Arkan merasa sangat terkejut pada perbuatan agresif dari wanita yang sudah menguasai bibir dan melumatnya dengan penuh gairah. Bahkan ia sampai sulit untuk mengimbangi permainan liar tersebut. Dengan lidah yang saling membelit, kulit yang sudah bersentuhan karena kini kancing kemeja yang dipakainya sudah terbuka semua, sehingga sentuhan jemari Rini yang menyusuri dada bidangnya, membuat tubuhnya menegang dan bergairah.
Kemudian Arkan ingin mengambil kendali dengan membalikkan keadaan, yaitu dengan cara membuat posisi wanita yang ada di atasnya itu berubah berbaring di atas sofa. Tatapan gelap yang menatap lekat ke arah sosok wanita yang sudah berubah merah wajahnya, seolah menegaskan bahwa Rini sudah sangat menginginkan lebih darinya karena terbakar gairah yang membakar.
"Sabar, Sayang. Kita mulai pemanasan dulu," ucap Arkan dengan tatapan parau yang lekat mengarah pada satu titik, yaitu dua benda membusung di depannya yang membuat
Zaara yang dari tadi larut dalam bunga tidurnya, mendengar riuh suara dari para penumpang di dalam bus yang melaju tersebut. Sehingga saat ia berusaha memulihkan kesadarannya saat kelopak matanya belum terbuka, merasa aneh dengan posisi tidurnya yang seolah memeluk erat seseorang. Refleks ia langsung membuka mata untuk memastikannya dan betapa terkejut saat menyadari kebodohannya. Yakni, tidur dengan bersandar di dada bidang pria yang terlihat tengah tertidur itu. Bahkan ia menyadari tangannya yang memeluk tubuh kekar Willy tanpa menyadarinya.Refleks Zaara memukul jidatnya berkali-kali saat menyadari kebodohannya. "Astaga, kenapa aku bisa tidur memeluknya? Memalukan sekali. Dia pasti berpikir macam-macam padaku. Atau dia tadi tertidur ya? Semoga saja begitu, jadi dia tidak tahu kalau aku tidur dengan memeluknya," lirih Zaara yang sudah menatap intens ke arah pahatan sempurna di sampingnya.Dimulai dari hidung mancung dan bibir tebal d
Selama di dalam perjalanan menuju ke rumah mantan pelayannya, Zaara masih sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang ditakutkannya. Sehingga ia dari tadi hanya diam saja saat naik ojek online. Tanpa disadarinya, motor yang ia tumpangi sudah berhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana yang bagian depannya terlihat sangat asri karena ada banyak bunga berwarna-warni menghiasinya.Sejauh mata memandang, Zaara terlihat berbinar begitu melihat aneka bunga yang terlihat sangat indah tersebut. Bahkan ia yang sudah turun dari motor, langsung berjalan ke arah bunga berwarna-warni yang sangat disukainya. Karena dari kecil ia sangat menyukai bunga dan selalu ikut menanam bersama almarhumah ibunya. Namun, semenjak ibunya meninggal, hobi dan semua hal-hal kesukaan dan kebahagiannya seolah musnah begitu saja."Indah sekali, bunga-bunga ini," ucap Zaara yang sudah asyik menyentuh satu persatu bunga-bunga yang indah tersebut. Mulai dari bunga maw
Zaara sudah tidak mampu menopang beban tubuhnya karena efek gemetar dan seolah lemas ketika melihat hasil dari testpack yang menyatakan dirinya positif hamil ketika ada 2 garis merah di sana.Sehingga ia langsung berjongkok di sudut kamar mandi dan membenamkan wajahnya di antara kedua pahanya. Tentu saja ia langsung menangis terisak di sana. Rasa menyiksa benar-benar dirasakannya saat menangis dengan suara tertahan, agar tidak ada yang mendengar tangisannya."Kenapa hidupku selalu menderita? Apakah memang aku dilahirkan hanya untuk hidup menderita? Apa yang harus aku lakukan? Aku hamil anak dari pria yang sudah hidup berbahagia dengan wanita ular itu. Apa yang harus aku lakukan? Aku akan semakin merepotkan ibu Endang dan abang Willy. Bagaimana ini? Mungkin aku bisa menyembunyikan ini selama beberapa bulan, tetapi tidak selamanya. Karena lama-kelamaan perutku akan semakin membuncit," gumam Zaara yang masih terus terisak.
