Selama di dalam perjalanan menuju ke arah Mansion keluarganya, Zaara terlihat sangat gelisah dan meremas rok yang dipakainya. Bahkan degub jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya karena memikirkan nasib dari papanya yang mungkin akan terluka karena ditinggalkan oleh wanita yang selama ini kejam terhadapnya. Tentu saja ia kini tengah berpikir, bahwa pengorbanannya selama lima tahun belakangan akan sia-sia jika sampai ayahnya berakhir ditinggalkan oleh ibu tirinya.
'Papa, bagaimana nasib papa saat wanita iblis itu kembali pada daddy Arkan. Daddy ... rasanya pria jahat itu tidak pantas aku sebut daddy. Dia sangat jahat, sama seperti wanita ular berbisa itu,' lirih Zaara dengan tangan yang mengepal.
Sorot mata yang masih merah akibat menangis tadi, kini berubah makin memerah, penuh dengan kilatan amarah. Bahkan ia saat ini ingin berteriak sekencang-kencangnya untuk melampiaskan amarahnya, tapi ia tidak bisa melakukannya saat di dalam
Jangan lupa review bintang 5 dan memberikan komentar positif ya. Follow juga Ig aku dianalmaksum. Terima kasih 🥰🙏
Cakra Baihaqi baru saja tiba di Mansion setelah ia pergi ke sekolah Zaara untuk mengecek apakah putrinya masuk sekolah. Namun, rasa kecewa dan berbagai penyesalan mulai menghantui dirinya saat menyadari kesalahannya yang tanpa pikir panjang mengusir putri satu-satunya dari istri pertama. Awalnya, ia hanya terbawa emosi hingga membuatnya tidak sengaja mengeluarkan kalimat pengusiran. Ia berpikir bahwa Zaara akan meminta maaf dan menjadi gadis penurut seperti biasanya. Apalagi putrinya tidak membawa apa-apa saat pergi dari Mansion. Saat ini, rasa khawatir yang dirasakan olehnya, benar-benar telah membuatnya frustasi dan penyesalan yang teramat mendalam memenuhi jiwanya. Dengan langkah gontai, ia berjalan masuk ke pintu utama menuju ruang tamu dan bisa dilihatnya, putra bungsunya sedang bermain bersama sang istri dengan banyaknya mainan baru yang kemarin dibelikannya dari luar negeri di lantai mengkilat berwarna abu-abu tersebut. &n
Zaara yang masih berada di dalam mobil, terlihat meremas rok yang dipakainya saat melihat interaksi dari tiga orang di depan Mansion, yaitu papa, mama tiri dan terakhir adalah pria yang dipanggilnya daddy tersebut. Hatinya benar-benar merasa terenyuh saat melihat papanya merasa shock begitu melihat wanita yang selama ini dipercayai berniat meninggalkannya. 'Papa pasti sangat shock melihat wanita yang sangat dicintainya tiba-tiba memilih pergi bersama pria lain. Apalagi jika sampai papa mengetahui bahwa aku sudah diperkosa oleh pria yang telah menghancurkan kebahagiaannya. Papa tidak akan pernah bisa menerimanya dan pasti akan semakin membenciku. Tidak, lebih baik papa tidak boleh tahu tentang apa yang sudah menimpaku. Mungkin papa akan merasa tenang jika tidak melihatku. Iya, lebih baik aku pergi dari sini secepatnya dan tidak kembali lagi ke Jakarta,' gumam Zaara di dalam hati. Zaara berjenggit kaget saat sebuah tangan mendarat di pundaknya. Ia sekilas menoleh ke ar
Cakra Baihaqi masih mengarahkan tatapan penuh kilatan api pada dua anak manusia yang ada di hadapannya. Semua rasa bercampur menjadi satu saat melihat kemesraan dari wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu, terlihat memeluk erat tubuh pria yang tentunya jauh lebih muda darinya. Rahangnya mengeras hingga bunyi gemeretak giginya yang saling berbenturan karena merasa sangat geram melihat pengkhianatan itu. "Rini Andriani, kamu benar-benar sudah gila. Aku masih suamimu dan kamu masih berstatus sebagai seorang istri. Apakah kamu merasa tidak malu atas perbuatan kotor kalian!" Masih dengan suara baritonnya, Cakra Baihaqi menatap tajam pria yang sama sekali tidak pernah dikenalnya tersebut. "Kau juga pria berengsek yang gila karena menghancurkan ikatan suci pernikahan. Suatu saat kau akan mendapatkan sebuah karma dari perbuatan gilamu ini." Bukan sebuah ketakutan yang tampak dari wajah Arkan dan juga Rini y
