Sebuah pesan maut berwarna merah darah terpampang tepat di bawah telapak tangan berwarna kemerahan. Para pendekar dan ahli beladiri yang berada di tempat itu nampak dibuat sangat terkejut melihat ancaman itu. Sebagian mereka mengenali sebuah pukulan yang terpampang di dinding aula utama kediaman Pemimpin Lim.
“Apa maksudnya ini Pemimpin Lim?” tanya seorang lelaki berpakaian ringkas dengan sebilah pedang di punggungnya.
Orang yang bertanya itu adalah seorang ahli pedang ternama di wilayah Selatan. Orang-orang menyebutnya sebagai Raja Pedang dari Selatan. Murid salah satu Malaikat Sakti Dunia Persilatan.
"Ancaman ini baru saja kami dapatkan. Sepertinya erat hubungannya dengan tragedi yang menimpa keluarga Liong sepuluh tahun silam,” terang Pemimpin Lim.
“Ahhh.. tragedi itu benar-benar memalukan. Apakah kau juga terlibat pada penyerangan itu? Sampai sekarang aku tidak mengetahui siapa orang yang memberikan perintah untuk menghabisi keluarga Pendekar Liong Chen. Hanya ada berita bahwa ia telah mempelajari ilmu silat sesat dan akan membahayakan dunia persilatan sehingga perlu dicegah. Namun nyatanya hari itu merupakan hari pembantaian.” Raja Pedang dari Selatan tertunduk, ada rasa penyesalan dari ucapannya tadi.
“Apa itu!” seru Raja Pengemis Utara.
Perhatian semua orang langsung tertuju pada arah yang ditunjuk oleh Raja Pengemis Utara. Ternyata di dinding yang terdapat tulisan darah ini bertambah tulisannya.
‘Sebaiknya kalian tidak ikut campur. Semua yang terlibat pasti akan dapat giliran. Dua hari lagi apabila kalian masih berada di tempat ini, maka kalian pun akan bernasib sama!’
“Entah bagaimana cara orang itu masuk, benar-benar seperti Iblis saja!” gumam Raja Pedang dari Selatan.
Semua orang yang ada di tempat itu terdiam. Memang tidak ada satupun yang melihat bagaimana orang yang menulis pesan berdarah itu. Padahal di tempat itu banyak para ahli beladiri yang memiliki tingkat kultivasi tinggi.
“Tuan Lin, a-apa yang terjadi dengan lenganmu?” ucap Raja Pengemis utara kepada Raja Pedang dari Selatan.
Mata semua orang terbelalak dengan perasaan kaget bercampur ngeri. Entah apa yang terjadi lengan kiri Raja Pedang Selatan kini telah terpotong hingga ke pangkal lengan. Tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi. Bahkan Raja Pedang dari selatan sendiri sama sekali tidak menyadari ia sudah kehilangan lengan kirinya. Tidak ada rasa sakit yang ia rasakan.
“Ilmu Pedang Tanpa Perasaan!” seru seorang lelaki tua berpakaian serba putih menunjukkan wajah pucat dan tegang yang baru saja datang dengan ilmu meringankan tubuhnya dan mendarat dengan indah di lantai kediaman keluarga Lim itu.
“Gu-guru!” Raja Pedang dari Selatan berlutut.
“Malaikat Pedang!” seru Raja Pengemis Utara dan beberapa orang ahli beladiri secara bersamaan.
“Untung kau ada di sini, keluarga Lim akan terselamatkan,” ucapnya lagi, gembira.
“Lin Yuan, kesalahan apa yang kau perbuat sepuluh tahun yang lalu sehingga orang itu menghukummu?” tanya Malaikat Pedang dengan suara bergetar.
Lin Yuan, si Raja Pedang dari Selatan yang masih berlutut, menundukkan kepalanya. Wajah penyesalan tak bisa ditutupinya. Hanya tubuhnya yang bergetar hebat. Ia pun langsung pingsan, hilang kesadaran karena tekanan batin yang menimpanya.
Malaikat Pedang nampak begitu sedih melihat keadaan muridnya. Orang tua berusia sembilan puluh tahunan itu kemudian bergerak dengan sangat cepat menyambar tubuh Raja Pedang dari Selatan. Kini keduanya sudah tidak berada di tempat itu lagi. Malaikat Pedang membawa pergi muridnya yang berusia empat puluh tahunan itu.
“Tapak Dewa Iblis Darah dan Ilmu Pedang Tanpa Perasaan merupakan dua ilmu tertinggi tangan kosong dan Ilmu Pedang di dunia persilatan. Sudah dipastikan orang itu memiliki tenaga sakti legendaris yang langka Tenaga Sakti Ilmu Tujuh Gerbang Dewa hingga bisa menguasai kedua ilmu itu sekaligus. Terus terang, kecuali Dewa Pertapa Pulau Kayangan yang turun tangan, tak akan ada yang bisa menghadapi orang ini.”
Meskipun orangnya sudah tidak terlihat lagi, suara orang tua itu masih terdengar. Ia secara tidak langsung mengatakan bahwa dirinya tidak bisa membantu. Kesaktian orang yang memberikan pesan ancaman itu berada di atas kemampuannya.
Ucapan Malaikat Pedang benar-benar membuat para ahli beladiri yang berada di kediaman keluarga Lim menjadi ciut nyali mereka. Seorang Malaikat Pedang saja merasa gentar berhadapan dengan penyerang misterius di kediaman keluarga Lim, apalagi mereka. Padahal ia merupakan salah satu ahli beladiri yang tingkatan tenaga saktinya berada di tingkatan teratas.
Satu demi satu para ahli beladiri yang berada di tempat itu pamit mohon diri kepada Pemimpin keluarga Lim. Tidak sedikit yang langsung meninggalkan tempat itu tanpa berpamitan. Mereka tidak ingin mengambil resiko kehilangan nyawa terkena dampak permusuhan yang terjadi antara keluarga Lim dan orang misterius itu. Hanya tinggal beberapa orang pendekar sahabat dekat Pemimpin keluarga Lim saja yang masih bertahan di tempat itu.
Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, diir
Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked
Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan
Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L
Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba
Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke