Bima kembali merasa jengkel!
Bisa bisanya gadis itu menciumnya tadi siang, dan malamnya malah keluar dengan pria lain.Ingin rasanya tadi Bima menarik tubuh rampingnya itu dengan kasar, lalu membopongnya masuk ke dalam kamar. Menguncinya di sana sehingga tidak berkeliaran dengan pria mana pun.Apalagi dengan pakaian seterbuka itu!Oke baiklah. Dress yang dikenakan Clara tadi tidak terlalu terbuka. Namun, jelas mampu membuat pikiran lelaki manapun berimajinasi liar.Pakaian yang dikenakan Clara tadi bahkan sudah membuat darah Bima berdesir hanya dengan memandangnya saja.Dress berbahan katun putih dengan kerah lebar hingga cukup banyak menampakkan kulit mulusnya di area itu, membuat Bima ingin mengerang menahan hasrat yang melesak dari dalam dirinya.Bima bahkan bisa melihat tali bra hitam yang mengintip dari balik kerah dress yang berbahan renda itu.Pakaian yang Clara kenakan tadi memiliki potongan pinggang dan mengembang pada bagian bawah. Bisa bahaya jika angin meniup cukup kencang.Bima mulai bertanya-tanya apakah Clara mengenakan legging pendek di baliknya. Sialnya. kemungkinan besar tidak.Bima tahu bahwa Clara tidak suka mengenakannya, karena ia sendiri sering mendapati paha mulus gadis itu tersikap saat di mobil. Terutama ketika Clara menyebrang maju dari jog penumpang di belakang ke arah depan, dan duduk di sisi Bima saat ia menyetir.Mengingat ada lelaki lain yang menikmati pemandangan itu, darah Bima kembali mendidih.Sial. Gadis keras kepala itu memang cantik sekali! Dan dirinya saat ini juga sangat lancang untuk merasa cemburu."Ayolah Bima, sadarkan dirimu! Kau siapa di sini." geram Bima pada dirinya sendiri.Tanpa menunggu lebih lama lagi. Bima berjalan masuk ke dalam mobil dan ikut keluar dari pekarangan rumah itu. Mengikuti posisi yang ditunjukkan ponsel Clara di layarnya."Kenapa. Ra? Diam aja dari tadi." tegur Revan yang mendapati Clara hanya diam sepanjang perjalanan.Pertanyaan dari pemuda itu pun hanya di sahutnya singkat dan seadanya."Biasanya juga kamu banyak bicaranya. Masih kepikiran dengan bodyguard mu tadi ya?" pancing Revan.Dan tetap saja, Revan masih bergeming. Gadis itu memang masih merasa kesal dengan Bima. Pikirannya masih dipenuhi dengan perkataan Renata di telpon siang tadi.Revan yang merasa tidak digubris oleh gadis pujaan hatinya, memilih diam saja. Dari pada Clara marah dan malah membatalkan kencan mereka.Well, kalau ini memang bisa dikatakan kencan. Jujur saja. Revan juga tidak berani berharap banyak.Sebenarnya juga Revan merasa penasaran mengapa bodyguard nya tadi itu bisa sangat berpengaruh bagi gadis itu. Awalnya ia sudah senang karena Clara menolah dan bertindak dengan tegas pada sang bodyguard, namun di dalam perjalanan gadis itu malah diam seribu bahasa.Tidak lama kemudian, mereka tiba di sebuah cafe kekinian dengan dekorasi yang estetik. Tempat itu ramai, walaupun tidak seramai malam minggu.Mereka masuk dan menuju ke salah satu meja yang sudah di-booking oleh Revan. Ia tidak mau kencan pertamanya dan Clara menjadi kobong karena tidak ada tempat duduk.Mereka memesan makanan dan minuman, lalu sambil menunggu pesanan tiba. Revan pun menjelaskan hasil rapat OSIS siang tadi.Clara mendengarkannya tanpa semangat. Moodnya hilang setelah kejadian tadi. Pikirannya masih dipenuhi dengan Bima. Masih merasa kesal pada pria itu.Sesekali ia melemparkan senyuman tipis saat Revan menjelaskan. Hanya untuk sekedar menghargai pemuda itu karena sudah dengan begitu bersemangat menjelaskan