"Semua sudah siap, Tuan Yamamoto."Seorang lelaki berparas penuh bekas luka di wajahnya membungkuk hormat kepada Nathan Yamamoto. Lelaki yang sedang duduk di atas sofa single dengan sandaran tinggi itu menatap dingin pada bawahannya yang sedang memberikan laporan. Dua orang wanita berpakaian seksi berada di pangkuannya, sedang menyentuh tubuh Nathan dengan menggoda sambil sesekali terkikik geli ketika Nathan membalas tangan nakal mereka dengan ikut bergerilya."Bawa semuanya masuk, Hideki. Aku ingin melihat seberapa bagus kualitas kiriman kita hari ini," titah Nathan sambil mengelus bokong wanita di samping kirinya dan menyesap leher wanita di sebelah kanannya.Lelaki yang bernama Hideki itu mengangguk, lalu berjalan menuju pintu keluar dan menghilang dari ruangan. Tak berapa lama kemudian, pintu itu kembali terbuka dan Hideki beserta dua orang lelaki pun masuk sembari memberi hormat kepada Nathan, dibarengi dengan beberapa belas wanita yang berbaris di belakangnya.Nathan sontak m
"Aaaamaandaaaa...??? Dimana kamu sembunyi, Sayaaang??"Alunan suara membujuk penuh rayuan yang menggema di seluruh bangunan berbentuk rumah Jepang itu, namun sama sekali tidak membuat Amanda bergeming dari tempat persembunyiannya.Lampu yang remang-remang cenderung gelap turut membantu Amanda untuk menyelinap di antara perabot minimalis di sana.Wanita itu menundukkan tubuhnya serendah mungkin hingga sejajar dengan sebuah kotatsu (meja yang bisa berfungsi sebagai penghangat). Ia mencengkram kuat sebuah sumpit yang tak sengaja ia temukan sebagai satu-satunya senjata untuk melawan seseorang yang berwujud seperti Kairo namun mengaku bahwa dirinya bernama Phoenix Knight!Amanda tidak mengerti apa yang terjadi, tapi ia memang curiga bahwa ada sesuatu yang aneh dari Kairo. Senyum dan tatapan lelaki itu terlihat berbeda, walaupun pada awalnya Amanda mengira itu karena Kairo menderita amnesia.Wanita itu otomatis menyentuh pipinya yang terasa panas, saat tadi Kairo--atau Phoenix--menamparny
"KAIRO!" Amanda refleks meraih dan mendekap kepala Kairo yang terkulai di sampingnya agar tidak jatuh menghantam lantai beralas tatami. "Sam! Apa yang kamu lakukan?! Kenapa kamu membius Kairo?!!" Teriaknya gusar. Amarah yang terbendung di wajahnya membuat Sam pun terkesiap kaget. "Saya... hanya ingin menyelamatkan Anda, Nona..." tukas lelaki bermata sipit itu dengan sikap yang serba salah karena mendapatkan tatapan tajam dan menusuk dari Amanda. Ia pun mencoba menjelaskan maksud dan tujuannya membius Kairo. "Begini Nona, sebenarnya lelaki itu bukanlah Tuan Kairo. Melainkan--""Sebaiknya kamu segera pergi dari sini," ucapan Monica yang dingin tiba-tiba memotong perkataan Sam. Mata biru safirnya saling beradu tatap dengan netra hijau Amanda. Monica geram sekali melihat Amanda memeluk Kairo seperti itu! Wanita bersurai coklat itu pun mengepalkan tangannya. Perlahan, Amanda pun merebahkan Kairo di atas tatami, lalu berusaha berdiri berhadapan dengan Monica, dengan menahan rasa sakit
