“Kenapa, Bi? Kok lihatin akunya kayak gitu? Apa ada yang salah dengan penampilanku?” tanya Nabila, ia memeriksa baju yang sedang dikenakannya. Tidak peka atas reaksi yang bi Nining tunjukkan.“Bukan, bukan itu. Tapi ini!” jawab bi Nining.Bi Nining menggelengkan kepalanya pelan. Lantas ia melihat benda berupa album foto itu dan menunjuknya..Nabila pun baru paham, ternyata bi Nining memperhatikan album foto miliknya.“Itu album foto keluargaku,” ujar Nabila.Nabila pun mendekati bi Nining, kemudian mengambil album itu dari tangan bi Nining. Nabila menatap foto yang ada di dalam album tersebut.“Em … Mbak Nabila. Maaf jika saya lancang. Saya mau tanya, siapa anak kecil yang ada di foto itu?” tunjuk bi Nining ke salah satu foto.Nabila menatap foto anak kecil yang ditunjuk bi Nining barusan. Ia pun tersenyum getir saat melihat potret kecil mendiang kakaknya. Seketika rasa sedih itu kembali muncul.“Itu kakakku, Bi. Dia kak Naima, tapi dia sudah lama sekali meninggal, sejak umurnya masih
Keesokan paginya, Gala tengah bersiap hendak pergi ke kantor. Nabila pun membantu memasangkan dasi serta merapikan kerah kemejanya.Saat Nabila lengah, tiba-tiba Gala mengecup kening Nabila. Membuat wanita itu tersenyum dan tersipu malu.“Terima kasih, Sayang. Oh iya, sepertinya aku bakalan pulang telat. Jangan tunggu aku kalau mau makan malam,” ucap Gala.“Iya, Mas, semoga lancar kerjaannya,” sahut Nabila.Setelah selesai bersiap dan juga sarapan pagi, Gala pun menaiki mobilnya lalu berangkat. Nabila melambaikan tangannya saat Gala memasuki mobil.“Papanya sudah berangkat, Sayang. Kita masuk lagi, yuk! Kita duduk di taman belakang saja, sambil berjemur. Asyik … Sandi jadi makin sehat, dong!” seru Nabila, mengajak ngobrol Sandi.Nabila berjalan melewati dapur, di sana terlihat mbok Min dan juga bi Nining tengah sibuk mengupas bawang dan memotong sayuran. Sesekali mereka berdua mengobrol dan tertawa.Melihat pemandangan itu, Nabila tersenyum. Ikut merasakan kebahagiaan di antara mereka
“Mas!” teriak Nabila yang terbangun karena terkejut.“Maaf, Sayang aku mengagetkanmu! Aku baru saja hampir menabrak orang,” ucap Gala.Di depan mobil itu, seorang wanita terduduk dengan kedua tangan memegangi telinga dan mata tertutup dengan kepala menunduk. Tampak sekali, wanita itu ketakutan saat mobil Gala hampir saja menyentuh tubuhnya.“Apakah dia baik-baik saja?” tanya Nabila.“Aku tidak tahu, aku harus pastikan apakah dia baik-baik saja,” ujar Gala, ia keluar dengan membawa payung.Nabila menunggu di dalam mobil, sambil memperhatikan Gala yang menghampiri wanita itu.Gala yang telah mendekat, ia pun menepuk bahu wanita itu.“Mbak tidak apa-apa?” tanya Gala.Wanita itu mengurai tangannya dan melepaskannya dari kedua telinga. Membuka mata lalu mengangkat wajahnya menatap Gala.“Bi Nining!” Gala terhenyak, ternyata wanita yang hampir saja ia tabrak adalah bi Nining, ART di rumah Mona.“Mas Gala!”Bi Nining pun sama terkejutnya seperti Gala. Tidak menyangka jika ia akan bertemu den
“Sudah siap?”“Sudah, dong!”Gala dan Nabila telah bersiap hendak pergi jalan-jalan. Tujuan mereka sebelum jalan-jalan, terlebih dulu mereka berniat untuk datang ke makam Amira.Nabila merasa rindu terhadap anak perempuannya itu. Gala yang mengerti dengan perasaan Nabila, ia menyetujui keinginan Nabila untuk pergi ke sana.“Kita ke makamnya saudara kamu ya, Sayang. Andai Amira masih ada, pasti kamu akan senang. Kalian akan tumbuh bersama,” ujar Nabila sambil memangku Sandi.Gala mengusap bahu Nabila. Berusaha menenangkan hati wanitanya itu.“Kamu yang sabar, ya! Tuhan lebih sayang sama Amira. Mungkin di sana, Amira bahagia dan sedang melihat kita. Jadi, kamu jangan bersedih, ya!” seru Gala.Nabila menganggukkan kepalanya pelan. Walau pun sedih, ia telah mengikhlaskan kepergian Amira.Mobil Gala pun telah sampai di depan gerbang pemakaman umum. Segera Gala memarkirkan mobilnya.Sebelum masuk, mereka membeli buket bunga serta bunga mawar untuk taburan di atas makam.“Amira ….lihat Ibu b
Di kediaman Gala, Ello telah menyetujui untuk mengantar Faisal dan juga Erina untuk kembali ke rumah mereka.Sesuai keinginan Erina, ia ingin tinggal berdua di rumahnya bersama Faisal. Menghabiskan masa tua mereka dengan tentram.“Mami, kalau butuh apa-apa jangan sungkan hubungi aku, ya. Aku dan Mas Gala pasti akan merindukan Mami dan Papi. Kami juga pasti akan sering-sering main ke rumah kalian,” ujar Nabila, ia tengah membantu Erina memakai baju.“Iya, Nabila. Mami akan sangat senang jika kalian sering-sering main ke rumah kami. Rumah kami akan selalu terbuka untuk kalian, anak-anak Mami,” sahut Erina, ia mengusap lengan Nabila.Setelah selesai memakaikan baju Erina. Nabila pergi ke dapur, untuk membawa bekal untuk Erina di jalan, yang telah ia siapkan sedari tadi.Nabila melangkah masuk ke dapur. Namun, langkahnya terhenti saat ia melihat Ello yang juga sedang berada di dapur, dengan posisi membelakanginya.Nabila ragu-ragu untuk melanjutkan langkahnya. Hingga ia terdiam mematung d
