Tidak lama setelah itu, pasangan remaja tersebut memanggil pelayan dan melakukan pembayaran.
Bima pun melakukan hal yang sama.Mereka keluar dari Cafe tersebut, dan Bima mengikuti mereka dalam jarak yang cukup aman. Sehingga keduanya tidak mengetahui keberadaan lelaki itu.Well, kalau mereka tahu pun. Bima tidak akan peduli. Bukankah tugasnya memang untuk menjaga Clara?Walaupun saat ini, ia melakukan ini semua untuk urusan pribadi.Bima menemukan mobil yang ditumpangi Revan dan Clara langsung menuju ke rumah. Mereka tidak pergi ke mana-mana lagi. Dan itu membuat Bima tenang.Walau rasa marah masih bersemayam di dalam dadanya.Clara turun dari mobil, melambai, dan langsung turun ke dalam.Tanpa menunggu Clara tiba di dalam rumah. Bima langsung melajukan mobil masuk ke dalam garasi. Melewati Clara yang tercengang melihatnya lewat.Saat Clara tiba dan masuk ke dalam rumah, Bima sudah menunggunya di ruang tengah. Ia duduk di atas sofa dan memperhatikan gadis itu yang meliriknya sinis, namun tidak berkata apa apa."Apakah kau senang?" tanya Bima mengejek.Langkah Clara terhenti tepat sebelum kakinya tiba di anak tangga. Gadis itu menoleh padanya, dan menatap Bima tajam dengan mata berapi-api."Jelas. Revan sangat tahu bagaimana memperlakukan seorang wanita." ketus gadis itu.Bima hanya memberikannya senyuman sinis. Lalu terkekeh pelan mengejek. Membuat emosi Clara terpancing dan hidungnya menjadi kembang kempis karena rasa marah yang memenuhi dada dan kepalanya."Kenapa? Apanya yang lucu?" bentak Clara marah.Bima menyusuri tubuh gadis di hadapannya itu dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan gerakan lambat yang sengaja ia lakukan. Pandangannya sempat terhenti sejenak di bagian dada, kesusahan beranjak dari bongkahan bulat padat yang terlihat begitu menggoda di balik katun putih tersebut.Bayangan hitam dari bra yang dikenakan di dalamnya membuat Bima harus menelan ludah dengan susah payah.Awalnya, ia ingin melakukan itu untuk mengejek Clara. Membuat Clara marah dengan mengatakan bahwa dirinya belum layak dikatakan dewasa. Namun, nyatanya postur gadis itu sudah sangat layak untuk sebutan itu."Wanita?" tetap saja Bima mempertanyakannya dengan nada mengejek. Setidaknya, watak Clara memang belum dewasa sehingga bisa dilabelkan sebagai seorang wanita.She is a girl, not a woman yet."Kau belum bisa dikatakan seorang wanita, Nona." ejek Bima yang membuat wajah Clara seketika menjadi merah."Dan bocah ingusan yang menjemputmu tadi, belum tentu benar-benar tahu bagaimana memperlakukan seorang gadis. Sepertinya dia cukup lihai membuatmu tersanjung. Hati hati dengan seorang pria yang terlihat lihai, itu menandakan bahwa dirinya sudah terbiasa bersikap demikian." ejek Bima pajang lebar. Itu adalah kalimat terpanjang yang pernah diucapkan lelaki itu padanya."Setidaknya ia bisa membuatku nyaman." bentak Clara dengan marah."Nyaman? Dengan apa? Kecupan di tanganmu itu?" suara Bima tidak lagi terdengar tenang dan mengejek. Emosinya pun mulai terpancing lepas.Clara terhenyak sesaat. Lalu sedetik kemudian menjadi marah bukan main saat menyadari sesuatu"Kau mengikuti kami! How dare you!" geram gadis itu sambil melangkah lebar ke arah Bima yang sedang duduk santai di sebuah sofa.Clara menarik kerah kemeja Bima dengan marah.Matanya yang indah dan wajahnya yang cantik kini terlihat merah karena amarah yang memuncak. Di tatapnya Bima yang sudah kembali memasang wajah datar seperti biasa."Kau tidak berhak melakukan itu!" geram Clara padanya."Kenapa tidak? Itu memang tugasku, Nona. Menjagamu dengan baik. Termasuk dari sentuhan pemuda sembarangan.""Dia bukan pemuda sembarangan. Kau yang sembarangan!" teriak Clara marah.Gadis itu sadar bahwa dirinya terdengar kekanakan. Namun, hanya itu yang mampu terpikir di dalam kepala yang sudah penuh dengan emosi.Demi Tuhan. Ia ingin berteriak