Shiya mengerjapkan matanya pelan. Matanya menyapu seisi kamar yang terasa asing baginya. Ia melihat Frans sedang tidur disampingnya, ia terus menatap Shiya yang wajahnya pucat itu.
"Kau sudah bangun?" rupanya Shiya berada di rumah keluarga Dimejo. Saat ini ia berada di kamar Frans."Iya." suara Shiya terdengar lirih. Tenaganya masih belum kembali."Tunggu! aku akan meminta pelayan untuk membawakan makan untukmu." Frans beranjak dari tempat tidurnya. Sedangkan Shiya masih tak bergeming menatap suaminya berjalan keluar meninggalkannya, ia masih merasa tak berdaya.Tak, Tak, Tak!Suara langkah kaki terdengar mendekat, Tak lama kemudian Nyonya Dimejo terlihat masuk kedalam kamar Frans dengan terburu-buru. Raut wajahnya pun terlihat begitu khawatir."Kamu sudah bangun sayang? apa yang ingin kau makan?" Nyonya Dimejo duduk ditepi tempat tidur, ia memegang kening Shiya beberapa kali."Maafkan Shiya Ma, Shiya merep"Ah sudahlah!" Frans menangkis tangan Ben dengan kesal. Sedangkan Ben kembali menjauhkan tangannya."Mereka menguping pembicaraan anda Tuan." Lucy berjalan mendekati 2 lelaki itu setelah mendengar ucapan Ben."Huh! ada apa dengan hari ini?" Frans menghembuskan nafas kasar, membuat Ben bergidik ngeri. Ia memegang keningnya, kepalanya serasa seperti akan meledak."Kau kenapa? ada apa denganmu?" Lucy memegang lengan Frans."Urus pekerjaan hari ini! aku pergi." Frans menepis tangan Lucy dan berjalan keluar dari ruangannya meninggalkan semua pekerjaannya pada Ben.Saat ini Frans sudah berada didekat mobilnya. Tapi Lucy terus berjalan dibelakangnya. Frans berusaha tak menghiraukannya, ia tetap masuk kedalam mobilnya. Tak disangka-sangka, Lucy ikut masuk kedalamnya tanpa rasa sungkan sedikitpun. Frans melirik kearah Lucy dengan tatapan oenuh amarah tapi ia membiarkannya begitu saja, karena energinya sudah habis untuk ia gunakan berdeba
Kondisi ruang operasi itu cukup genting. Beberapa kali pasien mengalami masa kritis setelah mengalami kecelakaan yang cukup parah. Dokter dan beberapa orang perawat terus berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan nyawa pria itu. Mereka mengerahkan seluruh tenaganya berharap pasien itu masih bisa kembali sadar.Setelah melewati operasi selama beberapa jam, kondisi pasien akhirnya mulai membaik. Dokter dan semua perawat yang bertugas pun akhirnya bisa bernafas dengan lega. Dokter itu pun berjalan keluar dari ruang operasi itu untuk bertemu dengan keluarga pasien yang sudah menunggunya diluar."Siapa wali dari Tuan Pram?" Dokter mencari keberadaan keluarga pasien karena ada beberapa orang di depan pintu."Saya Dok! bagaimana kondisinya sekarang?" Lucy segera berjalan mendekati dokter, wajahnya tampak panik. Sedangkan ibunya berjalan dibelakangnya dengan raut wajah datar, ia terlihat biasa saja."Pasien sudah melewati masa kritisnya, sebentar
"Mama harus segera memberitahu Frans! dia pasti akan terkejut mendengar kabar baik ini." Nyonya Dimejo tampak sangat antusias. Aura bahagianya tak dapat ia sembunyikan dari wajahnya."Jangan dulu Ma! biarkan Shiya sendiri yang mengatakan padanya. Shiya ingin membuat kejutan untuknya." Shiya tersenyum paksa agar mertuanya mempercayainya. Padahal sebenarnya ia masih ingin merahasiakannya dari suaminya. Ia yakin Frans pasti tidak akan terlalu senang memiliki anak darinya.Masih terlukis jelas dalam ingatan Shiya, bagaimana Frans dan Lucy masih saling memadu cinta. Jejak yang selalu ia tinggalkan, tak pernah bisa membuat hati Shiya lepas."Baiklah kalau begitu. Terserah kau saja, yang jelas Mama sangat bahagia sekarang." Nyonya Dimejo kembali memeluk Shiya.Setelah pemeriksaan dan konsultasi selesai, mereka berdua keluar dari ruangan VIP itu dengan raut wajah bahagia. Saat menyusuri lorong rumah sakit, tanpa sengaja Shiya melihat Lucy tengah b
