IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU39. MAS BOBBY DAN MAS PUTRA (BAGIAN A)Ping![Yang kedua, baru dibuat lima menit yang lalu, Mbak!] Tulis Tasya lewat pesan.Aku tidak membalas pesannya, tidak sanggup rasanya aku memegang ponsel lagi. Tulang belulangku lemas, dan badanku terasa bagaikan jelly, hampir aku luruh ke lantai jika saja Arca tidak cepat menopang tubuhku.“Ya, kamu kenapa?” tanya Arca khawatir.Setelah mendudukkan ku dengan nyaman di atas ranjang, dia bergegas mengambil ponselku dan membuka pesan yang tadi dikirimkan oleh Lala tadi.“Memang biadab mantan mertuamu ini! Tidak punya hati, tidak punya etika!” ujar Arca emosi.Aku tidak menyahuti ucapannya, dan menatap tembok dengan kosong. Bagaimana bisa Mama bersikap demikian kejamnya Bukankah dia yang licik? Menggunakan media untuk membenciku, dan aku yang tidak bersalah ini bisa-bisanya dia jadikan sebagai tersangka.Bukankah aku korbannya di sini? Dibohongi dan diselingkuhi, oleh sahabat sendiri. D
40. MAS BOBBY DAN MAS PUTRA (BAGIAN B)"Mas? Farhan? Kok fotonya beda?" tanyanya penasaran."Bukanlah!" jawabku cepat."Jadinya?" tanyanya kembali."Sepupuku, Ca. Anak Bi Masyitah," jelasku padanya."Bagaimana bisa kamu punya saudara tampan begitu?" pekik Arca tidak percaya."Lah, memangnya kenapa? Kami sekeluarga memang mempunyai wajah di atas rata-rata," kataku sombong.Huweeeekkkk!Arca berlagak, seperti tengah memuntahkan makanannya. Dia menatapku seolah tengah menahan mual, sialan!"Kamu kok, nggak pernah ngomong kalau punya saudara?" tanyanya kesal."Harus, ya?" tanyaku santai."Ya, nggak harus, sih," gumam Arca pelan."Sudahlah, dandan yang cantik sana. Nanti aku kenalkan kamu sama Mas Bobby dan juga Mas Putra!" kataku pada Arca."Hah? Ada dua, Ya?" tanyanya terkejut."Iya, dua. Dan dua-duanya ganteng!" kataku terkekeh, yang disambut rengutan Arca.Kenapa aku bilang keduanya akan datang? Karena Mas Bobby mengirimi aku pesan, itu artinya dia tidak sedang menyetir. Dan yang menye
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU41. KETEGANGAN (Sindiran trio maut) (BAGIAN A)"Mas!"Aku memekik kaget dan segera berlari menghampiri Mas Farhan, yang saat ini sedang terduduk di samping mobilnya yang sedikit penyok.Dia memegangi kepalanya yang berdarah dan sesekali menggeleng-gelengkan kepalanya, kelihatannya dia merasakan pusing yang amat sangat."Mas! Mas tidak apa-apa, kan?" tanyaku panik.“Sakit banget!” lirihnya pelan, matanya terlihat tidak fokus dan darah semakin banyak keluar dari luka yang ada di kepalanya."Kenapa ini, Ya?" tanya Arca sambil mendekat.Dia ikut memekik kaget saat melihat darah yang mengalir, sekarang sudah sampai ke baju kaos yang dipakai oleh Mas Farhan."Astaghfirullah, kenapa ini?" tanyanya lagi.Namun aku juga tidak bisa menjawab pertanyaannya, karena saat ini pertanyaan yang sama juga tengah menggelayuti pikiranku.Bagaimana bisa mas Farhan mengalami kecelakaan di depan gerbang rumahku? Dan siapa yang menabrak Mas Farhan?
42. KETEGANGAN (Sindiran trio maut) (BAGIAN B)Alhamdulillah! Ada yang waras di antara mereka, masak orang sakit mau diseret, yang tidak-tidak saja!“Jangan di sofa, Kang! Letak di bawah saja, sayang sofanya kalau terkena darah!” lanjut Mas Bobby cuek.HAHAHAHAHAHA!Suara tawa Arca dan juga Mas Putra terdengar sangat nyaring, aku sontak menepuk keningku dengan kuat. Aku kira Mas Bobby berbeda dengan Arca dan juga Mas Putra, ternyata sama saja!“Awwwww … Dek!” Suara Mas Farhan yang terdengar mendesis menahan sakit, membuat Kang Junet bibgung. Mau didudukkan di sofa, takut akan tiga orang yang melarang di sana. Mau didudukkan di lantai, dia juga pasti merasa sungkan. Toh, beberapa jam yang lalu Mas Farhan masih merupakan majikannya.“Bu?” tanyanya bingung.“Di sofa saja, Kang!” kataku akhirnya setelah menimbang beberapa hal.Yahh ….Desah kecewa dari Arca dan juga Mas Putra terdengar kuat, seolah memang tengah menunjukkan kalau mereka tidak setuju dengan apa yang aku lakukan saat ini.