padanya.Tidak lama kemudian, pesanan mereka tiba. Keduanya memutuskan untuk menikmati sajian yang sudah dihidangkan di depan mata.Walau tidak terlalu bagus bagi kesehatan, Clara suka menikmati makanannya saat masih panas. Ia tidak suka jika harus menyantapnya saat makanan itu menjadi dingin."Oke, Van. Aku mengerti. Nanti akan aku sampaikan pada tim untuk menyusun berita yang bagus dan kita tampilkan di web dan mading sekolah." kata Clara pelan sambil menarik piring spaghetti yang menjadi pesanannya tadi.Mereka makan sambil mengobrol tipis tipis. Sebenarnya, bisa dikatakan hanya Revan lah yang berbicara, sedangkan Clara hanya mendengar sambil berusaha terlihat tertarik dengan pembicaraan yang dibahas sang ketua OSIS.Tiba tiba tangan Revan meraih tangannya. Clara yang sedang tidak fokus menjadi sangat terkejut. Namun, ia juga tidak menarik tangannya dari genggaman Revan. Dibiarkannya saja begitu.Pikir gadis itu, jika Revan tidak bertindak terlalu jauh, itu tidak akan jadi masalah.Melihat mendapatkan lampu hijau dari sang pujaan hati, Revan memberanikan diri untuk mengangkat tangan Clara, dan membawanya ke bibir. Ia mengecup dalam dan mama punggung tangan putih dan halus itu sambil memejamkan mata, menikmati setiap momen tersebut dengan baik baik.Clara sendiri merasa risi karena Revan melakukan itu di tempat terbuka. Namun, sepertinya tidak ada yang akan peduli. Dinikmati saja kecupan lembut dan hangat bibir Revan di punggung tangannya."Terima kasih ya, Ra. Kamu sudah mau diajak makan malam denganku." kata Revan mencoba membahas sesuatu yang bersifat lebih pribadi.Clara hanya tersenyum. Sambil mengangguk pelan.Ia merasakan remasan lembut tangan Revan di tangannya, lalu sedikit getaran itu menyusup masuk ke dalam dalam dada gadis itu.Mungkin, ada baiknya ia mempertimbangkan untuk membuka hatinya bagi Revan. Tidak ada ruginya juga. Revan tampan dan berprestasi. Berasal dari keluarga terhormat pula. Dan yang pasti, Revan menaruh hati padanya.Dari pada terus saja merasa sakit dengan perasaan sebelah pihaknya pada Bima.Padahal perasaannya Clara padahal Bima bisa dikatakan masih seumur jagung. Baru di mulai kurang lebih sebulan yang lalu. Namun, namanya remaja, bawaannya tidak sabaran.Clara yang terbiasa mendapatkan perhatian dari lawan jenis, merasa sikap cuek Bima keterlaluan. Sedangkan bagi Bima yang sudah lebih dewasa, perasaan gadis itu masih dianggap iseng belaka.Hidup pria itu sudah diliputi banyak masalah, urusan cinta tidak masuk ke dalam hitungannya. Namun, siapa yang dapat mencegah cinta?Seberapa jauh pun seseorang ingin menghindar, akan ditemukan juga olehnya.Kalau cinta sudah memilih, tidak mungkin ada yang berhasil mengenyahkan nya begitu saja.Begitu pula pada Bima.Lelaki itu menyaksikan semua yang terjadi pada Clara dan Revan. Saat Revan menggenggam tangan Clara dan menciumnya lama, darah lelaki itu mendidih. Ingin rasanya ia menerjang ke meja tersebut dan menarik Clara pulang.Namun ditahannya amarah itu dengan susah payah sebelum ia mempermalukan dirinya sendiri.Tidak lama setelah itu, pasangan remaja tersebut memanggil pelayan dan melakukan pembayaran.Bima pun melakukan hal yang sama.Mereka keluar dari Cafe tersebut, dan Bima mengikuti mereka dalam jarak yang cukup aman. Sehingga keduanya tidak mengetahui keberadaan lelaki itu.Well, kalau mereka tahu pun. Bima tidak akan peduli. Bukankah tugasnya memang untuk menjaga Clara?Walaupun saat ini, ia melakukan ini semua untuk urusan pribadi.Bima menemukan mobil yang ditumpangi Revan dan Clara langsung menuju ke rumah. Mereka tidak pergi ke mana-mana lagi. Dan itu membuat Bima tenang.Walau rasa marah masih bersemayam di dalam dadanya.Clara turun dari mobil, melambai, dan langsung turun ke dalam.Tanpa menunggu Clara tiba di dalam rumah. Bima langsung melajukan mobil masuk ke dalam garasi. Melewati Clara yang tercengang melihatnya lewat.Saat Clara tiba dan masuk ke dalam rumah, Bima sudah menunggunya di ruang tenga
