“Apakah kamu mau minum obat?” tanya Ethan mengingatkan Nadya karena tadi ketika makan malam kepala Nadya terasa sakit lagi.“Tidak, aku sudah baikkan.”Ethan mengangguk merasa lega, ia mengeluarkan hp dari kantong celana dan berpaling lagi ke arah Nadya. “Sebentar aku panggil pegawai resort ke sini.”Nadya hanya mengangguk, dan melihat Ethan melangkah keluar kamar. Nadya lalu tercengang. Ethan seolah seorang suami yang mengurus istrinya yang sakit. Warna merah tiba tiba muncul di wajah Nadya, jantungnya berdetak cepat. Khayalan liar menghampirinya. Apakah Ethan akan menginap di sini. Nadya menunduk malu dan senyum senyum sendiri. Namun ia segera menyadarkan dirinya sendiri. Tidak Nad, kamu jangan berpikir macam macam. Peringatnya. Nadya menggeleng seraya menepis pikirannya. Ia mengangkat tangan untuk mengipasi dirinya menghilangkan rasa panas yang terasa di tubuhnya. Ethan orang sibuk. Ia tidak boleh serakah menyuruh Ethan agar memperhatikan dirinya. Ia akan berpura pura menurut pada
Nadya bangun di pagi hari dan duduk di atas tempat tidur. Kepalanya terasa sakit, ia segera mengambil obat dan air minum di atas meja lampu yang tadi malam ditaruh Ethan di sana. Setelah meneguk air untuk membawa obat itu kedalam tenggorokannya, ia terdiam sebentar seraya menunggu sakit di kepalanya agak berkurang. Ia turun dari tempat tidur dan langsung menuju ke kamar mandi.Beberapa menit berlalu, Nadya keluar dari kamar mandi dengan hanya dibalut handuk putih yang mengelilingi tubuhnya. Ia melangkah menuju lemari untuk mengambil bajunya yang disimpan di lemari ketika ia memasuki villa ini. Bajunya semua kasual tapi ia tidak perduli karena memang ia hanya membawa baju kasual selama di Bali. Ketika pesta saja ia meminjam gaun kepada Mita, dan ia sudah mengembalikan gaun itu kemarin ketika Mita menginap di sini. Tapi kenapa ia memikirkan soal bajunya, tidak mungkin ia mengganti gaya berpakaiannya hanya karena ingin terlihat cantik di depan Ethan. Nadya mengambil baju kaos berlengan p
Nadya menyusuri jalan menuju resort jaraknya lumayan jauh dari villa namun Nadya menyukainya karena bisa sekalian olah raga pagi. Tiba tiba ia berhenti seakan mempertimbangkan untuk datang ke villa Mita dan teman temannya yang lain. Tapi ia tidak tahu villa mereka dimana. Mungkin ia akan bertemu dengan mereka di tempat makan. Nadya melangkah lagi. Ia sudah memasuki resort dan memilih untuk sarapan di luar sambil melihat pemandangan pantai. Sebelum reservasi ia melangkah dulu ke tempat makan di luar sambil mencari teman temannya. Ia keluar dan disambut hembusan angin dari lautan sehingga mengibarkan rambutnya yang digerai. Tiba tiba matanya terbelalak ketika melihat orang tua asing yang ditolongnya sedang duduk sendirian sambil makan sarapannya. Jadi orang tua asing itu tamu di resort ini, sama seperti dirinya. Tapi kenapa ia selalu sendirian. Apakah ia tidak mempunyai keluarga. Kasihan sekali. Orang tua asing itu lalu melihat ke arahnya dan Nadya segera menghampirinya. “Halo Mister,”
Orang tua asing itu tersenyum, ia memanggil pelayan ketika melewati mejanya dan menyuruh Nadya untuk memesan sarapan kepada pelayan itu. Nadya menyebutkan makanan dan minuman yang dipesannya, pelayan itu segera menulisnya, lalu pelayan itu tersenyum dan meminta Nadya untuk menunggu pesanannya sebentar. Nadya kembali melihat orang tua asing itu. Orang tua asing itu menyantap makanannya dengan lahap.“Apakah kamu tidak mempunyai keluarga?” tanya Nadya ingin tahu.“Aku punya.”“Dimana keluargamu?” tanya Nadya lagi masih penasaran.“Aku hanya punya seorang anak.”“Apakah anakmu tidak menemanimu ke Bali?”“Tidak.”“Kenapa sendirian ke sini tidak ditemani anakmu?”“Aku ditemanimu sekarang.” Orang tua asing itu menyengir dan menyantap makanannya lagi.“Bukan itu maksudku,” ujar Nadya tanpa ekspresi sehingga membuat orang tua asing itu menyengir lagi.“Ya ampun kamu seperti wartawan, bagaimana denganmu kenapa kamu sendirian?”“Aku bersama teman temanku.”“Dimana teman temanmu?”“Aku tidak tah