Sementara itu, sudah beberapa jam ini Kaivan hanya mengemudikan mobilnya tak tentu arah. Ia telah kehilangan mobil Kairo yang membawa Amanda pergi, karena dua buah mobil hitam yang tiba-tiba saja memepet mobilnya di kiri dan kanan. Lelaki itu melonggarkan dasi tuksedonya dengan jengkel.Sudah sejak tadi ia mencoba menghubungi Amanda, namun ponsel wanita itu tak juga diangkat. Sekarang lelaki dengan rambut pekat berombak itu pun mulai khawatir.Ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah hampir jam sembilan. Memang belum terlalu malam baginya dan Amanda yang sudah dewasa, hanya saja keberadaan tunangannya yang entah dimana membuat Kaivan uring-uringan!Suara dering telepon membuyarkan pikirannya yang berkecamuk tak tentu arah, membuat lelaki itu meraih alat komunikasi itu dari dasboard dan berdebar gembira melihat siapa yang meneleponnya."Halo? Amanda? Kamu dimana, Sayang? Kamu baik-baik saja kan?""Halo, Kaivan. Aku baik-baik saja," sahut Amanda sambil ter
"Bye, Sam. Senang bisa berkenalan denganmu."Sebelum moncong senjata itu mengeluarkan peluru yang akan menembus jantung Sam, tiba-tiba Monica menginjak kaki Phoenix kuat-kuat. Karena kaget dan kesakitan, bidikan Phoenix pun berubah ke arah sisi ruang yang kosong.Kesempatan itu digunakan oleh Monica untuk membebaskan diri dari lelaki itu, sementara Amanda justru maju dan menerjang tubuh Phoenix dengan keras hingga mereka berdua pun sama-sama terjatuh ke lantai yang beralaskan tatami.Amanda kini telah berada di atas tubuh Phoenix, dan Sam pun segera bertindak bermaksud untuk membantu Amanda. Namun langkah kaki lelaki bermata sipit itu pun terhenti ketika melihat Amanda yang malah menempelkan bibirnya di bibir Phoenix!Semua yang melihat sontak terpana dengan apa yang dilakukan Nona Muda itu, dengan penuh keberanian mengecup lelaki yang baru saja menginginkan kematiannya!Amanda melepaskan tautan bibirnya, lalu menatap lekat lelaki di bawahnya. Ia pun menelan ludah dengan berat."Ken
Amanda tidak mengindahkan larangan Nicholas untuk tidak mendatangi rumah mereka di Gaienmae yang telah habis terbakar api. Wanita itu hanya ingin memastikan bahwa semua maid di sana baik-baik saja, dan mencari dokumen berharga yang mungkin masih bisa diselamatkan.Sesampainya di sana di pagi harinya, Amanda merasa lega karena kebakaran itu tidak menimbulkan korban jiwa, namun sangat terkejut ketika salah seorang maid wanita paruh baya membisikkan sesuatu kepadanya."Yakuza," ucapnya lirih di telinga Amanda. Matanya yang menyorotkan ketakutan berputar cemas kesana kemari. Amanda mengalihkan tatapannya ke arah rumah mewah tiga lantai yang kini telah menghitam dilahap sang jago merah. Rasanya percuma berharap ada dokumen yang bisa diselamatkan melihat kondisi bangunan yang semengenaskan itu. Semua orang bisa selamat saja sudah sangat bersyukur.Amanda memalingkan wajahnya kembali kepada maid yang tadi membisikkan kata 'Yakuza' di telinganya, namun ternyata wanita itu sudah tidak ter
Keterdiaman Amanda membuat Kaivan semakin kesal. Dalam bayangan liarnya, Amanda dan Kairo pasti telah berselingkuh di belakangnya! Lelaki itu lalu mencengkram lengan atas tunangannya. "Itu benar kan? Semalam kau tidur dengan Kairo?!" Amanda menggeleng pelan. "Aku tidak melakukan itu, Kaivan. Sungguh." "Lalu dimana saja kamu semalaman?!" Guncangan frustasi Kaivan di lengan Amanda membuat wanita itu seketika merasa bersalah, tapi ia memilih untuk berkata jujur karena Kaivan memang pantas