Arkan yang melihat manik bening Zaara menatapnya dengan sangat intens, tentu saja membuat ia merasa sangat penasaran dengan hal apa yang akan disampaikan oleh wanita di sampingnya. "Iya, Sayang. Katakan saja, aku siap mendengarkan."
Zaara masih sibuk untuk menormalkan perasannya. Karena saat ini, ia benar-benar merasa sangat gugup untuk berkata jujur pada Arkan tentang rahasia terbesar yang selama ini disimpannya rapat-rapat dan tidak ada satu pun orang yang mengetahuinya.
"Sebenarnya ...."
Arkan mengarahkan tangannya ke arah Zaara saat ponselnya berdering. "Sebentar, Sayang." Arkan meraih ponsel pintar di saku jasnya dan langsung menggeser tombol hijau ke atas, karena mendapat telfon penting dari rekan bisnisnya. Kemudian ia berbicara panjang lebar dalam bahasa asing.
Sementara itu, Zaara hanya diam sambil mengamati wajah tampan yang serius saat berbicara dalam bahasa asing yang ti
Zaara melangkahkan kaki jenjangnya mengikuti langkah pria yang dari tadi menggenggam erat tangannya yang basah karena keringat dingin. Begitu ia masuk ke dalam ruangan kamar yang tidak berubah sedikit pun, ia pun langsung mengingat momen pertama kali saat berada di dalam kamar itu bersama dengan pria yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali.Cinta pertama dan sekarang ia berharap itu akan menjadi cinta terakhirnya setelah kembali bertemu dengan pria yang merengkuh tubuhnya. Ia menoleh ke arah Arkan dengan tatapan penuh kegelisahan."Daddy, aku ...."Arkan langsung memotong suara dari Zaara yang terdengar bergetar saat memanggil namanya. Karena ia ingin mengingatkan Zaara tentang momen manis saat mencium bibir merah merekah Zaara yang menjadi ciuman pertama dari gadis itu."Sayang, kamu ingat first kiss yang aku lakukan padamu dulu di situ?" Menunjuk ke arah tempat saat dulu ia mencium Zaa
Begitu sampai di perusahaan, Zaara dan Arkan masih berada di dalam mobil, setelah melakukan perjalanan dari Jakarta ke Bandung. Awalnya, Zaara memohon pada Arkan agar menurunkanya di pinggir jalan dekat dengan perusahaan, tetapi pria yang tidak mau melepaskan pelukannya itu, hanya menggelengkan kepala. Dan tidak mau menuruti permintaannya dengan alasan tidak akan ada yang melihatnya turun dari mobil karena jam pulang kantor sekitar 15 menit lagi.Meskipun Zaara merasa lega karena bisa kembali ke perusahaan tepat waktu, ia masih merasa sangat takut jika sampai ada yang melihatnya keluar dari mobil mewah Arkan dengan mengenakan gaun indah yang masih melekat di tubuhnya. Saat ini, Zaara sibuk menepuk jidatnya karena merutuki kebodohannya karena melupakan hal yang sangat penting. Sehingga yang menjadi sasarannya adalah Arkan. Apalagi pria yang dicintainya itu malah sibuk mentertawakan kebodohannya.Dengan tangan yang sibuk memukul lengan k
Zaara tidak bisa bisa tinggal diam saat merasa perbuatan dari Willy kali ini membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Apalagi ia baru saja mengecap sebuah kebahagiaan. Karena itulah ia tidak mau melepaskan kesempatan emasnya."Aku berhak bahagia," gumam Zaara di dalam hati. Setelah berhasil berpikir jernih, ia mengeluarkan semua unek-unek yang mengganjal di hatinya."Apa yang Abang Willy katakan? Aku sangat menikmati pekerjaan ini. Jadi, jangan menyuruhku untuk berhenti bekerja. Aku berhak untuk menentukan apa yang terbaik untukku! Tolong hormati keputusanku dan jangan seenaknya memaksakan kehendak, Abang! Akan tetapi, sebelumnya aku memohon maaf pada Abang karena telah membantah perintah."Willy saat ini benar-benar merasa sangat kecewa dan terluka begitu mendengar kalimat pedas dari Zaara. Kali ini, ia seperti melihat orang lain. Bukan Zaara yang biasanya selalu patuh pada setiap perkataannya. Akan tetapi, sa
Roni akhirnya menuruti perintah dari Rini dan memilih untuk menginap di hotel yang ada di sekitar area perusahaan. Tentu saja agar dia bisa lebih dekat saat menyelidiki sosok wanita yang baru diketahui namanya adalah Zaara. Namun, sebelum itu, ia sudah mencari tahu alamat yang merupakan tempat tinggal dari pasangan suami istri tersebut. Dengan alasan adalah teman lama pria bernama Willy, ia yang mengaku adalah teman kantornya dulu kehilangan jejak kontak dan memilih mencari tahu di perusahaan.Dengan sangat mudah ia mengantongi alamat Willy dan ia kini tengah dalam perjalanan menuju ke rumah tersebut. Suasana gelapnya malam, tak menyurutkan dirinya untuk melakukan tugasnya agar wanita yang sangat dicintainya itu merasa senang dan mau menerima cintanya.Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, akhirnya ia tiba di depan rumah yang dituju dan mobil miliknya sudah terparkir rapi di pinggir jalan yang berada di seberang rumah Willy. Selama di