Ethan melangkah menuju tempat makan yang berada di luar. Ia tidak menyangka ayahnya dan Mr. Steven menginap di resort tadi malam, tidak ada yang memberitahunya, baik ayahnya maupun Mr. Steven sengaja tidak memberitahunya. Bahkan General Managernya baru tahu tadi pagi sama seperti dirinya. Ketika Ethan keluar lagi dari villa untuk mengajak Nadya sarapan bersama, Mr. Steven datang sehingga ia masuk lagi dan mengundang Mr. Steven masuk.Untung saja ia sempat ke villa Nadya untuk melihat keadaan Nadya sekalian memberikan kacamata dan alat penerjemah untuk Nadya. Ketika masuk ke villa yang ditempati Nadya, Nadya masih tertidur lelap, selimutnya bergeser sehingga ia membetulkannya, ia menaruh kacamata dan alat penerjemah juga kertas yang berisi tulisannya di atas meja dekat perapian listrik. Ia juga mengisi gelas dengan air di atas meja lampu untuk diminum Nadya dengan obatnya nanti ketika bangun, lalu ia mencium kening Nadya dan melangkah pergi. Di luar villa ia menyuruh kedua pengawalnya
“Oh baiklah, Nadya membantuku keluar dari lumpur sawah.” Setidaknya itu benar, Nadya memang menolongnya, kalau alat penerjemahnya jatuh itu disengaja olehnya untuk menarik perhatian Nadya karena ingin tahu sifat anak perempuan itu seperti apa.Sebelum Ethan menanggapi, Mr. Steven lebih dulu angkat bicara. “Mr. Darren seharusnya anda membawa pengawal tapi anda menolak dan hanya membawa supir, lihatlah yang terjadi pada anda.”“Tunggu ayah tidak membawa pengawal?” Celetuk Ethan.“Mr. Darren menolak untuk membawa pengawal Ethan, ia bilang tidak perlu karena hanya melihat Nadya saja.”“Aku hanya tidak berhati hati, aku lihat Nadya sedang menulis di tempat makan, dan aku ingin melihatnya lebih dekat sehingga aku menyusuri sawah tanpa melihat ke jalan.”“Dan ayah kejeblos lumpur.” Tambah Ethan.“Iya.” “Ya ampun Mr. Darren.” Mr. Steven menggeleng geleng tidak percaya.Bosnya seorang Komisaris Besar bahkan dengan kekayaan yang berlimpah dan tidak pernah habis serta kekuasaan yang dimilikinya
Nadya sangat serius memindahkan tulisan dalam note ke dalam cerita novelnya di laptop, untung saja ia membawa note ketika tour kemarin sehingga ia tidak membuang waktu dengan sia sia. Satu kalimat lagi ia pindahkan dari note, dan titik. Ia menghela napas seraya bersandar. Ia sudah memindahkan semua tulisannya dari note ke laptop, ia tinggal meneruskan dengan mengetik di laptop lagi. Tiba tiba pintu villa nya di ketuk, ia segera berdiri dan berharap itu Ethan. Ia tersenyum dan berhenti sebentar di depan pintu seakan membetulkan rambut dan kacamata pemberian Ethan, lalu ia membuka pintu. Namun bukan Ethan yang datang tapi Mita. Mita berdiri di depannya sambil menjerit senang.“Nadyaaaa, ya ampun aku senang kamu di sini, apa kamu tidak apa apa?” Mita masuk dan segera memeluk Nadya.“Aku tidak apa apa,” jawab Nadya dalam pelukan Mita. “Maafkan aku karena melepaskan tanganmu,” kata Mita seraya melepaskan pelukannya, terlihat penyesalan dari kedua matanya.“Bukan salahmu, aku yang memisahk
Nadya keluar dari villa dan melangkah ke arah villa yang ditempati Ethan. Kedua orang berjas yang dipanggil teman oleh Ethan sudah tidak berjaga lagi di depan villanya. Selama berjalan ke villa Ethan, jantungnya mulai tidak karuan sehingga ia menarik napasnya beberapa kali untuk menenangkan jantungnya. Ia juga membawa dompet koin untuk Ethan, ia tidak bertemu Ethan waktu sarapan jadi ia akan memberikannya sekarang.Villa Ethan hanya berjarak 5 meter dari villanya karena di cluster yang sama. Setahu Nadya cluster Sunset Pearl Island hanya memiliki dua villa, itu berarti yang menempati cluster Sunset Pearl Island hanya ia dan Ethan. Nadya tidak tahu kenapa Ethan memilih cluster villa yang sama dengan dirinya. Tiba tiba ia teringat ucapan Mita kalau Ethan mencintainya. Tentu tidak mungkin Ethan mencintainya. Tidak ada pernyataan apapun dari Ethan kalau ia mencintainya. Nadya tidak akan mempercayai begitu saja, dan ia akan menepis ucapan Mita.Nadya tiba tiba berhenti ketika melihat kelim