Tak ada yang lebih menyedihkan selain menyaksikan sendiri bagaimana pasanganmu memohon, merengek untuk bertemu denganmu tapi tak ada yang bisa kau lakukan selain hanya diam karena dia yang telah menyakiti hatimu.
Ingin menemui, tapi hatimu terlalu sakit, bahkan hanya untuk sekedar melihat wajahnya. Terbayang kembali bagaimana dia menyakiti hatimu, membuatmu enggan untuk menaruh rasa percaya lagi padanya.
Dan, bayangkan kau kini di posisi Nadia. Di awal menikah, pasanganmu sendiri yang bilang kalau kau lah yang pertama menjadi istrinya dan kau pun percaya karena kau mencintainya. Tapi setahun kemudian, kau mendengar sendiri dari mulut mertuamu kalau kau bukan istri pertama dari anaknya, kau bukan menantu pertamanya. Dia menipumu. Nadia tak mempersalahkan jika Rendra seorang duda jika suaminya itu jujur dari awal. Tapi selama setahun penuh dibohongi tanpa Rendra pernah berniat untuk jujur, membuat Nadia tak habis pikir. Bahkan ketika ditanyakan lagi, Rendra m
Sudah empat hari Nadia tak pulang, dan sudah empat hari juga gairah hidup Rendra berkurang drastis. Yang Rendra rasakan sekarang hanyalah hampa. Ia tak tahu cara untuk melanjutkan kebahagiaannya tanpa istri dan anaknya. Rendra bagai robot usang yang hanya bergerak jika diperintah seseorang. Reza pun tak kunjung menemukan di mana keberadaan adik iparnya itu. Tapi setidaknya, dengan kehadirannya di rumah, Rendra bisa sedikit tenang. Pasalnya, Rendra hanya mau berbicara dengan Reza, sama sekali tak mau berbicara dengan Yuni. Rendra tak lagi peduli jika orang menyebutnya anak durhaka, Rendra sudah terlanjur dibuat dua kali patah hati oleh Ibunya itu. Rendra tak bisa menahannya lagi, ia benar-benar marah pada Ibunya. Yuni hanya bisa pasrah, ia sadar ini memang kesalahannya. Seharusnya, ia berembuk dulu dengan ketiga anaknya dan jika semuanya setuju, baru rahasia itu dibongkarnya. Yuni baru menyadari kalau ia sudah salah prediksi. Ia kira jika
Tangisan Acha baru berhenti saat Rendra mulai siuman. Setengah jam setelah tak sadarkan diri, Rendra mendadak linglung. Matanya melirik kanan dan kiri, mencoba mencari tahu ada di mana ia sekarang. Saat melihat dinding berwarna putih dan dirinya sendiri yang terbaring di sebuah ranjang yang sangat khas, Rendra baru menyadari ada di mana ia sekarang. "Halo, Pak Ren." Rendra mengerjap beberapa kali sampai menyadari kalau yang menyapanya barusan adalah Acha. Gadis itu tersenyum simpul, ada perasaan lega di hatinya saat melihat Rendra sudah sadar. "Acha?" "Iya, Pak Ren. Alhamdulillah, Pak Rendra udah sadar." "Kamu yang bawa saya ke sini, Cha?" Acha menggeleng. "Ya nggaklah, Pak. Tadi si Romi sama Andri yang gotong Bapak kesini. Tapi sekarang, mereka udah harus balik lagi ke kantor, disuruh Pak Jerry." "Pak Jerry??" "Iya, Pak. Tadi nggak sengaja papasan sama Pak Jerry di lobi pas gotong Pak Rendra. Beliau pun ngi
Beberapa manusia di dunia ini, ada yang beruntung jika ia mendapatkan sebuah firasat sebelum peristiwa atau sesuatu terjadi. Dan sebagian lagi, ada yang tidak, lalu pergi dan meninggalkan keluarga yang harus dibingungkan dan dikagetkan dengan kepergian yang mendadak.Reza baru saja hendak menelpon Rendra saat melihat Yuni yang berpakaian rapi dan membawa tas yang lumayan besar."Mama mau kemana?"Yuni pun menoleh dan tersenyum tipis. "Mama mau ke Bandung, ke rumahnya Tante Marina.""Dwi ikut, ya?"Yuni menggeleng pelan. "Nggak usah, kamu di sini aja temenin Tri nyari Nadia. Mama sebentar, kok. Sore juga pulang.""Emangnya Mama mau ngapain kesana?"Jujur, Yuni pun sebenarnya tak tahu apa tujuannya menemui adiknya itu. Ia hanya ingin bercerita, melepas beban yang ada di hatinya. Sikap Rendra yang dingin padanya, membuat hatinya perih. Dan ia ingin meminta sa
Rendra pulang dengan tergesa-gesa. Setelah mengantarkan Acha pulang, Rendra langsung tancap gas untuk pulang, menyiapkan segala keperluannya untuk di Malaysia nanti.Menurut Rendra, Acha harus ikut menemaninya. Rendra pikir, nanti Acha bisa membantunya untuk membujuk Nadia agar pulang. Sampai sekarang, Rendra belum tahu pasti apa tujuan Nadia ke Malaysia. Ada dua kemungkinan menurut Rendra. Pertama, karena tak ingin ditemukan Rendra, Nadia nekat ke Malaysia dan menginap di rumahnya Agung. Dan yang kedua, Nadia ingin menemui Syifa, menanyakan penjelasan dari mulut Syifa sendiri.Rendra tak lagi keberatan dengan kemungkinan yang kedua. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah, bagaimana caranya nanti agar bisa membujuk Nadia pulang.Sampai di rumah, Rendra cuek saat tak menemukan mobil ibunya di carport. Menurutnya, itu bagus. Setidaknya, ia tak perlu beradu mulut lagi dengan ibunya itu. Rendra sudah benar-benar lelah dengan ibunya."Ndra?
