Share

I Am The Queen
I Am The Queen
Author: Rosee_

Prolog

Author: Rosee_
last update Last Updated: 2024-07-25 22:22:26

"Pernahkah kau membayangkan - menjadi yang terkuat di antara yang terkuat saat kau dilahirkan sebagai orang lemah di antara mereka yang kuat?"

***

"CORVINA BERHENTI ...!"

Aku terus berlari dalam ketidakpastiaan, menyeret sepasang kakiku ke tempat yang lebih jauh sambil mengabaikan teriakan ayahku, Kaisar negeri ini - yang mengejarku bersama para ksatria dengan tekad tak kenal lelah. Kakiku mulai melambat untuk mengatur nafas, membiarkan oksigen mengisi paru-paruku sebelum melangkahkannya lagi dengan cepat. Di belakang, suara langkah berat para ksatria terus menggema hingga membuatku tidak memiliki keberanian untuk berhenti.

Rambut panjang biru langitku sudah kusut dan kotor sehingga tidak lagi menampakkan keindahannya, gaun putihku tidak lagi layak, dan kaki yang kubuat berlari pun tidak ku hiraukan lagi rasa sakitnya - luka gores dan lebam yang kini menghiasi sekitaran tapakku yang telanjang.

Tepat di depanku, pohon - pohon raksasa dengan dedaunan lebat yang hampir menutupi langit, menciptakan kanopi yang menutupi sinar matahari. Akar - akar yang menjalar dan lumut - lumut yang menggantung memberikan kesan mistis, serta kabut yang menyelimuti bagian luarnya seolah tempat itu berasal dari dunia lain.

Hutan terlarang - yang dipenuhi oleh bayangan dan rahasia. Sebuah tempat yang dipenuhi oleh legenda dari makhluk - makhluk mitos yang berbahaya.

Apa yang harus ku lakukan? Aku tidak mungkin berhenti, tapi juga tidak mungkin memasuki hutan yang telah menjadi simbol peringatan untuk mendekatinya. Namun, tidak ada petunjuk apapun. Diam di tempat bukan pilihan yang tepat.

"CORVINA ... JANGAN MASUK KESANA!" Ayahku berteriak lagi.

Kenapa jika aku masuk? Setidaknya masih ada dua pilihan di dalam sana - hidup atau mati. Kenapa ayah berteriak seolah khawatir padaku? Aku tidak butuh belas kasih. Aku tidak ingin hidup dalam penjara yang dipenuhi kegelapan dan tipu muslihat. Aku tidak mau hidup dalam kesulitan seperti itu lagi.

"BERHENTI, PUTRI!"

Terlambat. Dengan kesadaran penuh aku berlari memasuki hutan. Teriakan ayah dan para kesatria terdengar mulai mengecil setelahnya. Aku menoleh kebelakang untuk memastikan jika mereka berhenti mengejarku, namun kaki kananku tidak sengaja tersandung oleh akar pohon besar yang tumbuh liar, membuat tubuhku tersungkur begitu saja di atas permukaan tanah. Untungnya orang - orang itu telah berhenti mengejar. Ayahku yang gila rupanya tahu untuk berhenti. Bahkan seorang kaisar tidak berani menyentuh hutan ini.

"Hutan terlarang ...," bisikku, sambil mengamati seluruh objek yang bisa kulihat.

Katanya - ini adalah tempat dimana tidak ada satu pun yang bisa keluar setelah melangkah masuk ke dalamnya. Diduga mereka telah menjadi mangsa para binatang buas yang ditakuti oleh seluruh kekaisaran.

"Begitu?" Aku hanya bisa menertawakan diriku sendiri. "Lebih baik seperti itu daripada mati di tangan para manusia serakah."

Tubuhku yang kelelahan, serta kakiku yang sakit kubiarkan kembali bergerak, memutuskan untuk berjalan lebih jauh. Dengan terseok - seok, aku semakin berjalan lebih dalam menyusuri hutan belantara yang tidak tahu seperti apa ujungnya ini.