Kedua orang yang tengah dipenuhi dengan gairah itu sedang asik bercumbu dalam ruangan yang gelap, penerangan didalam kamar Ben memang sengaja di redupkan.Mereka bekerja keras hingga peluh bercucuran membasahi tubuh keduanya dalam kenikmatan. Keduanya saling melepaskan hasrat yang sempat tertahan."Aku tak akan melepaskanmu!" Ben sepertinya sudah masuk kedalam jeratan kenikmatan Lucy. Rasa puas yang ia nikmati membuatnya terobsesi untuk membuat Lucy tetap dalam ikatannya."Cobalah!" wajah Lucy yang basah dipenuhi keringat membuatnya semakin terlihat menggoda. Wajah secantik itu pasti dengan sangat mudah bisa memikat pria mana saja.Ben yang sebelumnya tak pernah membayangkan akan mendapatkan kenikmatan dari tubuhnya itu, kini benar-benar seperti mendapat lotre bernilai milyaran dollar. Melihat Lucy adalah wanita cantik milik bosnya hanya membayan
Malam semakin larut, cahaya ruangan pun sudah redup. Di jam itu, tak ada satupun orang yang berlalu lalang disana. Hanya ada beberapa perawat di setiap ujung lorong ruang inap untuk berjaga.Tuan Pram masih terkulai lemah di ranjangnya. Sedikit demi sedikit ia mulai sadarkan diri, namun sama sekali belum bisa menggerakkan tubuhnya. Indera pendengarannya pun sudah berfungsi kembali.Ia berusaha keras untuk menggerakkan tubuhnya. Namun, sejauh ia berusaha hanya jari telunjuknya saja yang mampu ia gerakkan. Itupun hanya gerakan kecil yang tak dapat menarik perhatian siapapun.Setelah beberapa saat, akhirnya ia mulai bisa membuka matanya. Sangat pelan, dan pandangannya pun masih tampak kabur. Matanya menyapu seisi ruangan, mencari tahu dimana keberadaannya saat ini. Ia menemukan ada seorang wanita yang sedang tertidur pulas disampingnya.Ia mulai mengaduk-aduk isi kepalanya untuk menggali ingatannya. Berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya t
"Ibu segeralah pulang kerumah! polisi pasti akan segera datang.""Baiklah aku akan pergi. Aku harap kalian berdua tidak akan membuat masalah lagi." Ibu Lucy berjalan keluar meninggalkan mereka berdua.Pagi harinya.Tok! tok! tok!Ceklek!"Selamat pagi Bu?" tepat seperti dugaan, beberapa polisi terlihat sedang berdiri didepan pintu rumah Lucy."Ada yang bisa saya bantu?" tentu saja Ibu Lucy pura-pura tidak tahu."Saya dari kepolisian Bu. Apa anda tahu keberadaan Tuan Pram?""Bukankah dia ada dirumah sakit?""Dia menghilang saat kami datang tadi pagi.""Apa? dia sudah sadarkan diri?" Ibu Lucy membulatkan kedua matanya pura-pura terkejut."Kami belum tahu pasti Bu.""Tunggu sebentar!" ia masuk kedalam sebentar, tak lama kemudian ia kembali dengan membawa secarik kertas ditangannya. "Pergilah ketempat ini! mungkin saja dia pergi kerumahnya." ia memberikan k
Hari ini Shiya sibuk membuat kue di dapur dengan dibantu beberapa pelayan. Ia berencana membuatkan kue ulang tahun untuk Frans dengan tangannya sendiri seperti saran yang Mama mertuanya berikan padanya.Shiya harus memastikan kue buatannya ini matang sempurna agar tak mengecewakan suaminya. Ia tak peduli meski saat ini keadaannya sangat berantakan dengan tangan, wajah hingga rambut yang dipenuhi tepung bekas adonan kue.Setelah beberapa jam bergulat di dapur, kue yang ia buat akhirnya matang. Shiya pun selesai menghiasnya menjadi kue yang sangat cantik. Ia juga mengemasnya dengan rapi."Bi, aku pergi keatas dulu ya untuk mandi. Terima kasih atas bantuan Bibi hari ini." Shiya meletakkan kue yang ia buat di meja dapur setelah selesai mengemasnya."Sama-sama Nona, sudah tugas saya." wanita paruh baya itu tersenyum kemudian menundukkan kepalanya saat Shiya hendak pergi meninggalkannya.Shiya berjalan pelan menaiki tangga, kedua tang
Frans menghentikan laju mobilnya didepan rumah mewah milik orang tuanya. Ia keluar dari mobil dengan tergesa-gesa. Nyonya Dimejo yang sedang duduk di ruang tengah itu pun dibuat heran dengan tingkah anaknya.Frans masuk kedalam kamarnya dan menyapu setiap sudut ruangan itu. Namun, tak menemukan siapapun disana. Ia pun kembali turun untuk melanjutkan pencariannya."Nak! apa terjadi sesuatu?" Nyonya Dimejo akhirnya menghampiri anaknya yang terlihat sedang kebingungan itu."Dimana istriku Ma?" ia terus memutarkan kepalanya untuk mencari keberadaan istrinya."Dia belum kembali sampai sekarang. Bukankah harusnya dia sedang bersamamu untuk merayakan ulang tahunmu? kenapa kau kembali sendiri?" kali ini Nyonya Dimejo yang panik."Apa Ma? aku akan mencarinya sekarang!" Frans membulatkan kedua matanya mengetahui istrinya ternyata belum kembali juga kerumah. Ia bergegas keluar dari rumah itu."Temukan menantu Mama! atau Mama aka