mendapatkannya, meskipun mungkin akan menyakitkan. "Aku di rumah... Kairo." Kaivan menajamkan sorot mata pekatnya kepada Amanda. "Jadi semalaman kamu bersamanya, dan kalian tidak melakukan apa-apa?! Apa kamu berharap aku akan percaya semua omong kosong itu??" Amanda kembali menggeleng. "Tapi aku dan Kairo sungguh tidak melakukannya..." "Baik. Anggap aku percaya kalau kalian tidak tidur bersama. Tapi apakah dia menciiummu??" Kali ini Amanda tak bisa mengelak, karena ekspresinya tidak bisa be
Perkelahian itu sangat tidak seimbang. Kairo tentu saja jauh lebih unggul dari Kaivan, karena memiliki banyak pengalaman bertarung hampir seluruh hidupnya.Kedua lelaki dengan wajah serupa dan tubuh yang sama-sama atletis serta otot-otot tubuh yang menonjol itu saling berbaku hantam di ruang tamu, disaksikan oleh Amanda dan Sam serta tiga orang maid yang kembali datang karena mendengar suara-suara berisik. "Sam! Jangan diam saja, lerai mereka!" Jerit Amanda ketika melihat Kaivan yang sudah kewalahan dan terluka melawan Kairo yang beringas.Sam menggeleng pelan penuh penyesalan. "Saya masih sayang nyawa, Nona. Tuan Kairo bisa mencincang saya kalau berani menghalangi beliau untuk menghajar tunangan Anda. Maaf."Amanda membelalakkan mata tak percaya dengan ucapan Sam itu. Pasti dia mengada-ada! "Baik! Kalau kau tidak mau melerai mereka, maka aku yang akan melakukannya!" Sergah Amanda kesal."KAIRO! STOP!" Amanda menjerit sekuat yang ia bisa, antara frustasi dan cemas melihat Kaivan ya
Suara rentetan senjata yang terdengar dari kejauhan membuat Nathan menghentikan pagutannya di bibir Amanda. Lelaki itu mengangkat wajahnya dengan sikap waspada, menajamkan telinga untuk membaca situasi yang sedang terjadi di pulau pribadi miliknya."Chikuso (sial)!!" Umpatnya kesal sambil beranjak dari ranjang dan meraih cepat ponselnya yang tergeletak di meja."Apa yang terjadi?!" Bentaknya pada seseorang di telepon. Raut tampan namun licik itu pun seketika berubah menegang. Ia melirik Amanda yang masih berada di atas ranjang, dan mendengus. "Siagakan semua penjaga. Tembak mati orang yang masuk ke pulau ini siapa pun itu, terutama Kairo Aldevara dan Kaivan Alvarino," titahnya sebelum menutup telepon. Nathan barusan berkomunikasi dalam bahasa Jepang yang tidak dimengerti Amanda, namun wanita itu bisa mendengar kalau Nathan juga menyebut nama Kairo dan Kaivan!Apa itu artinya mereka ada di Pulau ini??Jantung Amanda serasa berdebar penuh antisipasi.Semoga saja perkiraan itu benar!
"Aaaa... Nathan, hentikaaan!!" Amanda menjerit kencang ketika Nathan yang sudah bertelanjang dada tiba-tiba saja menyergap tubuhnya. Wanita itu meronta-ronta dalam kungkungan lelaki blasteran Jepang-Eropa itu, yang tentu saja sangat sulit dilakukan dalam keadaan tangan dan kaki yang diborgol. Amanda menggigit otot bisep Nathan sekuat tenaga, membuat lelaki itu mengaduh kesakitan lalu menampar keras wajahnya. "Aku akan benar-benar membunuhmu jika kau melakukan itu lagi!" Bentaknya dengan mata coklatnya yang nyalang. "Tunggu. Tidak, aku tidak akan membunuhmu, tapi membunuh Daddy tercintamu itu!" Sontak Amanda pun terdiam. Matanya mengerjap-ngerjap berulang kali menahan rasa sakit di pipinya yang memar akibat tamparan Nathan, juga pada egonya yang akan hancur karena perbuatan biadap lelaki itu tak lama lagi."Fine," ucap Amanda dengan memejamkan matanya rapat-rapat. Kedua tangannya mengepal kuat, berusaha mengeraskan hati dan harga diri agar tidak luluh lantak berantakan."Lakukan
