Bab 5 : The Chase
'Ini tidak bisa dibiarkan,' batin Max geram melihat Amanda yang sedang berdansa tango dengan seorang lelaki asing yang memakai topeng hijau tua. 'Siapa lelaki itu? Kenapa Amanda memilih berdansa dengan orang asing dibandingkan denganku?Bukankah dia adalah pasanga kencanku malam ini?!' Max sendiri tidak merasa bahwa apa yang dilakukan Amanda sebenarnya tak jauh beda dengan apa yang dia lakukan dengan gadis pirang tadi. Tanpa berpikir panjang, Max pun mulai melangkahkan kakinya untuk menarik Amanda menjauh. Namun baru selangkah kakinya berjalan, terdengar suara ledakan keras yang membuat situasi kacau balau dan jeritan-jeritan sontak membahana di udara. Lalu tiba-tiba saja semua lampu yang menerangi ballroom besar itu pun seketika padam, membuat suasana menjadi gelap gulita tanpa cahaya. Ada asap tipis yang masuk dari luar rumah mewah itu melalui sela-sela ventilasi dan pintu, membuat suasana yang ada semakin mencekam. Max menarik senjata yang tersampir di sabuknya, lalu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan untuk mencari Amanda. Namun karena situasi yang amat gelap membuatnya tak bisa menemukan wanita bermanik hijau zamrud itu. 'Sial!! Kemana perginya Amanda?!' Satu tangannya lagi yang bebas bergerak menuju saku untuk mengambil ponsel dan menyalakan senter dari sana sebagai penerangan, dengan matanya yang kembali mengedar mencari Amanda. Suara tembakan yang terdengar dari arah luar itu sontak kembali membuat suasana semakin tegang. "Merunduk!" Max berseru dengan keras, berusaha mengalahkan suara-suara jeritan ketakutan yang terdengar saling bersahutan. Max berlindung di balik pilar besar putih, tetap bersiaga dengan pistol di tangan kanan sementara tangan kiri berkutat di dalam saku dalam rangka ponselnya untuk menghubungi Amanda. "Agent Peacock!" Seruan tertahan Max penuh dengan kelegaan mendengar suara Amanda. "Dimana kau?! Kenapa aku tidak melihatmu di ballroom?!" "Max!" Ada getaran cemas di dalam suara Amanda, namun wanita itu berusaha untuk tetap tenang. "Aku melarikan diri bersama beberapa orang lewat pintu belakang! Tadi itu--" Pip. Max memaki pelan ketika sambungan itu tiba-tiba terputus. Ketika ia berusaha untuk men-dial ulang, ponsel Amanda sudah tidak dapat dihubungi lagi. 'SHIT!!' Maki Max dalam hati. Tak ada waktu lagi untuk memperhatikan Agent Peacock karena ia juga harus menyelamatkan orang-orang di sini sekaligus memanggil bala bantuan. Max melihat Harrison Davis, sang pemilik acara pesta ini bahkan terlihat tak berdaya, terkapar bersimbah darah di lantai ballroom. Sepertinya beberapa tembakan dari arah luar tadi mengenai tubuh lelaki itu. Max hanya bisa berharap agar wanita ceroboh yang menyebalkan itu kembali mendapatkan keberuntungannya dan tidak akan terluka--atau kemungkinan terburuk lainnya. Ya, semoga saja. *** Seumur hidupnya, baru kali ini Amanda merasakan sesak napas yang luar biasa. Seakan seluruh oksigen di dunia ini mendadak tercabut dan menghilang, tanpa menyisakan sedikit pun untuknya. "Kai, STOP!! Aa-aku... hhh... tak sanggup berlari lagi!" Serunya dengan napas yang tersengal-sengal, sambil menyentak tangan Kairo yang menyeretnya sepanjang pelarian mereka hingga terlepas. Betisnya terasa tegang dan kram. Tapak kakinya sakit sekali karena sejak tadi ankle boots yang ia kenakan telah dilempar oleh Kairo entah kemana. Kairo menoleh ke belakang demi mendapati wanita