kencang di depan wajah Bima."Aku tidak sembarangan. Karena itu lah keluargamu mempercayakan keamanan dirimu di tanganku." jawab Bima tenang sambil menyembunyikan rasa marahnya."Kau sembarangan... karena... karena..." Clara mencoba mencari-cari alasan yang tepat. Namun otaknya seakan buntu. Tidak ada yang bisa ia lemparkan ke wajah lelaki di hadapannya itu."karena... kau sudah menciumiku, lalu mendatangi kekasihmu setelahnya! Kau menjijikkan!" teriak Clara akhirnya sambil memukuli dada Bima dengan keras.Pukulan yang bahkan tidak terasa oleh pria itu karena perbedaan kekuatan yang begitu kontras.Bima memegangi kedua lengan Clara yang terasa mungil di dalam genggamannya, lalu menahannya di belakang tubuh gadis itu, sambil menariknya kuat hingga terduduk di dalam pangkuannya.Clara jatuh ke atas tubuh Bima dengan kaki mengangkang di dalam pangkuan Bima. Tubuh mereka saling berhadapan, dengan dada bulat kenyal yang membusung itu menempel erat di dada Bima yang kekar berotot.Satu-satunya penghalang bagi keduanya adalah kemeja Bima dan baju Clara yang berbahan katun tipis.Bra yang dikenakan Clara saat itu pun hanyalah berupa jaring tipis. Yang membuatnya merasa tidak mengenakan bra sama sekali.Kini, yang mampu dirasakan Clara hanyalah desiran di dalam aliran darahnya. Mengalir kuat dan menggelitik setiap sel saraf. Bermuara di inti tubuhnya di bawah sana. Yang kini malah terasa menekan milik Bima yang keras dengan begitu pas.Gerakan meronta nya terhenti seketika. Terhenyak dengan posisi mereka yang begitu intim."Pertama, aku tidak mengunjungi kekasihku, Nona." geram Bima di depan wajahnya. Jarak wajah mereka begitu dekat. Hingga keduanya dapat merasakan hembusan napas masing-masing."Dan kedua, bukan aku yang menciummu duluan, kau yang dengan begitu agresif melakukannya. Kau lupa?" kata Bima serak sambil menyusuri telunjuk tangan kanannya di bibir Clara yang basah dan sedikit membuka.Sedangkan tangan kiri lelaki itu masih menahan kedua tangan Clara di belakang tubuhnya. Tepat di bagian pinggang, yang sekaligus bertujuan untuk menekan tubuh gadis itu merapat padanya.Tindakannya itu salah? Entahlah. Bima tidak mau tahu. Ia tidak dapat berpikir jernih saat ini."Kau pikir, mudah bagiku menolak sesuatu yang sudah kau tawarkan itu, Hem? Menggodaku dengan nakal ." geram Bima sambil menekan ujung telunjuk kan pada bagian tengah bibir Clara, lalu menguak bibir itu semakin membuka dan menyelipkan jarinya ke dalam sana.Tanpa sadar, Clara mendesah. Ia mengikuti insting alami tubuhnya untuk memejamkan mata dan membuka mulutnya sedikit. Membiarkan telunjuk Bima masuk dan menyentuh lidahnya dengan leluasa."Kau berpakaian seperti ini di depan lelaki lain. berdandan dengan cantik, padahal sebelumnya menunjukkan bahwa dirimu tertarik padaku. Siapa yang sembarangan, Nona?" garam Bima lagi sambil kembali menyapu kasar bibir merekah itu dengan ibu jarinya."Haruskah aku menghukum mu karena sudah bersikap seperti itu? Memberikanmu pelajaran agar bisa lebih disiplin dan menghargai perasaan orang lain?""Menghukum?" batin Clara memekik kaget. Apa maksud Bima dengan menghukum?Lalu sejurus kemudian samar samar Clara mendengar suara Renata yang menggoda di dalam kepalanya."Hukuman termanis dan terseksi datang dari pasangan yang sedang cemburu. Huhuhuhu." Sahabatnya itu pernah berkata suatu ketika.Jangan tanyakan hukuman yang bagaimana yang dimaksud oleh Renata. Otaknya memang penuh dengan adegan dewasa.Dewasa? Adegan dewasa?Sebuah ide gila terlintas di otaknya yang telah terkontaminasi. Dan itu seketika membuat wajah Clara merah padam. Melebih tomat masak dan kepiting rebus!Tapi benarkah Bima merasa cemburu? Dari kata katanya..."Apa yang kau pikirkan, hah?" ketus Bima. "Kenapa pula wajahmu menjadi merah padam seperti itu?" gumam lelaki itu sambil kembali memasang wajah datar."Dasar anak muda jaman sekarang. Otaknya nggak ada yang beres." sinis Bima melanjutkan sambil mengangkat tubuh langsing Clara dengan