“Ish! Mama apaan, sih? Memangnya ada yang salah dengan cara aku jalan? Perasaan aku jalan biasa saja,” sahut Nadin.Mona mendekati Nadin, lantas berdiri di hadapan anaknya itu. Tatapannya seakan mengintimidasi.“Tapi … yang Mama lihat, jalan kamu memang beda. Kayak yang habis-”“Ck, Ma … apa Mama nuduh aku yang macam-macam? Mama nggak percaya sama aku?” potong Nadin, mulai emosi dengan ucapan Mona yang mengarah pada tuduhan negatif.Mona menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia mengangkat sebelah tangannya ke udara, membantah pertanyaan Nadin.“Tidak, mungkin Mama yang salah lihat. Ya sudah kamu masuk saja ke dalam. Mama mau lanjut nyiram tanaman bunga kesayangan Mama dulu,” jawab Mona.Nadin pun kembali membalikkan badan. Melenggang pergi masuk ke dalam rumah. Namun, mata Mona tidak bisa lepas dari gerak-gerik langkah kaki Nadin yang begitu berbeda itu.“Kok perasaan aku jadi nggak enak. Kenapa, ya?” Mona mengusap dadanya pelan.Mona pun kembali menyiram tanaman bunga, seperti yang tadi
Nadin terbangun di dalam kamar yang asing. Penampilannya begitu kacau serta tubuh yang terasa sakit.“Sakit banget, ada apa ini? Kenapa aku ada di sini?” gumam Nadin, ia mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan.Nadin merasa aneh, kenapa ia bisa berada di tempat yang asing baginya. Padahal semalam ia sedang berada di club malam bersama Lina dan Kia.Seketika Nadin teringat akan pria yang pernah bersamanya di club malam.“Apa Edo yang membawaku ke sini?” gumam Nadin, kepalanya masih sedikit merasa pusing.Nadin menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Lalu beranjak dari tempat tidur, hendak menuju kamar mandi. Namun, saat ia hendak melangkah, tubuh bagian intimnya terasa nyeri. Entah apa yang terjadi, Nadin tidak ingat apa pun.Nadin hendak melanjutkan langkahnya ke kamar mandi. Akan tetapi, ponsel miliknya tiba-tiba berdering. Nadin melirik tas miliknya yang berada di atas tempat tidur. Namun, alangkah terkejutnya Nadin, saat melihat bercak merah menodai sprei putih yang terp
“Aaargh! Kenapa, sih, harus secepat itu ketahuan? Bahkan aku belum sempat membeli barang-barang yang aku mau. Tante Erina sialan!”Nadin melempar benda apa saja yang ia lihat di ruang keluarga.“Nadin, apa yang kamu lakukan? Sudah-sudah, jangan rusak semua barang-barang ini!” cegah Mona, ia baru keluar dari kamar dan mendengar suara gaduh pecahan gelas di luar.Nadin melipat kedua tangannya di depan dada. Merasa kesal dengan keadaan yang tidak sesuai dengan harapan.“Bagaimana aku nggak marah, Ma. Aku belum mendapatkan apa yang aku mau dari tante Erina. Tapi, secepat itu harus ketahuan sama mas Gala. Lalu, setelah ini pemasukan kita dari mana, Ma? Kalau hanya mengandalkan uang gaji dari Papa, ya nggak akan cukup, lah!” sahut Nadin.Mona menghela napas kasar, ia pun kecewa atas keadaan ini. Namun, harus bagaimana lagi? Ia pun bingung dengan cara apa lagi untuk bisa mendapatkan uang dari Erina.“Tapi setidaknya Gala tahu rahasia Erina. Mama yakin, sekarang Gala dan Ello pasti marah besa
Semua orang terkejut saat pintu kamar terbanting cukup kuat. Mereka menoleh ke arah pintu tersebut.Di sana, tampak Ello berdiri menatap Erina dan juga Faisal dengan tatapan tajam.“Ello, ternyata kamu! Kenapa kamu membanting pintu? Kasihan Mami kamu, kamu sudah mengagetkannya,” ujar Oma Nira.Ello pun masuk ke dalam ruangan itu. Lantas mendekati Faisal yang berdiri tak jauh dari Erina.“Katakan, apakah yang aku dengar itu benar? Mami bukan ibu kandung aku sama Gala? Aku sudah dengar suara rekaman itu barusan. Apakah benar begitu?” tanya Ello.Faisal tertunduk, hal itu sudah ia duga sebelumnya, jika suatu saat, Ello atau pun Gala akan marah karena merasa dibohongi selama ini.“Iya, Ello. Erina memang bukan ibu kandung kamu dan Gala. Dia sebenarnya Tante kalian. Dia kembaran ibu kalian yang bernama Elia,” jawab Faisal, ia tertunduk.Tampak gurat kekecewaan yang terpancar pada wajah Ello dan juga Gala.“Kenapa Papi tidak jujur dari dulu? Kenapa kalian, Papi dan Oma tidak mengatakan yang