Aku berjalan dalam udara yang tebal dan mencekam. Di dalamnya, segala sesuatu terasa hidup, seolah ada sesuatu yang mengintai setiap langkahku. Cahaya bulan yang remang - remang menjadi satu - satunya penerangan yang kumiliki saat ini. Namun, Cahaya itu juga menciptakan bayang - bayang yang menakutkan di sekitarku.

Apa ini? Semakin jauh aku berjalan, atmosfer semakin berubah. Sihir? Aku merasakan energi magis mengalir melalui udara dengan kekuatan yang tak terduga. Energi ini sangat berbeda dengan energi magis yang biasa ku rasakan di luar hutan, seolah terasa mampu menyapu jiwa dan mempengaruhi siapa saja. Bisa kurasakan di setiap sudut hutan ini mengalir energi magis yang pekat, namun bukan sesuatu yang bisa dijangkau manusia. Kemungkinan mengenai adanya makhluk - makhluk mistis legenda cukup meyakinkan.

Sekarang, aku mengerti. Meski tidak mati di mangsa binatang buas, manusia akan mati karena tekanan mana yang kuat dari - sihir gelap yang melapisi hutan ini. Benar, tekanan ini berasal dari sihir gelap. Aku mungkin akan mati sebentar lagi. Anehnya, aku belum merasakan apapun sejauh ini, kecuali atmosfer hutan yang mencekam.

"Uhh ... aku lapar." Aku berhenti untuk menyentuh perutku yang mulai sakit.

Aku belum memakan apapun sejak pagi karena terus bersembunyi dari kejaran ksatria yang tiba - tiba menggeledah seluruh penginapan tempatku singgah pagi ini. Aku tidak dapat bersembunyi dengan leluasa saat seluruh kekaisaran mengenali wajah tuan putri mereka yang tersebar di seluruh penjuru wilayah. Sayangnya, aku hanya putri yang tidak memiliki sihir sehingga tidak dapat menyembunyikan wajahku walau sebentar saja.

Aku memejamkan mata setelah duduk di bawah salah satu pohon besar. Mungkin, aku tertidur sebentar karena cukup menenangkan. Satu menit, dua menit, tiga menit, dan ... sesuatu mengembalikan kesadaranku secara penuh.

"Siapa?"

Aku terkesiap. Ada sesuatu yang menyentuh kakiku dan yakin bahwa itu bukan mimpi atau sekedar perasaan saja, namun tidak ada apapun disini, kecuali - buah ... buah? Hal itu semakin mengejutkanku. Kepalaku berputar dengan cepat - mencari siapa saja yang bisa kutemukan. Ada orang lain selain aku disini.

"Aku tahu kau disini - akhh ...!" Sontak aku terjerembap ke belakang. "Si - siapa kau?"

Sesuatu yang memiliki wajah cantik, keanggunan, dan mata yang berkilau seperti embun yang memancarkan kebaikan muncul dari balik pohon besar yang ada di depanku. Tubuhnya terbuat dari kayu yang kokoh, namun memiliki fisik seperti manusia, menarik siapa pun untuk terpesona oleh kehadiran mereka.

"Orang menyebut saya Dryad, Ratu." Makhluk itu bersuara, lembut seperti daun dan memiliki langkah ringan seperti angin.

Dryad? Untuk pertama kalinya aku melihat sendiri wujud makhluk legendaris yang bersemayam di hutan ini. Aku pernah membaca sosoknya di perpustakaan kastel. Mereka adalah perwujudan kehidupan dari pohon - pohon yang menjulang tinggi dan dianggap sebagai penjaga hutan. Para Dryad mampu mengendalikan dan berkomunikasi dengan alam dan makhluk - makhluk lainnya dengan kekuatan magis mereka, juga makhluk yang terkenal bijaksana dan penuh kasih.

Tapi - tunggu ... apa dia baru saja memanggilku ratu?

"Aku bukan ratumu. Namaku Corvina," jelasku tanpa ragu, namun Dryad itu tersenyum menanggapi.

"Siapapun Anda, kami akan selalu menyambut kedatangan Anda, Yang Mulia Ratu Penguasa Kegelapan dan Cahaya." Makhluk itu membungkuk, bersama dengan puluhan Dryad yang tiba - tiba muncul bersamaan.

