Beranda / Fantasi / ILMU TUJUH GERBANG DEWA / Bab 7. Kesaktian Yang Sangat Mengerikan

Share

Bab 7. Kesaktian Yang Sangat Mengerikan

last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-04 13:00:41

Tiba-tiba saja pemuda berpakaian merah itu membuka matanya. Nampak mata itu memancarkan sinar merah yang sangat terang. Keadaan yang sangat mengerikan kemudian terjadi. Sebuah gelombang kekuatan berwarna kemerahan langsung memancar dari tubuh pemuda itu dan menyebar dengan cepat berbentuk lingkaran dari kecil membesar menerpa semua orang yang ada di sana.

Semua orang yang ada di kediaman keluarga Lim tiba-tiba saja tidak bisa bergerak. Wajah mereka berubah pucat. Semua mengalami keadaan yang sama.

“Me-mengapa aku tidak bisa berge…!”

Suara Pemimpin Lim terhenti. Ia jatuh terhempas ke tanah bersimbah darah. Tubuhnya terpotong-potong hingga beberapa bagian. Tidak hanya Pemimpin Lim yang mengalami keadaan itu. Semua orang yang ada di sana mengalami hal yang sama. Sebuah pembantaian yang sangat mengerikan.

‘SELANJUTNYA GILIRAN SEKTE BINTANG API’

Pemuda berpakaian serba merah itu kemudian lenyap. Ia meninggalkan sebuah pesan di dinding yang ditulis dengan darah yang mengalir di tanah tanpa menyentuhnya. Hebatnya darah itu kemudian membeku sehingga tidak luntur. Dan lebih hebat lagi seandainya ada seseorang yang melihat kejadian itu, tentu ia tidak tahu bagaimana cara pemuda itu melakukannya. Pemuda itu lalu menghilang tanpa menimbulkan jejak, suara, dan bayangan. 

Setelah cukup lama sepeninggalnya pemuda itu, terlihat sebuah gerakan di salah satu pohon tinggi yang letaknya tak jauh dari kediaman Pemimpin Keluarga Lim. Gerakan sebuah bayangan putih yang kemudian turun dengan gerakan sangat ringan. Orang itu ternyata Malaikat Pedang salah satu dari Empat Malaikat Dunia Persilatan. Terlihat ada noda darah yang mengalir di bagian perut orang tua itu.

“Sungguh kesaktian seperti iblis!” 

Decak kagum dan kengerian keluar dari mulut Malaikat Pedang. Ia memang sudah hampir setengah harian berada di tempat itu. Ia sengaja datang di sana lebih awal lalu diam tanpa bergerak agar jangan sampai diketahui orang yang mengancam keluarga Lim. 

Bagian perut Malaikat Pedang robek hanya gara-gara terkena biasan gelombang kekuatan yang dipancarkan pemuda tadi. Seandainya ia berada lebih dekat, tentu ia turut akan menjadi korban keganasan Ilmu Pedang Tanpa Perasaan milik pemuda berpakaian serba merah itu.

Sepekan Kemudian

Ketegangan kini melanda kota Xianghe yang jaraknya sekitar seribu mil dari kota Hong Sha. Para penduduk kota terlihat sangat jarang beraktivitas. Bahkan beberapa diantara mereka terlihat meninggalkan kota dengan membawa barang seadanya yang mampu mereka bawa.

Ketakutan melanda kota itu karena mendapat ancaman sebuah sekte yang ingin merebut kepemimpinan kota. Nama sekte itu adalah Sekte Beruang Merah yang terkenal dengan kebengisan dan kekejaman anggotanya.

Namun perasaan takut itu sepertinya tidak berlaku bagi seorang pemuda berpakaian merah ringkas seperti rompi yang nampak duduk santai di bawah pohon sambil meniup serulingnya. Matanya terpejam, bukan tertidur ataupun mengantuk. Bila ada orang melihat, tentu orang itu akan berkesimpulan pemuda itu merupakan seorang yang buta. Meski begitu ia terlihat sangat menikmati keadaan alam sekitarnya.

Alunan irama seruling yang dimainkan pemuda itu sangat merdu. Burung-burung berkicauan seakan turut menyanyi mengiringi irama lagu yang dimainkan si pemuda berpakaian merah. Tidak jarang orang-orang yang melewatinya berhenti sejenak sekedar menikmati. Sesaat mereka bisa melupakan ketakutan yang melanda para penduduk kota Xianghe. Setelah pemuda itu berhenti, barulah mereka kembali melanjutkan perjalanan.