itu yang kini terlihat kelelahan dengan wajah yang memerah kuyu. Keringat di wajah dan pundaknya membuat kulit eksotis keemasan itu semakin terlihat berkilau. Sebutir keringat dari leher jenjangnya terlihat menetes, terus turun hingga menghilang ke balik belahan dadanya. Seketika Kairo pun menelan ludah dengan susah payah. Sial! Saat ini juga nyawa mereka sedang berada di ujung tanduk, tapi sempat-sempatnya ia berpikir untuk menjilat keringat Amanda yang jatuh ke belahan surga itu. Kairo pun mendehem perlahan, lalu mengutuk pikiran mesumnya yang sudah tak tertolong lagi setiap kali berada di dekat Amanda. Pria bermanik abu-abu gelap itu pun terdiam sesaat, lalu berjalan mendekati Amanda yang sekarang sedang jongkok di jalanan dengan napas putus-putus. Lelaki itu ikut berjongkok di samping Amanda, tiba-tiba saja tangannya terulur untuk merapikan rambut panjangnya yang sudah berantakan akibat tertiup angin. "Sorry, Amanda. Tapi kita harus terus jalan," tukas lelaki itu. Ia melirik cemas ke arah belakang mereka, dan melihat kerlip lampu mobil yang akan melintas. Cepat-cepat Kairo menggendong tubuh Amanda yang sudah lemas dan membawanya bersembunyi ke dalam semak-semak di balik pohon besar. Rumah mewah Harrison Davis berada di sebuah perumahan elit dengan fasilitas taman hutan seluas lima hektar, yang bertempat di sisi kiri dan kanan jalan besar akses masuk perumahan. Ketika ledakan itu terjadi, Kairo sontak langsung membawa Amanda lari ke pintu rahasia yang terletak di balik rak buku kecil di dekat ruang santai. Dari mana dia tahu soal pintu rahasia itu? Ya, tentu saja karena dirinyalah yang menyarankan Harrison Davis agar membuat beberapa jalan keluar sebagai alternatif bila diserang musuh! Kairo adalah seorang petarung yang sistematik, dia tahu kapan harus maju menyerang dan kapan harus mundur. Dan malam ini, di kediaman Harrison Davis, Kairo tahu dirinya tidak bisa memaksakan diri untuk bertarung. Ada terlalu banyak pasukan musuh yang menghadang rumah Harrison, dan yang terpenting dari itu semua… ada Amanda yang harus ia lindungi. Kairo terus membawa Amanda masuk ke dalam hutan, yang untung saja tidak diterangi lampu. Situasi yang gelap ini membuatnya dapat menyembunyikan diri diantara rimbunnya pepohonan dan tanaman. Mobil itu pun perlahan melewati tempat mereka bersembunyi, dan Kairo yakin seratus persen bahwa kendaraan SUV itu berisi orang-orang yang mengejar dirinya. Sial! Kairo tidak menyangka kalau secepat ini keberadaannya di Milan diketahui oleh musuhnya! Lelaki itu pun bernafas lega ketika mobil itu telah berada jauh dari mereka. Seketika ia pun menoleh untuk menatap Amanda yang berdiri di sampingnya sambil bersandar di pohon. "Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Kairo pada wanita itu. Amanda hanya mengangguk pelan, ia merasa terlalu letih untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan itu. Mereka telah berlari sejauh berkilo-kilo meter, hingga rasanya jantung Amanda hampir lepas dari rongganya. "K-Kaai...," akhirnya Amanda berhasil mengeluarkan suara lagi meski napasnya masih saja tersengal. "Ss-sebenarnya mereka... hh... siapa?" "Anggap saja mereka itu teroris," sahut lelaki itu sembari melemparkan tatapan nyalang untuk mengawasi sekitarnya. "Sejenis kelompok yang berusaha kalian berantas, Agent Peacock dari The Golden Badges!" Amanda terkesiap mendengar kode nama miliknya serta