Share

Bab 5. Munculnya Pemuda Misterius

Sebuah pesan maut berwarna merah darah terpampang tepat di bawah telapak tangan berwarna kemerahan. Para pendekar dan ahli beladiri yang berada di tempat itu nampak dibuat sangat terkejut melihat ancaman itu. Sebagian mereka mengenali sebuah pukulan yang terpampang di dinding aula utama kediaman Pemimpin Lim.

“Apa maksudnya ini Pemimpin Lim?” tanya seorang lelaki berpakaian ringkas dengan sebilah pedang di punggungnya.

Orang yang bertanya itu adalah seorang ahli pedang ternama di wilayah Selatan. Orang-orang menyebutnya sebagai Raja Pedang dari Selatan. Murid salah satu Malaikat Sakti Dunia Persilatan.

"Ancaman ini baru saja kami dapatkan. Sepertinya erat hubungannya dengan tragedi yang menimpa keluarga Liong sepuluh tahun silam,” terang Pemimpin Lim.

“Ahhh.. tragedi itu benar-benar memalukan. Apakah kau juga terlibat pada penyerangan itu? Sampai sekarang aku tidak mengetahui siapa orang yang memberikan perintah untuk menghabisi keluarga Pendekar Liong Chen. Hanya ada berita bahwa ia telah mempelajari ilmu silat sesat dan akan membahayakan dunia persilatan sehingga perlu dicegah. Namun nyatanya hari itu merupakan hari pembantaian.” Raja Pedang dari Selatan tertunduk, ada rasa penyesalan dari ucapannya tadi.

“Apa itu!” seru Raja Pengemis Utara.

Perhatian semua orang langsung tertuju pada arah yang ditunjuk oleh Raja Pengemis Utara. Ternyata di dinding yang terdapat tulisan darah ini bertambah tulisannya.

‘Sebaiknya kalian tidak ikut campur. Semua yang terlibat pasti akan dapat giliran. Dua hari lagi apabila kalian masih berada di tempat ini, maka kalian pun akan bernasib sama!’

“Entah bagaimana cara orang itu masuk, benar-benar seperti Iblis saja!” gumam Raja Pedang dari Selatan. 

Semua orang yang ada di tempat itu terdiam. Memang tidak ada satupun yang melihat bagaimana orang yang menulis pesan berdarah itu. Padahal di tempat itu banyak para ahli beladiri yang memiliki tingkat kultivasi tinggi.

“Tuan Lin, a-apa yang terjadi dengan lenganmu?” ucap Raja Pengemis utara kepada Raja Pedang dari Selatan.

Mata semua orang terbelalak dengan perasaan kaget bercampur ngeri. Entah apa yang terjadi lengan kiri Raja Pedang Selatan kini telah terpotong hingga ke pangkal lengan. Tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi. Bahkan Raja Pedang dari selatan  sendiri sama sekali tidak menyadari ia sudah kehilangan lengan kirinya. Tidak ada rasa sakit yang ia rasakan.

“Ilmu Pedang Tanpa Perasaan!” seru seorang lelaki tua berpakaian serba putih menunjukkan wajah pucat dan tegang yang baru saja datang dengan ilmu meringankan tubuhnya dan mendarat dengan indah di lantai kediaman keluarga Lim itu.

“Gu-guru!” Raja Pedang dari Selatan berlutut.

“Malaikat Pedang!” seru Raja Pengemis Utara dan beberapa orang ahli beladiri secara bersamaan. 

“Untung kau ada di sini, keluarga Lim akan terselamatkan,” ucapnya lagi, gembira.

“Lin Yuan, kesalahan apa yang kau perbuat sepuluh tahun yang lalu sehingga orang itu menghukummu?” tanya Malaikat Pedang dengan suara bergetar.

Lin Yuan, si Raja Pedang dari Selatan yang masih berlutut, menundukkan kepalanya. Wajah penyesalan tak bisa ditutupinya. Hanya tubuhnya yang bergetar hebat. Ia pun langsung pingsan, hilang kesadaran karena tekanan batin yang menimpanya.

Malaikat Pedang nampak begitu sedih melihat keadaan muridnya. Orang tua berusia sembilan puluh tahunan itu kemudian bergerak dengan sangat cepat menyambar tubuh Raja Pedang dari Selatan. Kini keduanya sudah tidak berada di tempat itu lagi. Malaikat Pedang membawa pergi muridnya yang berusia empat puluh tahunan itu.

“Tapak Dewa Iblis Darah dan Ilmu Pedang Tanpa Perasaan merupakan dua ilmu tertinggi tangan kosong dan Ilmu Pedang di dunia persilatan. Sudah dipastikan orang itu memiliki tenaga sakti legendaris yang langka Tenaga Sakti Ilmu Tujuh Gerbang Dewa hingga bisa menguasai kedua ilmu itu sekaligus. Terus terang, kecuali Dewa Pertapa Pulau Kayangan yang turun tangan, tak akan ada yang bisa menghadapi orang ini.”

Meskipun orangnya sudah tidak terlihat lagi, suara orang tua itu masih terdengar. Ia secara tidak langsung mengatakan bahwa dirinya tidak bisa membantu. Kesaktian orang yang memberikan pesan ancaman itu berada di atas kemampuannya.

Ucapan Malaikat Pedang benar-benar membuat para ahli beladiri yang berada di kediaman keluarga Lim menjadi ciut nyali mereka. Seorang Malaikat Pedang saja merasa gentar berhadapan dengan penyerang misterius di kediaman keluarga Lim, apalagi mereka. Padahal ia merupakan salah satu ahli beladiri yang tingkatan tenaga saktinya berada di tingkatan teratas.

Satu demi satu para ahli beladiri yang berada di tempat itu pamit mohon diri kepada Pemimpin keluarga Lim. Tidak sedikit yang langsung meninggalkan tempat itu tanpa berpamitan. Mereka tidak ingin mengambil resiko kehilangan nyawa terkena dampak permusuhan yang terjadi antara keluarga Lim dan orang misterius itu. Hanya tinggal beberapa orang pendekar sahabat dekat Pemimpin keluarga Lim saja yang masih bertahan di tempat itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status