Arkan baru saja selesai membersihkan diri dengan cara mandi di bawah guyuran air shower yang dingin. Merasa kepalanya pusing karena dari tadi asyik memikirkan Zaara saat Willy memarahinya, tentu saja berhasil menyiksanya. Karena yang paling ia takuti adalah saat pria itu memaksa Zaara untuk melayaninya karena efek marah. Ia yang saat ini masih memakai jubah handuk berwarna biru dengan rambut basah berantakan, terlihat tengah menatap pantulan dirinya di depan cermin."Zaara, harusnya kita tunjukkan saja pada dunia bahwa kita saling mencintai. Rasanya aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Pria itu harus tahu mengenai masa lalu kami yang mempunyai sebuah ikatan cinta yang sangat kuat. Karena waktu 3 tahun, tidak membuat cinta kami pudar. Maafkan aku, Zaara. Sepertinya aku harus mengatakan semuanya pada Willy besok."Setelah mengganti jubah handuknya dengan pakaian santai, niat Arkan adalah ingin menghubungi Zaara. Tentu saja ia ingin mende
Sosok wanita yang baru saja turun dari mobil berwarna merah, terlihat memakai long dress berwarna hitam dengan tas jinjing yang berada di tangan kirinya. Setelah menutup pintu mobil dan mengunci otomatis mobil miliknya, wanita dengan tubuh seksi itu kini berjalan ke arah lobi hotel dan langsung menuju ke arah lift yang akan membawanya menuju ke lantai 5. Di mana kamar pria yang disuruhnya untuk memata-matai Zaara ada di sana."Kali ini, aku akan membuat anak sialan itu membayar mahal kesalahannya, karena membuatku hidup menderita selama 3 tahun ini. Aku akan menghabisimu, karena tidak ada yang boleh memiliki Arkan. Hanya aku yang berhak atas Arkan!" Rini mengepalkan kedua tangannya dan wajahnya terlihat penuh kemurkaan.Begitu pintu lift terbuka, kaki jenjangnya melangkah keluar dan ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling pintu kamar hotel untuk mencari nomor 521. Begitu menemukan kamar yang dicarinya, ia langsung mengetuk pintu berwarna c
Suasana pagi hari dengan udara yang lebih dingin dari hari-hari sebelumnya, membuat bulu kuduk Zaara meremang saat terbangun dari alam bawah sadarnya. Ia yang tadinya memeluk malaikat kecilnya di bawah selimut tebal berwarna pink. Dengan kelopak mata yang baru saja terbuka, Zaara memandang ke arah langit-langit kamar dan pikirannya kini tengah mengingat kejadian semalam.Di mana Willy membawa ponselnya dan sudah bisa dipastikan bahwa hubungannya dengan secret daddy-nya telah ketahuan. "Nanti, aku menunggu abang Willy yang membuka suara atau aku langsung mengaku padanya mengenai siapa sebenarnya daddy Arkan, ya?"Masih menimbang-nimbang keputusannya, Zaara belum juga berniat bangkit dari ranjang atau pun keluar dari kamar. Tentu saja saat ini, detak jantungnya berdebar kencang saat memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin akan dialaminya hari ini. Dengan mencoba mengambil napas teratur, Zaara berusaha untuk menormalkan pera
Willy mengerutkan keningnya saat melihat sosok wanita yang sama sekali tidak dikenalnya. Namun merasa aneh saat wanita dewasa yang memiliki paras lumayan cantik dan memilki badan bak gitar spanyol itu menatapnya. Willy merasa tidak suka, karena melihat sosok wanita memakai dress ketat selutut yang jelas menampilkan lekuk tubuhnya, tengah tersenyum begitu melihatnya."Anda siapa? Maaf, saya tidak bisa lama-lama di sini, karena saya harus bekerja 5 menit lagi."Rini hanya menyunggingkan senyuman tipis dan tanpa berniat memperkenalkan diri pada pria yang sangat ketus padanya. "Dasar bodoh! Apa kamu masih bisa berlagak di depanku setelah melihat istrimu mengkhianatimu," gumam Rini di dalam hati.Masih dengan tenang, Rini meraih ponselnya yang berada di dalam tas. Kemudian memperlihatkan sebuah video pada pria yang terlihat sangat terkejut karena membeliakkan matanya."Kamu tidak perlu mengenalku, aku pun