Jukea menoleh kebelakang, dia sedikit takut. Bahkan dia sempat meneguk ludahnya kasar. "I-iya?" Julea menoleh dan mendapati seorang wanita paruh baya berdiri di jarak dua meter darinya. Wanita itu tampak maish cantik diusianya sekarang, dilengkapi dengan pakaian dan aksesoris bermerk dia semakin terlihat anggun. Wanita itu tidak lain adalah Herfiza, ibu Andrew yang merupakan salah satu jajaran pemilik saham di Nugraha Group. "Ada apa Bu?" Tanya Julea polos. Herfiza menelisik, dia jelas-jelas menatap Julea dengan tatapan menilai. Herfiza melihat Julea dari atas sampai bawah. Di lihat seperti itu, Julea rasanya seperti sedang dikuliti hidup-hidup. "Jadi kau yang bernama Julea Anastasia?" Tanyanya dengan nada yang dingin.Julea tidak mengeluarkan suaranya, dia hanya mengangguk membernarkan. "Kalau begitu ayo ikut dengan saya," sahutnya masih dengan nada yang sama.Sementara itu, Sarah yang berdiri tidak jauh dari wanita itu hanya bisa mengangguk memberi kode pada Julea agar menurut
"Eh?" Julea melongo, dia masih belum connect dengan pertanyaan Herfiza yang isinya jebakan semua. Herfiza sendri langsung bangkit dari duduknya. Dia meninggalkan Julea dan Sarah yang masih mematung ditempatnya masing-masing. Wanita itu segera berjalan menjauhi restoran. Akan tetapi dia juga tidak lepas tangan karena sudah membawa karyawan anaknya ke mari. Herfiza memerintah orang kepercayaannya untuk mengantarkan Julea dan Sarah kembali ke kantor. Dan benar saja, setengah jam kemudian dua wanita itu kembali kantor perikanan Nugraha Group. Dari lobi, Julea memang sudah berniat untuk segera menuju ke ruang kerja Andrew. Dia menekan tombol lift agar menuju Ke lantai tiga. "Mau ke mana kau Julea?" Tanya Sarah dengan nada yang serius, wanita itu juga mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Aku akan menemui Pak Andrew lebih dulu, sepertinya ada yang ingin dia bicarakan pada ku." Julea menatap lurus ke depan. Sarah yang mendengar itu mendecik, dia juga memijit pelipisnya perlahan. Pus
"Apa?" Julea berteriak dengan keras, bahkan suaranya itu melebihi nada bicara Herfiza dan Andrew yang tengah bertengkar. Gadis itu sangat terkejut, lagi pula siapa juga yang tidak akan terkejut mendengar perintah seperti itu?Tiba-tiba di perintah menikah hanya karena rumor! "Dia pikir, dia itu siapa bisa seenaknya memerintahkan aku untuk menikah?" Julea membatin. Sementara itu Andrew dan Herfiza spontan menoleh ke arahnya. Tatapan tajam langsung Julea dapatkan dari keduanya. "Ma-maaf, tapi saya refleks sebab kaget dengan ucapan Bu Herfiza," ucap Julea dengan cepat tanpa perlu menunggu keduanya bertanya. Herfiza menyunggingkan senyum miring, kemudian dia melirik ke arah Julea sejenak dan kembali menatap lurus wajah sang putra. "Kau juga mendengar perintahku bukan? Jadi cepatlah menikah dengan gadis itu, dan tutup semua orang yang menyebarkan rumor tidak berasalan padamu!" Herfiza menunjuk wajah Andrew dengan jari telunjuknya. "Tapi aku tidak mau menikah mama! Jaman sekarang men
Andrew yang memang mengejar Julea tampak panik saat melihat gadis yang tengah berlari kecil itu tiba-tiba pingsan. Ya, Julea pingsan tepat di lobi kantor saat hendak mengejar Herfiza. Andrew tidak memperdulikan image atau apapun, dia dengan cepat merengkuh tubuh Julea yang mulai lemas. Dia berusaha menyadarkan gadis itu, akan tetapi usahanya nihil. Julea tidak kunjung membuka matanya, karena panik Andrew segera menggendong gadis itu ala bridal style dan membawanya keluar dari kantor itu agar Julea segera mendapatkan pertolongan."Minggir!" Andrew mengatakannya dengan kasar dan tegas pada orang-orang yang menghalangi jalannya.Andrew memang berniat membawa Julea ke rumah sakit dengan mobilnya sendiri. Akan tetapi, sang ibu sudah menghentikanya lebih dulu. Herfiza menahan tangan Andrew ketika sang anak hendak melewati dirinya. "Bawa dia dengan mobilku!" Perintahnya dengan tegas.Karena tidak mau banyak berdebat, Andrew mengangguk dan meletakkan Julea di mobil mewah milik sang ibu.