Well, sebenarnya gerakan gadis itu bukannya sama sekali tidak mengganggu. Gangguan itu datang dengan cara yang berbeda.Kaki yang menendang dan tangan yang memukul membuat dress sebatas lutut itu dengan mudah berayun-ayun. Kembali menggoda iman Bima.Apalagi bagian roknya mengembang di bawah.Dan sialnya Clara tidak mengenakan legging pendek di dalamnya.Mengingat gadis itu keluar dengan seorang menunda dengan pakaian demikian membuat darah Bima kembali mendidik. Dipukulnya bokong Clara yang bulat dan sintal itu dengan gemas."Diam lah!" geram Bima yang semakin kesulitan berkonsentrasi karena paha putih dan mulus gadis itu berada begitu dekat dengan wajahnya.Shit!Bagaimana pun juga, Bima adalah seorang lelaki normal. Bagian tubuhnya yang menjadi identitas kelelakian di bawah sana sudah bereaksi sebagaimana mestinya. Menggeliat dengan penuh semangat. Hingga berdiri tegak. Menuntut hak nya untuk berjumpa dengan pasangann
Pagi itu, Clara masih merasa geram pada Bima. Tiba tiba saja ide licik muncul di dalam benaknya. Clara akan membuktikan apakah Bima memang benar benar mati rasa padanya atau itu hanya topeng lelaki itu saja.Pagi itu, ia mengenakan serangan sekolahnya yang kekecilan. Lalu membuk beberapa kancing bagian atas untuk memamerkan bongkahan bulat kenyal dadanya.Clara sendiri merasa geli saat melihat belahan payudaranya yang menyembul keluar. Gadis itu menggigit bibirnya ragu, namun segera ditepisnya semua keraguan itu."Nggk pa pa, nanti sampai di sekolah aku kan mengancingkannya lagi." gumam gadis itu menguatkan tekat.la juga melipat roknya di bagian pinggang. Sehingga memamerkan paha mulusnya dengan lebih banyak.Merasa cukup seksi, ia meraih tas sekolahnya dan berjalan menuju pintu keluar. Gadis itu menekan handle pintu, dan kembali merasa kesal karena pintu itu masih dikunci dari luar.Tidak lama berselang, bunyi klik pun terdenga
"I love you, and I want you to be mine." kata Clara penuh dengan rasa percaya diri.Apakah ia tidak merasa gugup saat mengatakannya?Tentu saja iya, la memang merasa gugup. Dadanya terasa penuh dan berdebar kencang. Namun, Clara mengeraskan hati.Sudah kepalang maju,gengsi rasanya jika ia mundur saat ini.Jika sudah memulai, maka selesaikan. Begitu prinsip gadis itu.Clara dapat merasakan tubuh Bima semakin tegang mendengar pengakuan darinya barusan.Lelaki itu seakan sedang berusaha untuk tidak terpengaruh dengan ciuman Clara, juga dengan kata katanya. Namun, ia Bima juga tidak mampu menampik, di saat yang sama lelaki itu juga ingin melepaskan semua pertahanan diri yang susah payah ia pertahankan.Dobrakan palu godaan dari Clara terlalu besar dan kuat bagi seorang pria normal seperti Bima. Dirinya bukan malaikat. Dan penggoda di hadapannya ini begitu gencar ingin membuatnya takluk.Bagaimana pun juga Bima adalah seorang
Clara masih merasa kesal ketika ia tiba di sekolah.Lagi panas panasnya, tiba tiba sikap Bima kembali dingin membeku seperti tumpukan es batu di puncak gunung salju!Selama perjalanan tadi, Clara memilih untuk duduk di jog belakang. Di bangku penumpang.Duduk di samping Bima hanya membuat dirinya semakin sakit. Membuat dirinya ingat kembali momen memalukan tadi.Clara sangat yakin bahwa Bima juga benar benar terhanyut dalam ciuman dan gairah yang sama sama mereka rasakan.Tapi kenapa?Mengapa lelaki itu bersikap seolah hanya Clara yang keganjenan dan kegatelan?"lihhhh... Sebel sebel sebeeeellII!" Jerit Clara di dalam hati, namun gerakan kesalnya terbawa nyata dan dapat dilihat semua orang yang berada di sekitarnya.Teman teman sekelasnya melirik heran pada gadis itu. Renata tiba saat Clara mulai merebahkan kepalanya di atas meja dengan pasrah. Dan gadis itu kembali menghentakkan tubuhnya dengan kesal.
