Share

Bab 6. Menagih Nyawa Anggota Patriark Lim

Dua hari kemudian, tepat di malam harinya suasana tegang menyelimuti kediaman keluarga Lim. Ketegangan itu sebenarnya sudah mereka rasakan semenjak pagi hari tadi. Seluruh orang bersiaga. Tak ada satupun dari pihak keluarga Lim meninggalkan kediaman mereka.

Sebenarnya sudah ada dari pihak keluarga Lim yang mencoba meninggalkan tempat itu. Namun baru selangkah kaki mereka keluar pintu gerbang kepala mereka sudah putus dari badannya. Tak ada satupun yang melihat siapa pelaku. Bahkan bayangannya saja tidak ada yang melihat. Yang lebih hebat lagi kepala orang yang terpenggal masih memperlihatkan senyum seolah-olah mereka tidak merasakan kesakitan ketika  maut menjemput.

Setelah beberapa kali gagal meninggalkan kediaman mereka, akhirnya tidak ada satupun lagi anggota keluarga Lim yang berani berniat untuk pergi. Mereka kini hanya pasrah menunggu nasib yang akan menimpa.  Meskipun para praktisi dan ahli beladiri yang berada di keluarga mereka masih berjuang untuk bisa mengalahkan orang yang akan melakukan penyerangan.

Pemimpin Lim sudah meminta anggota keluarganya yang terlibat dalam pembantaian keluarga Liong untuk menyerahkan diri,  namun tidak ada satupun dari mereka yang mengaku. Pemimpin Lim sendiri tidak mengetahui  siapa saja anggota keluarganya yang terlibat. Karena tidak ada satupun dari mereka yang meminta izin pada saat akan melakukan penyerangan ke kediaman Keluarga Liong. Ia pun akhirnya tak bisa berbuat apa-apa kecuali berusaha untuk melawan musuh yang setiap saat akan muncul.

Para Pendekar dan ahli beladiri di keluarga Lim maupun sahabat dan kerabat mereka yang masih tinggal di tempat itu sudah diberikan pil penguat tenaga yang langka. Pil itu membuat tenaga mereka meningkat berkali-kali lipat. Hal itu membuat mereka sedikit percaya diri  untuk menghadapi musuh yang datang.

“Mengapa sudah selarut ini, orang itu tidak juga muncul. Apakah ia hanya mengancam namun tidak berani memunculkan diri disini. Atau mungkin ia sudah mengetahui bahwa kita menggunakan pil langka untuk menghadapinya, sehingga nyalinya menjadi ciut,” ucap Serigala Kuku Besi, salah satu Praktisi yang masih tinggal di tempat itu.

“Rasanya tidak mungkin ia berubah pikiran. Aku yakin orang itu sengaja menyiksa kita dengan perasaan seperti ini. Entah ada hubungan apa orang itu dengan keluarga Liong, sepertinya ia benar-benar berniat untuk melakukan balas dendam,” sahut Pemimpin Lim. 

“Aahh.. ini semua karena salahku yang tidak bisa mengurus keluarga hingga terlibat tragedi berdarah itu,” sesalnya lagi.

Brakkk…

Bukkk.. bukkk.. bukkk..

Tiba-tiba saja pintu gerbang kediaman keluarga Lim Hancur berkeping-keping. Puluhan orang yang berada di sekitar pintu gerbang langsung roboh. Kepala mereka terpisah dari badan, dengan darah langsung mengalir dari dua anggota tubuh yang terpisah itu.

“Si-siapa kau?” Pemimpin keluarga Lim tersurut mundur ketakutan melihat seorang pemuda berpakaian merah dengan jubah berwarna merah kehitaman  menggantung di punggungnya.

Pemuda itu masih berusia sekitar delapan belas tahunan. Dengan pakaian jubahnya yang gagah ia berdiri angker di hadapan Pemimpin keluarga Lim yang didampingi Para Praktisi dan ahli beladiri lain. Mata pemuda itu terlihat terpejam sehingga memperlihatkan kelopak matanya secara utuh. 

“Aku adalah maut kalian!” ucap pemuda itu dingin.

Ucapan pemuda itu terdengar angker di telinga semua orang yang ada di tempat itu. Dilihat dari penampilannya seolah pemuda itu merupakan pemuda lemah. Bahkan tidak sedikit dari mereka mengira pemuda itu buta matanya. Namun yang mengerikan setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti mengandung perbawa mematikan.

"Anak muda, apakah kau yang melakukan pembantaian di keluargaku ini?" tanya Pemimpin Lim seolah tidak percaya dengan penglihatannya sendiri.

“Giliran kalian selanjutnya!” ucap pemuda berpakaian merah itu tanpa menjawab pertanyaan pemimpin Lim.

“Bedebah busuk! Pemuda cacat sepertimu berani sesumbar!” Serigala Kuku Besi mengumpat.

Lelaki berpakaian corak Serigala itu dibuat gusar oleh ucapan dan sikap yang ditunjukkan pemuda berpakaian serba merah. Ia mengira pemuda itu buta sehingga menyebutnya sebagai pemuda cacat. Ia yang sudah diliputi hawa marah langsung bergerak hendak menerjang. 

Namun betapa terkejutnya semua orang yang ada di tempat itu. Belum sempat Serigala kuku besi menyerang,  tubuhnya  langsung terpotong-potong dan berserakan di lantai dengan darah berhamburan.

“Hueekkk!”

Beberapa orang langsung memuntahkan darah melihat keadaan Serigala Kuku Besi yang sangat mengerikan. Pemuda itu terlihat tak bergerak sama sekali. Tapi yang terjadi sungguh mengerikan. Sebuah kesaktian yang sangat ganas. Ilmu pedang tingkat tinggi yang dinamakan ‘Ilmu Pedang Tanpa Perasaan’.

“Sungguh kejam!” ucap Pemimpin Lim ngeri.

Kemudian ia berteriak mengajak para pendekar dan ahli beladiri yang berada di tempat itu menyerang. Mereka pun bersiap mengeroyok, meski rasa takut masih sangat tebal melanda mereka. Tapi keinginan hidup mengalahkan rasa takut itu dan membuat mereka bertekad untuk hidup.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Silalahi Sabam
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status