"Menghukum?" batin Clara memekik kaget. Apa maksud Bima dengan menghukum?Lalu sejurus kemudian samar samar Clara mendengar suara Renata yang menggoda di dalam kepalanya."Hukuman termanis dan terseksi datang dari pasangan yang sedang cemburu. Huhuhuhu." Sahabatnya itu pernah berkata suatu ketika.Jangan tanyakan hukuman yang bagaimana yang dimaksud oleh Renata. Otaknya memang penuh dengan adegan dewasa.Dewasa? Adegan dewasa?Sebuah ide gila terlintas di otaknya yang telah terkontaminasi. Dan itu seketika membuat wajah Clara merah padam. Melebih tomat masak dan kepiting rebus!Tapi benarkah Bima merasa cemburu? Dari kata katanya..."Apa yang kau pikirkan, hah?" ketus Bima. "Kenapa pula wajahmu menjadi merah padam seperti itu?" gumam lelaki itu sambil kembali memasang wajah datar."Dasar anak muda jaman sekarang. Otaknya nggak ada yang beres." sinis Bima melanjutkan sambil mengangkat tubuh langsing Clara dengan
Well, sebenarnya gerakan gadis itu bukannya sama sekali tidak mengganggu. Gangguan itu datang dengan cara yang berbeda.Kaki yang menendang dan tangan yang memukul membuat dress sebatas lutut itu dengan mudah berayun-ayun. Kembali menggoda iman Bima.Apalagi bagian roknya mengembang di bawah.Dan sialnya Clara tidak mengenakan legging pendek di dalamnya.Mengingat gadis itu keluar dengan seorang menunda dengan pakaian demikian membuat darah Bima kembali mendidik. Dipukulnya bokong Clara yang bulat dan sintal itu dengan gemas."Diam lah!" geram Bima yang semakin kesulitan berkonsentrasi karena paha putih dan mulus gadis itu berada begitu dekat dengan wajahnya.Shit!Bagaimana pun juga, Bima adalah seorang lelaki normal. Bagian tubuhnya yang menjadi identitas kelelakian di bawah sana sudah bereaksi sebagaimana mestinya. Menggeliat dengan penuh semangat. Hingga berdiri tegak. Menuntut hak nya untuk berjumpa dengan pasangann
Pagi itu, Clara masih merasa geram pada Bima. Tiba tiba saja ide licik muncul di dalam benaknya. Clara akan membuktikan apakah Bima memang benar benar mati rasa padanya atau itu hanya topeng lelaki itu saja.Pagi itu, ia mengenakan serangan sekolahnya yang kekecilan. Lalu membuk beberapa kancing bagian atas untuk memamerkan bongkahan bulat kenyal dadanya.Clara sendiri merasa geli saat melihat belahan payudaranya yang menyembul keluar. Gadis itu menggigit bibirnya ragu, namun segera ditepisnya semua keraguan itu."Nggk pa pa, nanti sampai di sekolah aku kan mengancingkannya lagi." gumam gadis itu menguatkan tekat.la juga melipat roknya di bagian pinggang. Sehingga memamerkan paha mulusnya dengan lebih banyak.Merasa cukup seksi, ia meraih tas sekolahnya dan berjalan menuju pintu keluar. Gadis itu menekan handle pintu, dan kembali merasa kesal karena pintu itu masih dikunci dari luar.Tidak lama berselang, bunyi klik pun terdenga