Pemuda itu kemudian bangkit. Ia berjalan menuju pintu masuk kota Xianghe yang tidak jauh berada dari pohon tempat ia beristirahat tadi. Matanya masih terpejam. Ia berjalan perlahan ke depan dengan wajah tanpa ekspresi. Hal itu akan semakin meyakinkan orang bahwa pemuda itu seorang pemuda yang buta  tak bisa melihat.

Anehnya, meski matanya terpejam ia dapat berjalan dengan baik tanpa tersandung dan terganggu. Padahal pemuda itu tidak menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan. Seolah-olah dalam terpejamnya pemuda itu dapat melihat sekelilingnya.

Pemuda berpakaian merah itu terus berjalan hingga sampai pada sebuah rumah makan. Ia masuk ke dalam tanpa sedikitpun kesulitan. Padahal orang-orang yang berada di dalam sangat mengkhawatirkannya. Ia langsung duduk di salah satu kursi kosong di pojokkan agak jauh dari orang-orang.

Melihat keberadaan pemuda berpakaian serba merah itu, seorang pemuda lain berusia sekitar dua puluhan langsung menghampirinya.

“Saudara, boleh aku duduk di tempat ini?” tanyanya kepada pemuda berpakaian serba merah itu.

Yang ditanya mengangguk seraya tersenyum. Senyuman seorang pemuda gagah nan tampan. Bahkan pemuda yang menghampirinya itu tidak terlepas dari perasaan kagum. Padahal ia sendiri merupakan seorang pemuda yang tampan. Seandainya ia seorang wanita tentu akan terbang hatinya mendapat senyuman itu.

“Saudara, namaku Chen, She Yan. Bolehkah aku tau nama saudara?” pemuda yang baru bergabung itu langsung membuka pembicaraan setelah duduk berseberangan dengan pemuda berpakaian serba merah.

Si pemuda berpakaian merah kembali tersenyum. “Aku Chia Yun,” ucapnya sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada.

“Salam kenal saudara Chia,” Yan Chen membalas penghormatan. 

Pemuda itu terdiam sejenak. Ia menatap pemuda berpakaian merah bernama Chia Yun itu dengan serius. Seolah-olah sedang mencari sesuatu dari pemuda  yang berada di hadapannya.

“Apakah saudara Chia ini anggota keluarga dari Pendekar Elang Merah Chia Haocun dari Pulau Api Abadi?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 174. Pertarungan Terakhir Liong Yun dan Kaisar Naga Hitam (TAMAT)

    Mereka adalah Dewa Tangan Sakti, Dewa Pedang Kilat, Dan Raja Harimau Putih. Tanpa ragu ketiganya langsung bergabung di samping Lin Lian Xue, menghadapi keempat Naga Pelindung. Dengan kehadiran mereka, serangan yang awalnya mengancam nyawa kini berhasil dilawan dengan serangan balasan yang sama ganasnya.Pertarungan pun mulai berbalik. Dalam sekejap, Lin Lian Xue berhasil melancarkan pukulan telak pada Naga Selatan, membuatnya terjatuh dengan nafas terputus-putus sebelum akhirnya terkapar tak bernyawa. Ketiga Naga Pelindung lainnya mulai kewalahan menghadapi serangan dari empat pendekar yang begitu kuat.Di tengah kekacauan pertempuran, Kaisar Naga Hitam yang menyaksikan kehancuran pasukannya tak dapat lagi menahan amarah. Dengan wajah merah padam, ia melesat ke arah Lin Lian Xue, bertekad untuk menghabisinya. “Beraninya kau!” teriaknya dengan penuh kebencian.Namun, tepat sebelum Kaisar Naga Hitam berhasil menyentuh Lin Lian Xue, kilatan cahaya putih menyilaukan memotong jalannya, diir

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   BAB 173. Peperangan Penentuan

    Pagi yang dinanti pun tiba, hari kesembilan di bulan kelima. Langit di atas perbatasan Kekaisaran Utara tampak kelabu, seolah alam turut merasakan ketegangan dari kedua belah pihak yang akan segera terlibat dalam peperangan hidup dan mati. Pasukan gabungan dari Kekaisaran Selatan dan Timur, dipimpin oleh Majikan Pulau Naga, bergerak dalam formasi yang rapi. Di kejauhan, mereka melihat pasukan Kekaisaran Naga Hitam yang telah bersiap di seberang lembah, dipimpin langsung oleh Kaisar Naga Hitam bersama empat Naga Pelindungnya, formasi jabatan baru yang dibentuk setelah kematian banyak petinggi sekte di tangan Liong Yun.Pasukan Kekaisaran Naga Hitam berbaris dengan disiplin. Para prajurit mengenakan jubah hitam dan topeng menyeramkan, diiringi oleh para ahli aliran hitam yang terkenal kejam dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa. Sorakan keras terdengar dari barisan mereka, seolah ingin mengguncang keberanian lawan.Majikan Pulau Naga berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandang ked

