan diri.”

Dokter itu pamit meninggalkan Nicholas.

Nicholas membuka pintu dengan perlahan. Dia melihat gadis itu telah sadarkan diri. Pandangannya terlihat kosong, ada senyum getir di bibirnya.

Nicholas berjalan mendekati gadis itu, tujuannya bertanya tentang alamat dan mengantarkannya kembali kepada keluarganya. Bagaimanapun, Nicholas harus bertanggung jawab karena sudah membuatnya celaka.

“Nona!” panggil Nicholas.

Gadis itu menoleh, lalu mendudukkan dirinya. Dia tersenyum ramah ke arah Nicholas.

“Terima kasih, karena Tuan sudah menolong saya.”

Nicholas mengangguk. Jika memang benar gadis ini berniat bunuh diri, tidak mungkin sekarang dia tersenyum ramah kepadanya bukan?

‘Mungkin dia menikah muda,’ batin Nicholas.

***

Nicholas menarik kursi, yang berada di dekatnya. Lalu duduk tepat di samping, tempat tidur gadis itu.

“Nona boleh saya tahu alamat, atau nomor keluarga Anda yang bisa dihubungi? Saya harus menghubungi mereka, karena saya sedang ada pekerjaan penting. Jadi maaf, saya tidak bisa mengantar Anda. Tapi saya akan membayar seluruh biaya rumah sakit, dan yang lain-lain,” tanya Nicholas hati-hati. Dia takut, gadis kecil itu akan menuduhnya lari dari tanggung jawab.

Gadis itu terkekeh mendengar perkataan Nicholas. Tak lama setelah itu Nicholas melihat air mata yang jatuh dari sudut matanya.

“Terima kasih Tuan, karena Anda sudah mau menolong saya. Saya bisa pulang sendiri setelah ini.” Tangannya menyusut air mata yang mengalir begitu saja.

“Anda yakin?” tanya Nicholas memastikan.

Gadis itu mengangguk. Nicholas memberikan kartu namanya, dia harus pergi sesegera mungkin. Sebab sang ibu telah meneror dengan banyak panggilan masuk.

“Jika ada cedera parah, Anda bisa hubungi saya lagi,” ucap Nicholas sebelum pergi.

Gadis itu menerima kartu nama yang diberikan Nicholas lalu mengangguk mengerti.

Kemudian Nicholas berlalu keluar dari ruangan itu. Seluruh administrasi telah dibereskan oleh pak Supri. Setidaknya Nicholas merasa tenang meninggalkan gadis itu, karena dia sudah bertanggung jawab atas kecelakaan yang menimpanya.

.

.

.

.

.

Jakarta, 03 Mei 2013

Beberapa hari setelah kejadian itu, Nicholas memutuskan untuk kembali ke Milan. Karena banyak pekerjaan yang sudah menanti, setelah beberapa hari ditinggal.

“Mom, Dad. Nic pamit!” Nicholas berjalan menghampiri sang ibu kemudian mendaratkan ciuman penuh kasih sayang di dahi wanita paru baya itu. Kemudian beralih kepada sang ayah dan memeluknya erat.

“Alicia belajar yang rajin ok.” Nicholas mengacak rambut adik perempuannya.

Alicia mengangguk, mendengar nasihat kakak sulungnya. Walau mereka jarang bertemu, tetapi Alicia tahu bahwa kakaknya itu sangat menyayangi dirinya.

“Hati-hati! Setelah sampai jangan lupa kabari Mom!” pesan wanita paru baya itu. Nicholas mengangguk, lalu masuk ke dalam mobil yang akan mengantarkannya ke bandara.

Dalam perjalanan, Nicholas asyik dengan ponsel yang ada di tangan. Dia sedang menanyakan kondisi perusahaan yang ditinggal, kepada sang asisten.

Setelah selesai dengan ponselnya, Nicholas mengalihkan pandangannya ke luar kaca mobil. Kota ini tampak padat, serta macet di mana-mana. Sampai pandangannya menangkap seseorang yang dikenalnya.

“Bukankah itu gadis yang kemarin?” Nicholas menajamkan pandangannya, memastikan bahwa matanya tidak salah melihat orang.

“Pak berhenti di sana!” Nicholas menunjuk keberadaan gadis yang ditabraknya beberapa hari lalu. Gadis itu masih mengenakan pakaian yang sama seperti beberapa hari lalu. Hanya saja, pakaiannya kali ini terlihat lebih lusuh.

“Nona!” sapa Nicholas setelah turun dari dalam mobil.

Gadis itu mendongakkan kepalanya. Tampak raut keterkejutan dari wajahnya, tetapi dengan cepat gadis itu tersenyum memandang Nicholas.