Zaara sudah berada di dalam bus yang sudah melaju menuju ke kota Bandung, yang terkenal dengan sebutan kota kembang tersebut. Tempat tujuan yang akan menjadi pilihannya untuk tinggal sementara karena ia ingin menenangkan diri di tempat yang lebih tenang. Tanpa ada satu orang pun yang mengenalnya atau pun mengetahui di mana keberadaan ia saat ini. Saat ini, ia masih memikirkan dua pria yang sangat disayanginya yang menjadi korban dari satu wanita, tak lain adalah ibu tirinya. Ia dari tadi bersandar di punggung kursi dengan memejamkan kedua matanya. 'Papa pasti sudah menyadari kesalahannya yang lebih mempercayai ular betina itu daripada aku. Kemudian menyuruh orang untuk mencariku. Bahkan mungkin sudah lapor polisi. Papa mungkin memang menyadari kesalahannya dan mau aku kembali. Akan tetapi, ketika papa tahu aku sudah tidak perawan dan pria yang merampas kesucianku adalah kekasih dari istrinya, aku pasti akan diusir lagi dari Mansion
Zaara masih berpura-pura untuk memejamkan kedua matanya agar sosok pria yang ada di sebelahnya tidak lagi menanyakan tentang rasa sakit yang dirasakannya tadi. Hingga lama kelamaan ia yang merasa sangat lelah jiwa dan raga, mulai terlelap dan larut dalam bunga tidurnya. Seolah menegaskan bahwa saat ini otak dan tubuhnya membutuhkan waktu untuk merilekskan diri dengan cara berhenti sejenak dari semua lelah yang ia rasakan. Sementara itu, Willy yang mendengar suara napas teratur dari gadis belia malang yang sedang sakit itu, bisa melihat bahwa posisi tidur dari Zaara terlihat sangat tidak nyaman dengan kepala yang bersandar di kaca bis dan sering terguncang karena pergerakan kendaraan yang melaju kencang tersebut, sehingga ia berinisiatif untuk mengarahkan kepala Zaara untuk bersandar ke pundaknya. Agar merasa lebih nyaman saat beristirahat karena perjalanan yang membutuhkan waktu cukup lama. Willy menatap ke arah pergelangan tangan kiriny
Arkan merasa sangat terkejut pada perbuatan agresif dari wanita yang sudah menguasai bibir dan melumatnya dengan penuh gairah. Bahkan ia sampai sulit untuk mengimbangi permainan liar tersebut. Dengan lidah yang saling membelit, kulit yang sudah bersentuhan karena kini kancing kemeja yang dipakainya sudah terbuka semua, sehingga sentuhan jemari Rini yang menyusuri dada bidangnya, membuat tubuhnya menegang dan bergairah. Kemudian Arkan ingin mengambil kendali dengan membalikkan keadaan, yaitu dengan cara membuat posisi wanita yang ada di atasnya itu berubah berbaring di atas sofa. Tatapan gelap yang menatap lekat ke arah sosok wanita yang sudah berubah merah wajahnya, seolah menegaskan bahwa Rini sudah sangat menginginkan lebih darinya karena terbakar gairah yang membakar. "Sabar, Sayang. Kita mulai pemanasan dulu," ucap Arkan dengan tatapan parau yang lekat mengarah pada satu titik, yaitu dua benda membusung di depannya yang membuat
Zaara yang dari tadi larut dalam bunga tidurnya, mendengar riuh suara dari para penumpang di dalam bus yang melaju tersebut. Sehingga saat ia berusaha memulihkan kesadarannya saat kelopak matanya belum terbuka, merasa aneh dengan posisi tidurnya yang seolah memeluk erat seseorang. Refleks ia langsung membuka mata untuk memastikannya dan betapa terkejut saat menyadari kebodohannya. Yakni, tidur dengan bersandar di dada bidang pria yang terlihat tengah tertidur itu. Bahkan ia menyadari tangannya yang memeluk tubuh kekar Willy tanpa menyadarinya.Refleks Zaara memukul jidatnya berkali-kali saat menyadari kebodohannya. "Astaga, kenapa aku bisa tidur memeluknya? Memalukan sekali. Dia pasti berpikir macam-macam padaku. Atau dia tadi tertidur ya? Semoga saja begitu, jadi dia tidak tahu kalau aku tidur dengan memeluknya," lirih Zaara yang sudah menatap intens ke arah pahatan sempurna di sampingnya.Dimulai dari hidung mancung dan bibir tebal d
Selama di dalam perjalanan menuju ke rumah mantan pelayannya, Zaara masih sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang ditakutkannya. Sehingga ia dari tadi hanya diam saja saat naik ojek online. Tanpa disadarinya, motor yang ia tumpangi sudah berhenti tepat di depan sebuah rumah sederhana yang bagian depannya terlihat sangat asri karena ada banyak bunga berwarna-warni menghiasinya.Sejauh mata memandang, Zaara terlihat berbinar begitu melihat aneka bunga yang terlihat sangat indah tersebut. Bahkan ia yang sudah turun dari motor, langsung berjalan ke arah bunga berwarna-warni yang sangat disukainya. Karena dari kecil ia sangat menyukai bunga dan selalu ikut menanam bersama almarhumah ibunya. Namun, semenjak ibunya meninggal, hobi dan semua hal-hal kesukaan dan kebahagiannya seolah musnah begitu saja."Indah sekali, bunga-bunga ini," ucap Zaara yang sudah asyik menyentuh satu persatu bunga-bunga yang indah tersebut. Mulai dari bunga maw