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 172: Persekutuan

    Dua hari kemudian, pasukan dari Kekaisaran Timur dan Kekaisaran Selatan tiba di perbatasan Kota Kekaisaran Utara. Deru langkah ribuan prajurit terdengar bergemuruh, membelah kesunyian pagi di perbatasan yang dingin. Di tengah barisan, sosok-sosok yang menjadi simbol harapan itu bergerak dengan tenang. Kaisar Selatan, didampingi oleh Panglima Guo dan Majikan Pulau Naga, memimpin langsung pasukannya, sementara di sisi lain, Kaisar Timur yang kharismatik tampak maju bersama para jenderal terkuatnya.Kaisar Selatan dengan karisma dan pengalamannya sebagai kaisar nampak berwibawa, sementara kaisar Timur yang dulunya merupakan seorang pendekar sakti menunjukkan kegagahannya. Dua sosok pemimpin pasukan besar yang akan menyerang Kekaisaran Naga Hitam.Menyadari dua pasukan besar ini sangat beresiko terjadi bentrokan dan akan merugikan kedua belah pihak, Kaisar selatan dan Kaisar timur sepakat untuk mengadakan pertemuan.Di tengah-tengah perkemahan pasukan, tenda pertemuan megah didirikan. Pan

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 171. Pertemuan Dengan Liong Yun

    Dengan kekuatan yang kini telah ia kerahkan hingga setengah dari kekuatannya, Lo Hao menghantam tanah dengan satu tinju kuat, dan guncangan hebat seketika merambat, membuat retakan-retakan besar merayap ke arah Lin Lian Xue. Pepohonan di sekitar mereka bergetar, beberapa akar tua mencuat dari tanah, membuat medan pertempuran semakin kacau. Lin Lian Xue menghindari retakan itu dengan lompatan gesit, tetapi Lo Hao sudah berada di hadapannya, siap menebasnya dengan tangan yang kini berubah menyerupai cakar hitam tajam.Benturan antara cakar Lo Hao dan pedang Lin Lian Xue memicu kilatan energi yang menyilaukan. Udara di sekitar mereka berdesis seperti terbakar, memancarkan percikan-percikan api dari hantaman yang saling bertarung tanpa henti. Setiap jurus Lin Lian Xue yang berbalut cahaya bak bayangan naga terus mengarah pada titik vital Lo Hao, namun Lo Hao kini bukan hanya bertahan, ia mulai melancarkan serangan-serangan balik yang lebih ganas. "Inilah akhir dari darah Pendekar Naga L

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 170. Musuh Besar Pendekar Naga Langit

    Kegelapan hutan di sekeliling Lin Lian Xue semakin pekat, seperti menggulungnya kabut misterius yang menyelimuti pepohonan dan membuat setiap langkah terasa berat. Pohon-pohon tua dengan akar menjalar seperti makhluk hidup mengintai, dan suara malam yang biasanya tenang kini bergema dengan getar aneh, seakan hutan itu bernafas dengan irama yang seram. Lin Lian Xue tetap bergerak lincah, mengikuti bayangan hitam yang sebelumnya ia kejar di perkemahan, tapi perlahan ia menyadari bahwa ia telah terpisah jauh dari pasukan kekaisaran.Tiba-tiba, sosok itu berhenti di tengah hutan, tepat di sebuah tanah lapang yang disinari temaram cahaya bulan. Di sana, ia berdiri tegak dengan pakaian yang kasar, terbuat dari bulu-bulu hitam yang bercampur darah. Wajahnya keras dan garang, bibirnya melengkung dalam senyuman yang memperlihatkan gigi bertaring.“Selamat datang di kediamanku, Nona Manis,” ucapnya dengan suara berat yang bergaung dalam kegelapan. “Serahkan diri, dan kau akan hidup senang seba