"I love you, and I want you to be mine." kata Clara penuh dengan rasa percaya diri.Apakah ia tidak merasa gugup saat mengatakannya?Tentu saja iya, la memang merasa gugup. Dadanya terasa penuh dan berdebar kencang. Namun, Clara mengeraskan hati.Sudah kepalang maju,gengsi rasanya jika ia mundur saat ini.Jika sudah memulai, maka selesaikan. Begitu prinsip gadis itu.Clara dapat merasakan tubuh Bima semakin tegang mendengar pengakuan darinya barusan.Lelaki itu seakan sedang berusaha untuk tidak terpengaruh dengan ciuman Clara, juga dengan kata katanya. Namun, ia Bima juga tidak mampu menampik, di saat yang sama lelaki itu juga ingin melepaskan semua pertahanan diri yang susah payah ia pertahankan.Dobrakan palu godaan dari Clara terlalu besar dan kuat bagi seorang pria normal seperti Bima. Dirinya bukan malaikat. Dan penggoda di hadapannya ini begitu gencar ingin membuatnya takluk.Bagaimana pun juga Bima adalah seorang
Clara masih merasa kesal ketika ia tiba di sekolah.Lagi panas panasnya, tiba tiba sikap Bima kembali dingin membeku seperti tumpukan es batu di puncak gunung salju!Selama perjalanan tadi, Clara memilih untuk duduk di jog belakang. Di bangku penumpang.Duduk di samping Bima hanya membuat dirinya semakin sakit. Membuat dirinya ingat kembali momen memalukan tadi.Clara sangat yakin bahwa Bima juga benar benar terhanyut dalam ciuman dan gairah yang sama sama mereka rasakan.Tapi kenapa?Mengapa lelaki itu bersikap seolah hanya Clara yang keganjenan dan kegatelan?"lihhhh... Sebel sebel sebeeeellII!" Jerit Clara di dalam hati, namun gerakan kesalnya terbawa nyata dan dapat dilihat semua orang yang berada di sekitarnya.Teman teman sekelasnya melirik heran pada gadis itu. Renata tiba saat Clara mulai merebahkan kepalanya di atas meja dengan pasrah. Dan gadis itu kembali menghentakkan tubuhnya dengan kesal.
Jam pulang sekolah tiba. Dan sesuai dengan instruksi Renata, Clara mengirimkan pesan pada Bima bahwa dirinya akan mengikuti rapat OSIS sampai sore nanti.Padahal sebenarnya, walaupun siang itu memang ada rapat OSIS, namun Clara sama sekali tidak berniat untuk mengikuti nya.Apalagi setelah insiden jam istirahat tadi. Pasti akan terasa janggal dan tidak nyaman berada dalam ruangan yang sama dengan Fenny. Di sekretaris OSIS.Setelah beberapa menit, masih tidak ada balasan dari Bima. Clara menatap Renata untuk menanyakan pendapatnya."Gak dibalas." ucap Clara pada Renata yang sedang asik membaca sebuah novel berlambang 21 di salah satu sudut.Fiuuhh. Tidak usah heran kenapa Renata pro sekali urusan hubungan dewasa. Hobinya saja baca novel dan nonton film dewasa.Gadis itu sudah khatam dengan segala macam teori.Tapi, sejauh ini Clara percaya saat Renata mengatakan bahwa gadis itu masih perawan. Mau diserahkan untu Reno kata
Pukul lima, sekolah sudah sepi. Ponsel Clara kembali berbunyi. Panggilan dari Bima.Renata menyuruh Clara untuk mengangkat dan mengatakan bahwa dirinya sedang menyelesaikan tugas. Dan syukurnya Bima percaya.Mungkin karena melihat titik keberadaan Clara melalui ponselnya masih berada di dalam lingkungan sekolah.Setelah mandi dan berganti pakaian, Clara memperhatikan pantulan tubuhnya di cermin."Gue seksi banget nggak sih?" lirih gadis itu sambil menarik narik rok mini yang ia kenakan. Berusaha menutupi pahanya yang terekspos nakal.Usaha yang sia sia sebenarnya. Karena tidak mungkin kain mini berbahan kulit itu bisa melakukannya.Clara mengenakan rok mini yang bahkan tidak sampai ke tengah pahanya yang jenjang dan putih mulus.Jika ia menunduk, dapat dipastikan bahwa kain segitiga berwarna hitam yang saat ini ia kenakan dapat terlihat jelas.Sedangkan atasan tanpa lengan itu, yang hanya menutupi dari dada hing