organisasinya disebut oleh Kairo. Jadi... lelaki itu sudah mengetahui identitas rahasia dirinya? Seketika wanita itu pun waspada. Bibirnya yang terpulas lipstik maroon terlihat menipis, dengan mata hijau zamrudnya yang memicing. "Hanya ada dua tipe manusia yang mengetahui tentang jati diriku yang satu itu, Kairo," suara Amanda sontak berubah. Lebih lembut, namun ada selintas nada dingin di dalamnya. Diam-diam satu tangannya bergerak ke belakang tubuh, hendak meraih pisau kecil yang berada di balik stoking hitamnya. "Satu, kami berada di pihak yang sama. Dua, kami berada di pihak yang berbeda." Tiba-tiba Kairo merasakan sebuah benda tajam dan dingin menggores kecil lehernya. Lelaki itu hanya tersenyum samar saat sebuah pisau tipis bermata dua telah menempel di lehernya. "Kamu bukanlah seorang pelukis atau bartender, bukan? Lalu siapa kamu sebenarnya?!" Sentak Amanda dengan mata hijaunya yang beradu tatap dengan netra abu gelap Kairo. Tangannya dengan sengaja menggores kulit leher lelaki itu, yang hanya beberapa senti dari urat nadinya. Kairo hendak mengucapkan sesuatu, namun tiba-tiba saja suara rentetan peluru terdengar, dan desingnya yang terasa panas tertuju kepada mereka berdua. ***Haai ❤️ Happy ending nggak harus selalu gegap gempita penuh bahagia ya. Bisa jadi seperti Kairo, yang akhirnya bahagia karena bisa kembali bersatu dengan Amanda di alam yang sama. Kepuasan karena telah hidup dengan mengutamakan cinta, itu juga the happiest ending untuk menutup sebuah cerita. Dan buat kalian semua, terima kasih karena telah menjadi bagian dari perjalanan serta petualangan Kairo-Amanda di manca negara ❤️❤️❤️ Sayangi keluarga, teman dan orang-orang yang mencintai kamu, karena mereka harta yang sangat berharga di dunia ini. It's author here, signing off. ********* THE END *********
"You either die young not knowing your future, or die old remembering your past." (Unknown)Prepare your heart, and let's enjoy the ride.***Tiga pasang mata memandangi seorang lelaki tua di hadapan mereka sambil membelalak lebar. Tak ada kata yang terucap dari bibir mereka, karena masing-masing berusaha untuk mencerna cerita masa lalu yang begitu mencengangkan untuk didengar."Jadi, dulu Mommy adalah seorang agen rahasia? Dan Daddy dulu adalah pimpinan geng mafia?!" Seru lelaki muda berparas sangat tampan itu sambil memandang Ayahnya. Ya ampun, rasanya masih sangat sulit dipercaya!!Si lelaki tua itu menatap putranya dengan senyum terkulum di bibir. Putra yang sangat mirip dengannya di waktu muda. "Unbelievable, hm? Tapi itu benar, Keenan. Begitulah cerita bagaimana Daddy bisa bertemu dengan Mommy kalian, jatuh cinta, berpetualang bersama dan akhirnya memiliki kalian semua," ucap Kairo Aldevara, sang lelaki tua itu kepada ketiga buah hatinya dengan tatapan lembut penuh kasih.Kee
Sam pun seketika terdiam mendengar perkataan Tuannya yang di luar perkiraan itu. Dan metika ia hendak membuka mulut untuk bertanya, Kairo telah lebih dulu kembali bersuara."Dario, kamu juga kubebaskan. Sampaikan kepada semua rekan-rekan Black Wolf, bahwa Kairo Aldevara telah membubarkan organisasi itu, dan kuharap semuanya mau mengerti dan hiduplah di jalan yang bersih dan benar mulai saat ini." Kairo bahkan telah menyebut anggota Black Wolf dengan sebutan 'rekan' karena rasa hormatnya."Sam dan Dario, tolong aturlah agar semua rekan kita mendapatkan kompensasi masing-masing tiga ratus juta untuk memulai kehidupan yang baru. Sedangkan untuk kalian berdua, aku sendiri yang akan memberikan kalian kompensasi yang lebih besar, meskipun mungkin masih tak sebanding dengan jasa dan pengorbanan kalian selama ini."Dario mengangguk tenang, meskipun hatinya serasa tak karuan mendengar kabar yang sangat tiba-tiba ini. "Baik, Tuan. Terima kasih atas penghargaannya," ucap lelaki yang memiliki