“Apa yang Anda lakukan di sini?”

Gadis itu hanya menggeleng. “Hanya melihat orang lewat saja.”

Nicholas tampak mengerutkan dahinya, jawabannya terdengar aneh di telinga.

“Nicholas.” Nicholas mengulurkan tangan, bermaksud mengajaknya untuk berkenalan.

“Sofia.” Gadis itu menyambut uluran tangan Nicholas.

“Nama yang indah.” Nicholas menganggukkan kepalanya berkali-kali.

“Nona mari saya antar pulang. Di sini tidak aman untuk wanita hamil seperti Anda,” tawarnya lagi.

Sofia menggeleng. “Tidak. Terima kasih.”

“Tapi ….”

“Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa akan hal ini.”

Nicholas merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh gadis itu. Namun Nicholas sadar, dia tidak memiliki tak untuk bertanya lebih jauh lagi. Pria itu bangun untuk kembali melanjutkan perjalanannya menuju bandara. Sebelum dia berlalu, Sofia memanggilnya kembali.

“Tuan, bisa beri aku pekerjaan?”

Nicholas menoleh memandang Sofia dengan tatapan penuh tanda tanya. Beberapa pertanyaan terlintas dalam benaknya, tetapi dia enggan untuk menanyakan.

Ada rasa iba dalam hatinya. Hanya saja Nicholas merasa ragu akan asal-usul gadis itu. Nicholas terdiam, tanpa sengaja pandangan mereka bertemu.

Netra cokelat itu seolah membius Nicholas. Dia merasakan sesuatu yang aneh, dalam dirinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hot Mother   140. Bab 140

    Ettan mendorong kursi roda milik ibunya dengan perasaan hampa. Wanita paru baya itu juga terlihat tidak sehat beberapa hari terakhir. Hari ini tepat empat belas hari setelah kejadian jatuhnya pesawat Air 367. Pencarian sudah ditutup, dan para korban yang sampai saat ini belum ditemukan, dinyatakan tiada. Sama seperti Sofia dan juga El. Ibu dan anak itu sama sekali tidak ditemukan. Hanya koper milik Sofia saja yang berhasil ditemukan dan dikembalikan kepada pihak keluarga. Tentu saja hal ini menjadi pukulan yang amat berat untuk Ettan dan juga ibunya, tidak terkecuali untuk Bagas, seorang ayah yang selama ini menganggap putrinya tidak pernah ada. Ettan menatap lautan dari balik kacamata hitamnya. Hari ini semua awak media, dan keluarga korban berkumpul di tepi pantai. Rencananya mereka akan melakukan upacara tabur bunga untuk memberi penghormatan yang terakhir. “Ettan, Sofia—“ Suara Soraya tertahan ketika ingin melanjutkan percakapannya. Ettan menunduk, kemudian berjongkok di hada

  • Hot Mother   139. Bab 139

    Nicholas menatap laut biru di hadapannya dengan dada yang terasa sesak. Sudah tujuh hari sejak kecelakaan pesawat yang ditumpangi Sofia terjadi, dan mereka masih belum bisa menemukan Sofia dan juga El. Bangkai dari badan pesawat sudah mulai bisa dievakuasi satu-persatu, begitu juga dengan para korban yang semuanya ditemukan dalam kondisi tidak selamat. Potongan tubuh manusia sudah seperti penampakan yang biasa bagi Nicholas dalam tujuh hari terakhir. Tentu, dia tidak diam berpangku tangan saja. Nicholas mengerahkan semua orang-orangnya untuk membantu proses pencarian. Namun, sampai detik ini baik tubuh maupun barang Sofia belum bisa ditemukan. “Ke mana kalian pergi? Apa kau ingin menghukumku dengan cara seperti ini, Fia?” Suara Nicholas terdengar lirih. Kulit pria itu sudah terlihat pucat dengan tubuh yang sedikit kurus. Dia sama sekali tidak pulang ke rumah, atau makan dengan teratur selama tujuh hari terakhir. Nicholas menghabiskan hari-harinya untuk bermalam di sini dengan para