Rendra PoVSetelah gue nitipin mobil di rumahnya salah satu temen akrab gue jaman kuliah, gue pun langsung nyuruh Acha buat naik taksi dan langsung tancap gas ke bandara. Ini udah sore, gue takut kehabisan tiket. Demi jemput Nadia dan Rena, kali ini gue harus rela nguras tabungan gue lagi. Walau gue belom tau harga tiket pesawat ke Malaysia nanti bakalan mahal atau nggak, gue cuma bisa berharap duit tabungan gue cukup buat beli tiket.Untungnya sore ini, jalanan Jakarta nggak begitu padat hingga memudahkan si supir taksi bisa tancap gas dan kita berdua cepat sampai di bandara.Waktu turun dari taksi, mendadak kepala gue pusing lagi. Ini pasti efek dari debat sama Reza tadi di rumah. Acha udah khawatir, tapi gue bilang sama dia kalau gue masih kuat. Untungnya gue nggak lupa bawa obat dari klinik."Kamu duduk di sana aja, biar saya yang mesen tiketnya," pinta gue sama Acha, dia p
Beberapa jam sebelumnya Pramugari sudah mengumumkan bahwa sebentar lagi, pesawat yang ditumpangi Nadia akan mendarat di bandara Kuala Lumpur,namun Nadia tetap acuh. Sepanjang perjalanan dari Jakarta, yang ada di pikirannya saat ini hanyalah Rendra. Setelah ini, entah apa yang terjadi, Nadia belum tahu. Perempuan berusia 21 tahun itu baru bisa mengambil keputusan setelah ia mendengar penjelasan dari Syifa. Syifa. Itulah yang menjadi tujuan mengapa Nadia nekat terbang ke Malaysia membawa putrinya. Nadia ingin tahu, mengapa selama ini, Syifa diam dengan apa yang terjadi di masa lalunya bersama Rendra. Tiga hari sebelumnya, ia meminta tolong pada Agung untuk dipertemukan dengan Syifa setelah ia sampai di Malaysia. Syifa yang baru saja pulang berobat dari Singapura, langsung saja menyanggupi permintaan Agung. Mendengar apa yang terjadi antara Rendra dengan Nad
Nadia PoV..."Pesawat Indonesian Airways tujuan Malaysia mengalami kecelakaan. Seluruh penumpang beserta kru pesawat, tewas dalam peristiwa naas itu."Gue menggeleng nggak percaya. Ini pasti salah, berita itu bohong. Mas Rendra bukan ada di pesawat itu. Dia bilang, pagi ini udah sampai, dan pesawat yang ada di televisi itu, baru aja berangkat sepuluh menit yang lalu dari Jakarta.Mas Rendra pasti masih ada di bandara sama si Acha."Berikut daftar-daftar nama penumpang yang resmi dirilis dari pihak maskapai."Gue perhatiin nama-nama yang ada di daftar itu. Hati gue lega karena nggak nemu nama Mas Rendra maupun namanya Acha dari urutan atas.Narendra Tri Hariadi, 36 Tahun, Jakarta.Acha Nuriani, 21 Tahun, Jakarta.Sontak, lutut gue langsung lemes ngeliat nama mereka berdua ada di dua urutan terakhir di daftar itu. Suam
PoV 3 ... Rendra mengalihkan pertanyaan istrinya dengan berkata bahwa ibunya baik-baik saja dan masih di Jakarta. Hanya itu, tak ada penjelasan lain, membuat Nadia enggan untuk bertanya lebih lanjut. "Besok udah harus pulang ya, Mas?" tanya Agung pada Rendra. "Iya, Ren. Cuma dikasih cuti dua hari sama si bos. Ngomong-ngomong, makasih banyak ya, kamu udah nolongin Nadia." "Santai aja, Mas. Nadia udah saya anggep saudara saya sendiri." Jujur, Rendra masih penasaran kenapa hati Nadia bisa mendadak luluh dan mau memaafkannya seperti ini. Pasti ada alasannya dan Rendra sangat ingin tahu sekali. Tapi apa pun itu, Rendra bersyukur sekali ia bisa bersatu lagi dengan istri dan anaknya. Rendra tersenyum bahagia saat melihat wajah Rena yang terlelap dengan damai di pelukannya. Jemarinya mengelus pipi mulus Rena dengan lembut, ingin mencium pip