Aku terpaku dengan tanda tanya besar di benakku. Aku terlalu syok untuk memikirkan semua kejutan masalah yang terjadi hari ini. Aku seharusnya mati, bukan menjadi ratu yang aku sendiri tidak mengerti. Anehnya - aku merasakan ikatan yang familiar di tempat ini.

°°°

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • I Am The Queen   15. Hubungan yang Dipecah

    "Salam kepada Baginda kaisar." Pangeran kedua memberi salah pada kaisar negeri ini. "Kemarilah. Tidak perlu formal lagi." Setelah mengusir para pelayan. "Baik, Ayah." Helios menegakkan kembali tubuhnya. "Bagaimana kondisimu?" tanyanya kemudian. Kamar ini telah dipenuhi oleh aroma obat-obatan bersama kondisi kaisar yang terlihat tidak baik. Tubuhnya lemah dan wajah pucat yang mulai kurus. "Tidak ada perbedaan," jawab kaisar Zeron, mencoba bangkit perlahan dari ranjangnya. Helios bergerak membantunya duduk setengah berbaring. Barulah saat itu kaisar menyadari sesuatu. "Tanganmu sudah sembuh?" Kaisar menatapnya tidak percaya. "Ah, ini ..." Helios terdiam sesaat. "Seseorang berbaik hati menyembuhkannya." "Dalam sehari? Bahkan pendeta agung butuh berbulan-bulan. Siapa pendeta itu? Pasti baik untuk merengkrutnya." Kaisar tampak bersemangat. Jangan sia-siakan bakat luar biasa itu. "Aku tidak yakin, Ayah." Helios ragu-ragu. Ia bahkan tidak mengetahui identitasnya dengan pas

  • I Am The Queen   14. Perjanjian Gelap

    Dahulu kala, ada manusia yang sederhana, cantik, dan lembut tutur katanya. Saat ia muncul, semua orang tersenyum untuk menyapanya. Ia wanita tercantik yang membuat semua orang terpesona. Sampai akhirnya, ia bertemu sosok mengerikan dari bangsa iblis. Saat semua orang ketakutan terhadapnya, gadis itu justru mengulurkan tangannya yang suci pada iblis yang kotor. "Memangnya itu aneh? Manusia dan iblis hanya berbeda ras saja." "Iya," jawab Theron datar. "Dua bawahan mu adalah iblis. Tentu saja tidak aneh bagimu." "Aku minta kau bercerita tentang ibuku, bukan kisah manusia dan iblis!" Corvina sudah cukup kesal sejak awal. Theron mendekatkan wajahnya. "Aku menceritakan ibumu, Bodoh!" Disertai sentilan cukup keras di dahinya. "Kau!" "Ibumu punya jiwa yang bersih, mungkin itu sebabnya kau dianugerahi esensi cahaya. Kau pasti tidak ingat, tapi ibumu adalah seorang saintess." Theron melanjutkan. "Saintess? Dia seorang putri kerajaan. Apanya yang wanita suci." "Dia wanita s

  • I Am The Queen   13. Wanita Elf

    "Salam kepala Yang mulia Grand Duchess. Nama saya Ivy. Dulunya saya seorang budak yang dibeli oleh Yang mulia Grand Duke. Saya akan menjadi pelayan Anda mulai sekarang." Wanita bernama Ivy sedikit membungkuk dengan pandangan ke bawah."Budak? Aku suka gadis yang terus-terang sepertimu." Wanita yang menjadi nyonya barunya itu mengulangi dengan suaranya yang halus dan terdengar lembut. Ivy belum berani menatap wajahnya, namun ia melihat saat kaki jenjang sang nyonya berhenti di depannya."Terima kasih, Nyonya." Entah mengapa atmosfer di ruangan ini sedikit mencekiknya sejak ia masuk. Pantas saja pelayan lain takut untuk berhadapan dengan nyonya mereka dalam waktu yang lama."Iblis itu memilih pelayan yang cantik." Deg! Ivy masih menunduk. "Kau punya telinga yang cantik ... sayang sekali tidak ada yang bisa melihatnya, bukan?" "Saya tidak mengerti maksud Anda, Nyonya." Ucapan itu membuat Ivy menjadi waspada dan menahan diri, namun saat tangan Corvina hendak menyentuh telinganya, Ivy