Rini mengerutkan keningnya saat melihat rasa keingintahuan dari sosok pria tampan yang sebentar lagi akan menikahinya. Rasa cemburu dirasakannya dan berhasil membangkitkan emosi yang ada di dalam jiwanya. Karena apapun yang berhubungan dengan Zaara, selalu membuatnya merasa murka dan tidak bisa membendung amarah. Tentu saja itu karena ia sangat membenci putri dari mantan suami yang tidak pernah menerima kehadirannya sebagai ibu tiri."Kenapa kamu malah menanyakan nama gadis tidak tahu diri itu, Arkan? Apa kamu merasa penasaran dengan anak tiriku?"Arkan bisa melihat kilatan amarah dari manik kecoklatan wanita yang mengarahkan tatapan kelam di depannya. "Calm down, my baby. Kenapa kamu malah marah-marah padaku? Bukankah kamu sendiri yang mulai bercerita dan membangkitkan rasa ingin tahuku? Jangan suka marah-marah, nanti kamu cepat tua."Refleks Rini yang semakin merasa kesal, langsung mengarahkan tangannya pada perut bero
Zaara menatap ke arah telapak tangan dari Willy yang ditunjukkan ke depan wajahnya. Tentu saja ia langsung merutuki kebodohannya karena membuang bekas pembungkus testpack di tempat sampah yang ada di kamar mandi."Bang Willy, itu ...."Karena merasa kebingungan untuk menjawab, membuat Zaara tidak bisa melanjutkan perkataannya. Ia merasa sangat kebingungan saat menjelaskan tentang apa yang saat ini tengah dialaminya.Willy yang pagi tadi membuang bekas alat cukur di tempat sampah, tidak sengaja indera penglihatannya melihat ke arah bungkus testpack di tempat sampah. Sehingga ia yang ingn memastikannya, meraih bungkus alat tes kehamilan tersebut dan menunggu waktu yang pas untuk berbicara dengan Zaara. Dan di saat inilah waktu yang tepat untuk membicarakannya saat Zaara sudah muntah-muntah.Willy yang daritadi menatap tajam gadis yang terlihat sangat kebingungan itu, masih ingin mendengar penjelasan da
Zaara masih terus menatap wajah tampan Willy yang terlihat tidak bermain-main dengan ucapannya. Karena terlihat sebuah keseriusan dari netra pekat dengan silinder hitam yang masih intens menatapnya. Menyadari posisinya yang sangat intim, yaitu tubuhnya masih dalam pelukan Willy, membuat Zaara refleks menjauh."Maaf Bang, aku jadi lemah seperti ini. Apa kata Abang tadi, menikahiku? Abang Willy bercanda," ujar Zaara yang sudah bangkit dari posisinya yang daritadi berjongkok dan sekarang ia sudah berdiri. Perasaannya kini tak menentu saat mendengar keputusan dari pria yang sudah dianggapnya sebagai abangnya sendiri.Willy mengikuti pergerakan dari Zaara dengan bangkit dari posisinya dan kini posisinya sejajar dengan gadis di depannya yang terlihat sangat gelisah tersebut. "Hanya inilah jalan keluarnya, Zaara. Tidak ada cara lain karena janin yang ada dalam rahimmu butuh nama ayah. Agar tidak ada yang menyebutnya anak haram."
Willy membenarkan perkataan dari sang ibu dengan sebuah anggukan kepala dan sekilas melirik ke arah sosok gadis yang saat ini tengah meremas roknya. Tentu saja ia bisa membaca kegelisahan dari Zaara yang terlihat sangat jelas seperti seorang anak yang ketakutan setelah tertangkap basah melakukan kesalahan."Zaara, kamu tidak apa-apa?""A-aku ...."Zaara menoleh ke arah wanita paruh baya di samping kanannya, "Ibu, aku butuh waktu untuk memikirkannya. Tolong, jangan hubungi papaku dulu karena aku masih belum siap. Aku mohon, Bu," lirih Zaara yang sudah menyatukan telapak tangannya dan menampilkan sorot mata penuh permohonan.Endang langsung menurunkan tangan Zaara ke bawah dan merengkuhnya ke dalam pelukannya. "Jangan seperti ini, Zaara. Ibu bisa mengerti apa yang tengah kamu rasakan. Pasti kamu takut papamu akan marah padamu, kan? Tenang saja, biar kami yang memikirkannya."
Arkan dan Krisna tengah fokus menatap ke arah benda pipih yang menampilkan video dari seorang gadis dengan rambut panjang di bawah bahu. Tentu saja suara rintihan kesakitan bisa didengar oleh indera pendengaran mereka. Sedangkan bocah berusia 3 tahun itu terus berbicara dengan menyebutkan 'atak Sara' dengan jari telunjuk yang mengarah pada ponsel tersebut.Tentu saja Arkan kini mulai mengerti apa yang dimaksud oleh Arka dan saat ia melihat sosok gadis yang sudah diperlakukan sangat kasar oleh Rini, membuatnya benar-benar tidak bisa berpikir jernih."Zaara? Dia ... adalah anak tiri yang selalu diceritakan oleh Rini dan menjadi pelampiasannya untuk membalas dendam pada Cakra Baihaqi. Jadi, Zaara adalah putri pria yang merebut kekasihku dan aku sudah memperkosa gadis malang yang sudah tidak mempunyai ibu kandung dan selalu menangis saat mengingat almarhumah ibunya. Takdir macam apa ini? Bagaimana mungkin?" batin Arkan yang langsung menole