Herfiza terdiam, dia tidak menyangka juga akan mendapatkan penolakan didepan mata seperti ini. Dan yang lebih parah lagi adalah sang putra yang terkenal dengan ketampanan dan pesona paripurna itu, ditolak oleh karyawannya sendiri. "Bukan main, karyawan biasa sepertinya malah menolak menikah dengan Andrew? Padahal di luaran sana ada banyak gadis yang mengantri untuk mendapatkan hati anak itu." Herfiza membatin."Saya menolak Pak Andrew bukan karena pribadi beliau, hanya saja saya sadar Bu kalau karyawan biasa seperti saya tidak pantas untuknya. Lagi pula, saya dan Pak Andrew benar-benar tidak memiliki hubungan apapun selain bos dan karyawan." Julea menambahkan keterangannya menolak Andrew. Dia terbilang berani karena menolak Andrew yang tampan dan mapan itu didepan sang ibu. Herfiza yang masuk ke jajaran pemegang saham, serta menjadi salah satu pengusaha yang sukses di Jakarta. Belum lagi dengan nama Nugraha Group yang menjadi perusahaan besar dan diperhitungkan dalam dunia bisnis it
Marsha mengangguk membenarkan, dia kemudian mengambil beberapa paper bag yang ada di sana. Gadis itu membaca merk yang tertera di sana. Sontak matanya membulat semua."Jule! Ini merk sepatu ternama," ucap Marsha dengan kekagumannya pada sepatu-sepatu yang ada didepannya. Memang sepatu itu adalah produk dari merk sepatu ternama dan jelas berkualitas tinggi. Merk sepatu yang biasa di pakai oleh orang dengan ekonomi kelas atas.Julea terdiam, dia tahu siapa yang mengirimkan sepatu-sepatu itu padanya. "Jangan ambil satu pun sepatu itu, biarkan saja teronggok di sana." Julea mengatakannya acuh. Dia kemudian masuk begitu saja ke dalam unit apartemennya. Julea duduk di ruang tamu yang berfungsi sebagai ruang keluarga dan ruang makan. Apartemen milik Julea tidak terlalu besar, tapi cukup sederhana dan sangat nyaman untuk ditinggali. Marsha yang mengambil paper bag juga meletakkan kembali benda itu di tempatnya semula. Sementara dia beralih masuk ke dalam bersama menyusul sahabatnya. "Mema
Julea seperti tercekat mendengar pertanyaan Marsha. Sekuat tenaga dia menutupi masalah ini dari sang sahabat, tapi gadis itu malah sudah tahu lebih dulu. Entah dari siapa Marsha mengetahui hal ini."Ti-tidak! mana ada, mana mungkin Bu Herfiza yang terkenal kaya raya itu mau menikahkan anaknya dengan ku?" tanya Julea yang berusaha menutupi kebenaran. Namun Julea tidak pandai berbohong. Sikapnya gelagapan hanya dengan pertanyaan Marsha yang tenang. "Ah yang benar? mulutmu memang berkata begitu, tapi tidak dengan wajahmu juga gelagat mu yang aneh itu Julea!" Marsha geram, ada jeda di dalam kalimatnya. Julea lagi-lagi harus tersentak, sahabatnya yang satu ini memang terkenal garang saat menelisik sesuatu. Bagi Julea, Marsha yang tengah mode serius seperti ini bak seorang sipir yang mengawasi tahanan. Kejamnya bukan main!"Ingat juga, kalau kau ini tidak pandai berbohong!" Skak Matt!Julea tidak bisa lagi berkutik, dia mati kutu dengan serangan Marsha. Pernyataan soal Julea yang tidak p
Julea mengerjapkan matanya, masih tidak percaya karena ucapan serta kedatangan Andrew ke apartemennya. "Pak Andrew minta maaf buat apa?" Tanyanya lagi. Andrew memalingkan wajahnya, dia terlihat gugup. "Aku ingin minta maaf karena sudah egois dan membawamu masuk dalam masalah ku. Seharusnya setelah kencan buta itu, aku membereskan semuanya bukan malah membiarkan rumor-rumor berkembang seperti ini. " Julea diam, dia tidak banyak menanggapi. Gadis itu hanya ingin memberikan kesempatan pada Andrew untuk menjelaskan. "Aku sungguh-sungguh minta maaf, karena aku juga kau harus pingsan kemarin. Perintah dari mama untuk menikah itu pasti sangat memberatkan mu," imbuhnya lagi. Kali ini Julea mengangguk setuju, dia memang merasa terbebani. Tapi juga tidak mau menyalahkan Andrew sepenuhnya. "Ku mohon kau mau memaafkan, juga jangan menolak sepatu pemberian ku. Besok, saat kembali ke kantor anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa. Terimakasih juga pernah membantu ku," ucap Andrew dengan sen