"Amanda!"Manik hijau cemerlang itu pun menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya dengan intonasi ceria.Seorang lelaki bertuxedo hitam dengan tubuh tinggi dan rambut pirang gelap tersenyum dan berjalan ke arahnya. Lelaki bernetra sebiru langit itu menggandeng mesra seorang wanita dengan gaun peach lengan pendek yang menjuntai hingga semata kaki. Rambut ikal lembut kemerahan yang tergerai sepanjang punggungnya membuat wajahnya yang putih terlihat makin bersinar dalam sapuan make up tipis."Selamat atas pernikahanmu ya!""Adam?!" Sontak Amanda pun berseru gembira melihat sepupunya, Adam James Wrighton dan istrinya Flora yang juga hadir di pesta pernikahannya.Ya, hari ini adalah pesta pernikahan Amanda dan Kairo, yang hanya berselang tiga hari sejak kedatangan mereka ke Indonesia. Kairo sengaja memberikan pesta pernikahan kejutan yang sama sekali tidak disangka oleh Amanda.Lelaki yang kini telah menjadi suaminya itu berkonsultasi lebih dahulu dengan Daddy Nicholas untuk m
Amanda hanya bisa cemberut ketika Kairo kembali mengurungnya di kamar, setelah peristiwa Max yang tiba-tiba datang ke penthouse mereka tanpa sepengetahuan Kairo sebelumnya. Meskipun Kairo memang tidak jadi pergi meninggalkannya untuk mengurus pekerjaan, namun tetap saja Amanda mengira kalau Kairo akan tetap pergi namun kali ini akan mengajaknya serta, karena takut Amanda berbuat yang tidak-tidak lagi.Wanita bersurai coklat itu pun lagi-lagi hanya bisa mengeluarkan desahan lelah, melihat kekasihnya yang sedang menunduk di atas meja kerja, menyelesaikan serta mempelajari beberapa dokumen penting. Karena kedatangan Max yang membuatnya kesal, maka Kairo memutuskan untuk membawa semua pekerjaannya ke kamarnya di Penthouse. Dia tidak akan memberikan kesempatan kepada calon istrinya yang nakal itu untuk membawa-bawa mantannya yang lain, untuk melakukan hal absurd dengan dalih ngidam.Tadi saja rasanya Kairo sudah ingin sekali meninju wajah Max yang menyebalkan itu jika saja Amanda tidak
"Ha-Hai, Ling-Ling." Sam meneguk salivanya dengan gugup, kala dengan terpaksa ia harus titah Sang Ratu alias Amanda untuk melakukan video call dengan kekasihnya yang berada nun jauh di Shanghai.Masalahnya, ia sangat malu. Selama ia bertugas sebagai ajudan Kairo Aldevara sang pemimpin Black Wolf, pria muda itu terbiasa berpenampilan dingin, datar dan tanpa emosi. Dan kini calon istri pemimpinnya itu malah meminta dirinya untuk bermesra-mesraan dengan sang kekasih di hadapan semua orang?!Matilah saja kau, Sam!!Hati Sam mencelos ketika melihat wajah Ling-Ling yang sangat cantik terpampang nyata di layar ponselnya. Hari ini wanita bermata sipit itu menggelung rambut hitam panjangnya ke atas membentuk bun yang imut. Helai-helai anak rambut jatuh membingkai wajahnya, pipinya yang halus dan putih terlihat merona."Sam! Kejutan sekali kamu tiba-tiba menelepon seperti ini," ungkap Ling-Ling riang. Sam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ya, biasanya Sam hanya berani menelepon paca