Jam pulang sekolah tiba. Dan sesuai dengan instruksi Renata, Clara mengirimkan pesan pada Bima bahwa dirinya akan mengikuti rapat OSIS sampai sore nanti.Padahal sebenarnya, walaupun siang itu memang ada rapat OSIS, namun Clara sama sekali tidak berniat untuk mengikuti nya.Apalagi setelah insiden jam istirahat tadi. Pasti akan terasa janggal dan tidak nyaman berada dalam ruangan yang sama dengan Fenny. Di sekretaris OSIS.Setelah beberapa menit, masih tidak ada balasan dari Bima. Clara menatap Renata untuk menanyakan pendapatnya."Gak dibalas." ucap Clara pada Renata yang sedang asik membaca sebuah novel berlambang 21 di salah satu sudut.Fiuuhh. Tidak usah heran kenapa Renata pro sekali urusan hubungan dewasa. Hobinya saja baca novel dan nonton film dewasa.Gadis itu sudah khatam dengan segala macam teori.Tapi, sejauh ini Clara percaya saat Renata mengatakan bahwa gadis itu masih perawan. Mau diserahkan untu Reno kata
Pukul lima, sekolah sudah sepi. Ponsel Clara kembali berbunyi. Panggilan dari Bima.Renata menyuruh Clara untuk mengangkat dan mengatakan bahwa dirinya sedang menyelesaikan tugas. Dan syukurnya Bima percaya.Mungkin karena melihat titik keberadaan Clara melalui ponselnya masih berada di dalam lingkungan sekolah.Setelah mandi dan berganti pakaian, Clara memperhatikan pantulan tubuhnya di cermin."Gue seksi banget nggak sih?" lirih gadis itu sambil menarik narik rok mini yang ia kenakan. Berusaha menutupi pahanya yang terekspos nakal.Usaha yang sia sia sebenarnya. Karena tidak mungkin kain mini berbahan kulit itu bisa melakukannya.Clara mengenakan rok mini yang bahkan tidak sampai ke tengah pahanya yang jenjang dan putih mulus.Jika ia menunduk, dapat dipastikan bahwa kain segitiga berwarna hitam yang saat ini ia kenakan dapat terlihat jelas.Sedangkan atasan tanpa lengan itu, yang hanya menutupi dari dada hing
Tiba tiba saja tangan Revon yang berada di pinggangnya mulai melakukan gerakan gerakan mengelus. Naik turun di bagian tengah bawah. Tepat di atas garis roknya depannya.Frisca merasa darahnya mulai berdesain, dan rasa geli seketika saja langsung menggelitik inti tubuhnya di balik cejana dalamnya.Dengan perasaan tidak nyaman, ia menggeser tubuhnya sedikit. Menjauh dari Revan, namun pemuda itu malah ikut menggeser dan merapatkan tubuhnya,Kamu cantik sekali. puji pemuda itu padanya. Yang membuat Clara tersenyum kiuk.Tahan Clara, tahan, Demi membuat Bima cemburu. gumam gadis itu di dalam hatiMelihat Clara tidak memprotes, Revan malah semakin berani melakukan lebih jauh.Salah satu tangannya yang terbebas memegangi paha Clara, Lalu mengelus permukaan kulit yang putih mulus itu dengan gerakan naik turun. Sebelum akhirnya menyelinap ke antara paha.Jantung Clara berdebar semakin kencang. Dadanya semakin kencang dan membutun