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 169. Ilmu Harimau Neraka

    Pasukan besar dari Kekaisaran Selatan terus bergerak menuju utara. Ribuan tentara gagah berderap bersama di bawah kibaran bendera dengan lambang harimau emas, simbol kekuatan dan keberanian Kekaisaran Selatan. Di antara pasukan itu, terlihat sosok Panglima Besar Guo, berdiri kokoh di atas kudanya. Matanya tajam memandang ke depan, seolah membaca setiap rintangan yang akan mereka hadapi. Tubuhnya yang besar dan berotot memancarkan wibawa seorang pemimpin tangguh, dengan wajah yang tampak siap menghadapi apapun demi keselamatan dunia.Di sampingnya, Majikan Pulau Naga, seorang pria tua berambut putih yang tetap tangguh dan penuh kewibawaan. Wajahnya tegas, dengan mata yang memancarkan ketenangan seorang pendekar yang telah melewati banyak pertempuran. Putrinya, seorang pendekar wanita berparas cantik namun memiliki keteguhan yang tak kalah dari ayahnya, mengiringi di sisinya, memegang gagang pedang pusaka keluarga yang dipercayakan padanya sejak kecil. Wajahnya tegas namun tersirat ke

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 168. Kegelapan Yang Sempurna

    Bayangan keemasan bergerak cepat, melesat di antara pepohonan seperti kilat yang membelah malam. Dewa Tangan Sakti, tokoh tua dunia persilatan yang memiliki kecepatan luar biasa, bergerak dengan satu tujuan. Lembah Angker yang tak bernama, tempat di mana sang pemuda sakti, Liong Yun, tinggal bersama para pengikut setianya. Lembah itu diselimuti oleh kabut beracun yang mematikan, penuh jebakan alam dan binatang buas. Namun bagi Dewa Tangan Sakti, semua itu bukan hambatan. Kecepatannya tak terbendung, meninggalkan jejak bayangan emas di tengah kehampaan.Sesampainya di Lembah Angker, Dewa Tangan Sakti segera masuk ke dalam kediaman sang majikan. Liong Yun, pemuda dengan wajah tampan, rahang tegas, dan alis tebal yang menyerupai sayap elang, duduk diatas batu giok dengan penuh wibawa. Ia seperti seorang pemuda terpelajar yang jauh dari kesan kasarnya dunia persilatan.Senyum lembut menghiasi bibirnya, namun tatapannya dingin dan tajam, memperlihatkan ketenangan yang tak tergoyahkan. Di

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 167. Kekacauan Daerah Utara

    Malam itu, suasana di wilayah Utara dan Barat daerah kekuasaan Kekaisaran Naga Hitam berubah mencekam. Angin malam yang biasanya tenang kini terasa dingin menusuk, disertai bayangan-bayangan gelap yang berkelebat di setiap sudut desa. Banyak penduduk ketakutan. Teriakan-teriakan panik terdengar di mana-mana, sementara api unggun di tengah desa-desa berkerlap-kerlip di bawah cahaya rembulan yang dingin."Anakku! Tolong! Dimana anakku?" Seorang wanita tua berlari-lari sambil menangis di depan rumahnya yang sepi."Dia baru saja keluar tadi pagi! Bagaimana bisa dia hilang?" seorang pria tua berbisik kepada tetangganya, gemetar. "Yang lain juga menghilang. Beberapa pemuda lain juga hilang.""Ini pasti perbuatan Iblis!" jawab tetangganya dengan wajah pucat. "Kudengar dari desa sebelah, tiga pemuda juga menghilang dengan cara yang sama! Tak ada jejak, hanya kabut hitam yang tersisa. Mereka yang hilang sama, sama-sama lahir di hari ke satu bulan ke tujuh.""Oh Dewa..." bisik pria tua itu lag

  • ILMU TUJUH GERBANG DEWA   Bab 166. Rahasia Belum Terpecahkan

    Liong Chen mengangguk, suaranya tetap dingin. "Bukan sembarang darah. Kaisar Naga Hitam memerlukan darah dari seratus perjaka, yang harus diambil dalam dua hari."Pelindung Kanan terdiam sejenak, wajahnya tegang. "Seratus perjaka dalam dua hari? Dalam keadaan seperti ini? Kekuasaan kita sudah terpecah setelah peperangan terakhir!""Jika tidak," lanjut Liong Chen tanpa mengindahkan keluhan itu, "kekuatannya tidak akan pernah pulih sepenuhnya. Dan saat itu terjadi, Kekaisaran Naga Hitam akan kehilangan pemimpinnya selamanya."Pelindung Kanan mengerutkan kening lebih dalam. "Tanpa Kaisar, kita akan hancur... semua pengikutnya akan binasa.""Kau tahu apa yang harus dilakukan," ujar Liong Chen tajam, tatapannya penuh tekanan."Aku akan mengatur semuanya," jawab Pelindung Kanan dengan tegas, meski pikirannya berkecamuk.Setelah Pelindung Kanan meninggalkan ruangan, Liong Chen tetap berdiri di sisi Kaisar Naga Hitam, matanya memperhatikan tubuh lemah penguasa itu. "Seratus nyawa… hanya itu y

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status