*Lokasi : Tokyo, JepangKairo, Sam, serta Kaivan yang telah sadar dari pingsannya, kini masih terduduk lemas di jalanan di depan gedung apartemen, bersama dengan para penghuni apartemen yang selamat. Belum ada informasi apakah ledakan itu memakan korban jiwa, namun ada cukup banyak orang yang terluka.Wujud ketiga lelaki itu sangat berantakan, dipenuhi oleh jelaga yang membuat wajah mereka coreng-moreng dan menghitam.Masih terlihat sedikit asap yang keluar dari sebagian tembok yang telah rusak dan bolong di lantai 27, tempat dimana unit milik Kaivan berada, serta TKP dimana bom waktu yang pada akhirnya meledak tanpa bisa dihindari.Belasan ambulans mulai berdatangan untuk menolong para korban. Dua orang petugas medis datang untuk memeriksa kondisi mereka bertiga. Tak ada luka yang berarti selain telinga mereka yang tidak bisa mendengar untuk beberapa saat akibat kuatnya suara ledakan, serta kulit dan mata perih karena berkubang dengan kobaran api."Kita pergi sekarang, Sam." Kairo
Amanda mulai membuka kelopak matanya yang terasa sangat berat. Kepalanya pusing dan seperti berputar, perutnya serasa diaduk. Gejala yang ia alami mirip sekali seperti seseorang yang mengalami hangover. "Hello, beautiful..." Sebuah suara yang mengalun berat sontak membangunkan Amanda, hingga kali ini ia benar-benar membuka matanya lebar-lebar.Sepasang mata coklat cemerlang namun dingin membalas tatapannya. Meskipun berbeda, namun entah kenapa tatapan itu sejenak mengingatkan Amanda pada Phoenix Knight.Tatapan datar bagai jiwa yang kosong.Amanda menelan ludahnya dengan gugup. Seketika ingatannya kembali kepada beberapa jam yang lalu, saat dirinya dan Kaivan yang berniat mengunjungi Daddy di apartemen.Namun yang mereka temukan bukan hanya Daddy yang sedang pingsan tergeletak di lantai dengan tangan dan kakinya yang terikat oleh tali, namun juga keberadaan dua orang lelaki asing dan juga...Nathan. Nathan Yamamoto.Amanda pun tak sadarkan diri setelahnya, karena ia dibekap denga
Mobil Bugatti Kairo dengan Sam sebagai drivernya hampir tiba di gedung apartemen milik Kaivan, dimana Nicholas Wrighton tinggal. Berkat anak buah Sam yang terus memantau pergerakan Nicholas, mereka pun bisa mengetahui posisi lelaki itu menetap, setelah rumahnya habis dilahap oleh api. "Apa sudah ada informasi mengenai penyebab kebakaran?" Tanya Kairo kepada ajudannya itu. "Ada informasi penting terkait hal itu, Tuan. Kebakaran di kediaman Nicholas Wrighton sepertinya memang disengaja," tutur Sam. "Yakuza pelakunya. Mereka geram dan meneror Nicholas karena tanpa sengaja Nicholas telah menyelamatkan seorang wanita yang akan dijadikan budak pemuas nafsu pemimpin mereka." Kairo mengernyit. Damn! Apa ini artinya ia akan kembali berurusan dengan mafia di negara ini? "Apa kamu yakin Yakuza berada di balik ini semua, Sam?" "Kalau dilihat dari jejak yang mereka tinggalkan, saya yakin 90%, Tuan." Mobil itu kemudian memasuki bagian entrance gedung apartemen dan berhenti tepat di lobby.