  • I Am The Queen   12. Misteri Sang Achlys

    Di suatu tempat di istana kekaisaran, seorang gadis berdiri di antara rak – rak yang mengoleksi ribuan buku di dalamnya. Perpustakaan yang hanya bisa dimasuki oleh anggota kerajaan – menyimpan berbagai pengetahuan dan sejarah kekaisaran di masa lalu. Dengan kemampuannya, Corvina dengan mudah masuk ke dalamnya tanpa perlu ketahuan oleh penjaga di luar. “Apa yang Anda cari, Ratu? Biar saya membantu.” Lucien bergerak ke sana – kemari tanpa berminat menyentuh buku – buku di sana. Jangan tanya di mana Leucos. Pria itu harus kembali ke kastel terlarang untuk memantau keadaan setiap saat. “Diamlah!” Corvina menelusuri setiap buku dengan judul – judul seperti, “Sejarah Kekaisaran Acheron”, “Silsilah Keluarga Bangsawan”, dan apa saja yang sekiranya berhubungan dengan dirinya di masa lalu. Mungkin saja ia bisa mendapat jawaban atas kelahirannya yang abadi. Kehidupan pertama – kapan tepatnya ia lahir, seperti apa ibu dan keluarganya, seperti apa dirinya di mata sejarah, dan sebagainya. M

  • I Am The Queen   11. Cobalah Ingat Lagi

    Bulir - bulir keringat mengalir dari pelipis Corvina yang langsung terbangun. Dadanya naik turun karena nafas yang memburu cepat. Apa yang terjadi? Apa yang terjadi pada ibunya setelah itu? Kenapa ingatan itu terputus tanpa ia tahu apa yang terjadi selanjutnya?! "Achlys," panggil seseorang yang baru saja masuk, membuat Corvina mengangkat kepalanya ke asal suara."Kau mengingat mimpi buruk lagi?" Theron mencoba menyentuh rambut perak panjangnya yang tergerai bebas dan sedikit basah oleh keringat. "Kau tidur sejak siang hingga malam —""Apa yang kau lakukan?" Suara Corvina hampir menyerupai gumaman. Theron mengangkat sebelah alisnya, heran. "Apa yang kau lakukan pada ibuku?" Nadanya kini berubah dingin. Sosok itu — sosok yang ia lihat dalam ingatan lamanya, sosok yang menggunakan wujud iblis dengan sayap hitam besar di punggung serta tanduk kecil di atas kepalanya. Dia — Theron Eryx sang Raja kegelapan. "Ibumu?""Kita bertemu di kehidupan pertamaku," desis Corvina tajam. "Kau — kau

  • I Am The Queen   10. Ingatan yang Hilang

    Corvina membuka matanya perlahan. Suara – suara burung kecil yang berkicau di pepohonan, serta angin sepoi – sepoi yang sejuk membawa aroma bunga – bunga liar menyadarkannya bahwa dirinya kini berada di atas padang rumput yang luas.Apa ini? Baru saja tertidur di kamarnya sebagai Grand Duchess. Apa kenangan ingatan lagi? Dirinya baik – baik saja sebelumnya.Perlahan, ia bangkit. Tempat ini sungguh asing, namun tidak dapat menyangkal bahwa ini adalah tempat paling indah yang pernah ia lihat. Padang rumput? Tempat ini lebih cocok disebut ladang bunga.Corvina mengedarkan pandangannya, kemudian menyadari ada orang lain di sana. Seorang gadis kecil terkikik pelan sambil bersembunyi tidak jauh darinya. Sebenarnya ingatan apa ini?“Achlys ... kau di mana?” Seruan itu membuat Corvina mencari asal suara.Achlys? Corvina kemudian melihat seorang wanita datang, seperti mencari seseorang. Wanita itu memilik rambut perak seperti bulan dan mata birunya yang berbinar indah.Ibu?“Achlys ... jangan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status