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU43. ARGA WIDJAJA (BAGIAN A)“Assalamualaikum!”Disela-sela, suara teriakan itu terdengar suara orang yang mengucapkan salam. Tapi itu suara seorang pria, dan ketika aku hendak bangkit untuk membuka pintu, Arca segera mencegahku dan dia yang berlalu ke pintu depan.Setelah beberapa saat aku bisa mendengar langkah kaki yang bertalu masuk ke dalam rumah, dengan cara menghentak. Ada dua langkah kaki sepertinya, dan aku mulai bisa menebak siapa yang datang ke sini.“Mas!”Maura mmekik dan menghambur emeluk Mas Farhan, aku memalingkan wajah melihatnya. Rasa sakit itu datang lagi, dan semakin perih saat melihat Mas Farhan yang membalas pelukan itu dengan tidak kalah mesra.“Kamu apakan anakku? Hah?!” Mama memekik kaget saat melihat kepala Mas Farhan yang terluka.Namun yang aku heran, kenapa dia menuduh aku? Memangnya apa yang bisa aku lakukan? Menjambak dan menghajarnya? Maaf saja, aku tidak mau melakukan hal itu!Itu bukan gayak
44. ARGA WIDJAJA (BAGIAN B)Di sana kami bisa melihat video kalau Mas Farhan memang mengintip rumahku melalui gerbang, lalu masuk lagi ke dalam mobil, dan kejadian itu terjadi sampai beberapa kali. Dia sudah tidak bisa mengelak lagi!“Kamu ngapain sih, Mas? Ngapain pakai acara datang ke sini segala?” tanya Maura emosi.Dia mendudukkan dirinya di samping Mas Farhan, dan aku segera pindah ke sofa single. Duduk di sana dengan gaya bak ratu kerajaan, membuktikan bahwa aku baik-baik saja tanpa mereka.Tanpa suami, sahabat, dan juga Mama mertua. Aku baik-baik saja, dan aku bisa hidup bahagia!“A–aku, aku cuma mau memastikan kalau Aya lagi di rumah!” katanya tergagap.“Kalau begitu, kamu bisa tanya! Bukannya memantau seperti maling!” ketus Mas Bobby.Karena siapapun yang mendengar ucapan Mas Farhan juga akan tidak mempercayainya, terlebih ada bukti video yang sangat mendukung.“Heh, jangan sembarangan bicara kamu ya! Kau mengatai anakku maling? Adikmu ini yang maling! Berani-beraninya dia me
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU45. PEMECATAN (BAGIAN A)“Atasan?!” Mama dan Maura memekik bersamaan, dan kemudian mereka langsung saling berpandangan. Mereka terdiam sebentar, sebelum menatap Mas Farhan dengan lekat seolah ingin memastikan ucapan yang baru saja Arga lontarkan.Melihat Mas Farhan yang mengangguk lemah, mereka kompak menutup mulut mereka dengan dramatis sambil menggeleng. Lalu Mama mendekati Arga dan menjabat tangannya dengan hangat dan juga erat, aku mendecih sinis. Mereka terlalu berlebihan jika berurusan dengan sesuatu yang berbau ‘uang’ dan juga ‘jabatan’.“Ya ampun, Pak! Maaf ya, saya tidak mengenali Bapak! Farhan sering cerita kalau atasannya adalah orang yang sangat baik dan juga bijaksana, saya tidak menyangka kalau Bapak semuda ini,” katanya memuji. “Hebat loh!” kata Mama lagi.Aku memutar bola mata dengan bosan, kemudian mengalihkan pandanganku ke arah Arca yang terlihat menyimak adegan drama ini dengan sangat khidmat. Namun set
46. PEMECATAN (BAGIAN B)Mas Farhan hanya bisa diam dan tidak berkutik, tidak menjawab maupun menyanggah, bertindak seperti orang bodoh yang tidak tahu harus melakukan apa dan bagaimana.“Maaf, Pak! Sepertinya itu bukan urusan Bapak. Apakah Bapak tidak menyadari, kalau Bapak terlalu ikut campur pada urusan karyawan Bapak?” tanya Mama dengan ketus.Aku mengira Arga akan marah dan juga emosi karena sudah di dikte sedemikian rupa oleh Mama, tapi dia hanya tersenyum santai dan menatap Mas Farhan dengan tajam.“Apa Pak Farhan tidak memberitahu mereka peraturan perusahaan saya?” tanya Arga pelan.“Peraturan apa, Mas?” tanya Maura ingin tahu.Sama denganku yang juga penasaran akan peraturan itu, karena aku memang sama sekali tidak mengetahui apapun masalah pekerjaan dan perusahaan tempat Mas Farhan bekerja.Aku bahkan tidak tahu kalau Arga adalah atasan Mas Farhan, karena setahuku atasan Mas Farhan adalah Pak Anton. Dan sekarang aku sangat penasaran, peraturan apa yang Arga bicarakan.“Karya