Langkah Amanda terhenti di sebuah halte bis. Sejenak ia pun duduk sambil melepas penat karena berlarian entah berapa kilo meter dari kediaman Kairo. Wanita itu sama sekali tidak menyadari kalau dirinya telah menjadi pusat perhatian orang-orang di sana, yang mengenal dirinya sebagai seorang model Internasional ternama dari Asia. Bahkan beberapa orang laki-laki dan perempuan diam-diam memotret dirinya dan berguman lirih, "kawaii (cantik)!" Mereka tak pernah menyangka akan menyaksikan model terkenal itu mengenakan pakaian kimono Jepang bermotif bunga biru muda dan peach, lalu menyanggul rambutnya dengan model simpel berponi yang manis sehingga membuat semua terpukau melihatnya. Amanda kemudian berdiri, memutuskan untuk mulai mengaktifkan ponsel dan menelepon Daddy-nya. Satu kali, dua kali, tiga kali... dan hanya nada dering yang terus terdengar hingga sambungan telepon itu pun akhirnya terputus. Sekali lagi Amanda mencoba untuk menelepon, namun hasilnya tetap sama. Daddy tidak m
Di dalam ruangan yang mirip sel penjara dengan lampunya yang temaram itu, Sam masih setia menunggui Kairo yang sedang beristirahat. Posisi Tuannya itu sama sekali belum berubah sejak satu jam yang lalu, yaitu duduk di sebuah kursi besi yang ditempa dan menempel kuat di dinding, dengan borgol dan rantai yang membelenggu kedua tangan serta kakinya.Ketika kemudian pada akhirnya kelopak mata Kairo mulai bergerak-gerak perlahan, Sam pun mulai bersikap waspada. Tatapan dari mata sipit lelaki itu terus tertuju hanya kepada wajah Kairo.Terdengar erangan lirih dan umpatan pelan, sebelum akhirnya netra kelabu itu mengerjap-kerjap dan perlahan terbuka. "Sam?"Reaksi pertama lelaki itu adalah terkejut karena dipandangi dengan tajam oleh ajudannya, dan reaksi keduanya adalah berteriak gusar ketika menyadari bahwa tangan dan kakinya berada dalam belenggu.Dari kedua reaksi tersebut, Sam pun bisa menarik kesimpulan bahwa kepribadian yang sedang ia hadapi sekarang ini adalah Phoenix Knight."LE
Amanda merasa jauh lebih segar ketika telah mandi dan berpakaian. Tadi sebelumnya, seorang maid dengan busana kimono khas Jepang masuk ke dalam kamarnya untuk memberikan sebuah gaun santai sebatas lutut lengan pendek berwarna fuschia, yang terlihat sangat indah ketika berpadu dengan warna kulitnya yang keemasan.Maid itu juga menawarkan untuk memandikan Amanda seperti layaknya putri-putri Jepang kuno jaman dahulu yang dimandikan dayang-dayangnya, namun wanita itu menolaknya. Ia lebih suka privasi, dan merasa aneh jika banyak tangan asing menyentuh tubuhnya.Selesai mandi, Amanda bermaksud mencari Kairo terlebih dahulu sebelum menelepon Daddy. Namun ketika ia keluar dari kamar, Amanda bertemu Monica dengan mata biru safirnya yang melotot lebar melihat dirinya."Apa yang kau lakukan di kamar Kairo??!" Bentak wanita pirang itu dengan ekspresi geram. Amanda tersenyum manis. "Hmm... kira-kira apa yang dilakukan seorang wanita di kamar pria??" Ia balik bertanya. Lalu ia pun mendekati w
Mungkin karena malam sebelumnya Amanda tidak bisa tidur dengan nyenyak, maka wanita itu masih terus terlelap dalam dekapan Kairo. Hingga mobil yang membawa mereka pun akhirnya sampai di rumah kediaman yang luas bergaya Jepang kuno itu.Kairo tidak ingin membangunkan Amanda, maka ia menggendongnya langsung menuju kamar utama dibantu oleh maid yang membukakan pintu geser untuk Kairo dan Nona Muda yang berada dalam dekapannya.Sam mengetuk pelan pintu kamar Kairo, dan segera masuk setelah mendengar suara Tuannya. Ia membawakan sebuah map hitam dan meletakkannya di atas meja. Tatapan lelaki itu kemudian beralih kepada Tuannya yang sedari tadi terdiam tak bergeming memandangi Nona Amanda dengan tatapan penuh sejuta makna.Seketika kecemasan pun melanda lelaki bermata sipit tersebut."Tuan, sebaiknya Anda berhati-hati. Jangan sampai--""Aku mengerti, Sam," potong Kairo tanpa melepaskan pandangannya sedetik pun dari bidadari yang sedang terbaring dengan nyenyak di ranjang. Bahkan saat tid