  • Hot Mother   138. Bab 138

    Arnold memukul kemudi setirnya berkali-kali. Pria itu sudah terjebak macet hampir satu jam lamanya, dan di sinilah dia berada dengan rasa kesal yang luar biasa. Pria itu mematikan radio yang sejak tadi dia nyalakan. Berita di dalam sana itu-itu saja, dan Arnold mulai merasa bosan.Arnold menghela napas malas ketika ponselnya kembali berdering. Nama Arzan tertera di sana, dan ini entah sudah panggilan ke berapa dari temannya itu. “Halo, apalagi, Ar? Kau tidak bisa mencarikan aku solusi? Aku jenuh berada di tengah-tengah kemacetan ini!” bentak Arnold tanpa menunggu terlebih dahulu Arzan berbicara. Pria itu benar-benar kesal dan butuh sesuatu untuk melampiaskan kekesalannya tersebut. “Arnold.” Suara Arzan terdengar lirih. Pria itu sama sekali tidak terdengar kesal setelah mendapatkan omelan dari Arnold. “Ada apa? Kenapa dengan suaramu?” tanya Arnold dengan raut wajah bingung. Arzan bukanlah orang yang bisa berbicara lirih seperti ini setelah dimarahi oleh Arnold. Biasanya pria itu ak

  • Hot Mother   137. Bab 137

    “Mommy, apa nanti dad akan menyusul kita?” Entah sudah pertanyaan keberapa yang Sofia dengar mulut anak laki-laki yang duduk di sampingnya itu. El menatap Sofia dengan serius. Sejak tadi Sofia belum memberikan jawaban yang memuaskan rasa penasarannya. Sofia terlihat bingung untuk sesaat. Namun, wanita itu sudah bertekad apa pun yang terjadi, mereka tidak akan lagi menyusahkan Nicholas. “Sepertinya tidak. Dengar El—“ Sofia langsung berusaha menyela ketika anak laki-lakinya itu ingin berkomentar. “Daddy mungkin ... maksud Mommy, sekarang kita harus bisa hidup mandiri. Di hidup daddy tidak hanya ada kita saja. Daddy juga punya kehidupan yang lain. Pekerjaan dia terlalu banyak sehingga menghabiskan banyak waktu. El mengerti maksud Mommy, kan, Sayang?” tanya Sofia dengan lembut. Tangan Sofia mengusap kepala El dengan penuh kasih sayang. Hanya penjelasan seperti ini yang bisa Sofia katakan. Usia El masih terlalu kecil untuk bisa memahami segala persoalan di hidup mereka. El menatap Sofia

  • Hot Mother   136. Bab 136

    “Pada pukul 13:00 wib pesawat Air 367, penerbangan Jakarta dengan tujuan kota Helsinki-Finlandia, dinyatakan hilang kontak di atas perairan laut Banten. Pesawat yang diawaki oleh 2 pilot dan co-pilot, dan 10 awak kabin, serta 99 penumpang yang merupakan warga negara asing maupun WNI juga dinyatakan hilang.Hingga berita ini diturunkan, baik pihak bandara maupun tim-tim yang bertugas sedang berupaya mencari keberadaan pesawat Air 367.” Nicholas menaikkan kepalanya yang tertunduk sejak duduk di ruang tunggu—yang sedang menunggu kepastian dari pihak bandara, mengenai mengapa penerbangan mereka harus tertunda. Namun, setelah mendengar berita yang baru saja disiarkan oleh media di televisi, mata pria itu menatap layar besar di hadapannya dengan sedikit ragu. Terdengar tarikan napas Nicholas dengan wajah sedikit gusar. Pria berkulit putih itu lalu berdiri dan berlari, menerobos keramaian. Sejak kembali dari luar tadi, dia baru sadar jika keadaan bandara sudah lebih ramai, dengan keberad

  • Hot Mother   135. Bab 135

    Arnold menyetir mobil dengan keadaan tidak karuan. Gugup, panik, marah, dan kecewa. Benaknya selalu bertanya-tanya sejak tadi, mengapa Sofia berniat pergi lagi? Mengapa Sofia melakukan hal ini lagi—meninggalkan dirinya dalam ketidakpastian? “Ah, sial!” Arnold memukul kemudi mobil dengan kuat. Amarah pria itu benar-benar membuncah saat ini. Kemarin-kemarin dia memang sengaja tidak menemui Sofia sampai fakta tentang siapa El jelas, tetapi bukan berarti dia akan melepaskan Sofia lagi, bukan? Sampai kapan pun Arnold tidak akan bisa menerima jika Sofia pergi lagi dari hidupnya, apalagi wanita itu membawa El. Anaknya! Entah apa dan bagaimana pikiran itu terus mengusik Arnold. Apakah saat ini Sofia sudah tahu jika Arnold menyelidiki El? Apa Sofia lari karena merasa takut jika El memang terbukti putranya, maka Arnold akan mengambil anak laki-laki itu? “Oh, Sofia! Tidak mungkin! Kalau memang kau berpikir seperti itu, itu hal yang mustahil. Aku tidak akan mengambil El dirimu, atau berniat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status