Tiba-tiba saja pemuda berpakaian merah itu membuka matanya. Nampak mata itu memancarkan sinar merah yang sangat terang. Keadaan yang sangat mengerikan kemudian terjadi. Sebuah gelombang kekuatan berwarna kemerahan langsung memancar dari tubuh pemuda itu dan menyebar dengan cepat berbentuk lingkaran dari kecil membesar menerpa semua orang yang ada di sana.
Semua orang yang ada di kediaman keluarga Lim tiba-tiba saja tidak bisa bergerak. Wajah mereka berubah pucat. Semua mengalami keadaan yang sama.
“Me-mengapa aku tidak bisa berge…!”
Suara Pemimpin Lim terhenti. Ia jatuh terhempas ke tanah bersimbah darah. Tubuhnya terpotong-potong hingga beberapa bagian. Tidak hanya Pemimpin Lim yang mengalami keadaan itu. Semua orang yang ada di sana mengalami hal yang sama. Sebuah pembantaian yang sangat mengerikan.
‘SELANJUTNYA GILIRAN SEKTE BINTANG API’
Pemuda berpakaian serba merah itu kemudian lenyap. Ia meninggalkan sebuah pesan di dinding yang ditulis dengan darah yang mengalir di tanah tanpa menyentuhnya. Hebatnya darah itu kemudian membeku sehingga tidak luntur. Dan lebih hebat lagi seandainya ada seseorang yang melihat kejadian itu, tentu ia tidak tahu bagaimana cara pemuda itu melakukannya. Pemuda itu lalu menghilang tanpa menimbulkan jejak, suara, dan bayangan.
Setelah cukup lama sepeninggalnya pemuda itu, terlihat sebuah gerakan di salah satu pohon tinggi yang letaknya tak jauh dari kediaman Pemimpin Keluarga Lim. Gerakan sebuah bayangan putih yang kemudian turun dengan gerakan sangat ringan. Orang itu ternyata Malaikat Pedang salah satu dari Empat Malaikat Dunia Persilatan. Terlihat ada noda darah yang mengalir di bagian perut orang tua itu.
“Sungguh kesaktian seperti iblis!”
Decak kagum dan kengerian keluar dari mulut Malaikat Pedang. Ia memang sudah hampir setengah harian berada di tempat itu. Ia sengaja datang di sana lebih awal lalu diam tanpa bergerak agar jangan sampai diketahui orang yang mengancam keluarga Lim.
Bagian perut Malaikat Pedang robek hanya gara-gara terkena biasan gelombang kekuatan yang dipancarkan pemuda tadi. Seandainya ia berada lebih dekat, tentu ia turut akan menjadi korban keganasan Ilmu Pedang Tanpa Perasaan milik pemuda berpakaian serba merah itu.
Sepekan Kemudian
Ketegangan kini melanda kota Xianghe yang jaraknya sekitar seribu mil dari kota Hong Sha. Para penduduk kota terlihat sangat jarang beraktivitas. Bahkan beberapa diantara mereka terlihat meninggalkan kota dengan membawa barang seadanya yang mampu mereka bawa.
Ketakutan melanda kota itu karena mendapat ancaman sebuah sekte yang ingin merebut kepemimpinan kota. Nama sekte itu adalah Sekte Beruang Merah yang terkenal dengan kebengisan dan kekejaman anggotanya.
Namun perasaan takut itu sepertinya tidak berlaku bagi seorang pemuda berpakaian merah ringkas seperti rompi yang nampak duduk santai di bawah pohon sambil meniup serulingnya. Matanya terpejam, bukan tertidur ataupun mengantuk. Bila ada orang melihat, tentu orang itu akan berkesimpulan pemuda itu merupakan seorang yang buta. Meski begitu ia terlihat sangat menikmati keadaan alam sekitarnya.
Alunan irama seruling yang dimainkan pemuda itu sangat merdu. Burung-burung berkicauan seakan turut menyanyi mengiringi irama lagu yang dimainkan si pemuda berpakaian merah. Tidak jarang orang-orang yang melewatinya berhenti sejenak sekedar menikmati. Sesaat mereka bisa melupakan ketakutan yang melanda para penduduk kota Xianghe. Setelah pemuda itu berhenti, barulah mereka kembali melanjutkan perjalanan.
Pemuda itu kemudian bangkit. Ia berjalan menuju pintu masuk kota Xianghe yang tidak jauh berada dari pohon tempat ia beristirahat tadi. Matanya masih terpejam. Ia berjalan perlahan ke depan dengan wajah tanpa ekspresi. Hal itu akan semakin meyakinkan orang bahwa pemuda itu seorang pemuda yang buta tak bisa melihat.
Anehnya, meski matanya terpejam ia dapat berjalan dengan baik tanpa tersandung dan terganggu. Padahal pemuda itu tidak menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan. Seolah-olah dalam terpejamnya pemuda itu dapat melihat sekelilingnya.
Pemuda berpakaian merah itu terus berjalan hingga sampai pada sebuah rumah makan. Ia masuk ke dalam tanpa sedikitpun kesulitan. Padahal orang-orang yang berada di dalam sangat mengkhawatirkannya. Ia langsung duduk di salah satu kursi kosong di pojokkan agak jauh dari orang-orang.
Melihat keberadaan pemuda berpakaian serba merah itu, seorang pemuda lain berusia sekitar dua puluhan langsung menghampirinya.
“Saudara, boleh aku duduk di tempat ini?” tanyanya kepada pemuda berpakaian serba merah itu.
Yang ditanya mengangguk seraya tersenyum. Senyuman seorang pemuda gagah nan tampan. Bahkan pemuda yang menghampirinya itu tidak terlepas dari perasaan kagum. Padahal ia sendiri merupakan seorang pemuda yang tampan. Seandainya ia seorang wanita tentu akan terbang hatinya mendapat senyuman itu.
“Saudara, namaku Chen, She Yan. Bolehkah aku tau nama saudara?” pemuda yang baru bergabung itu langsung membuka pembicaraan setelah duduk berseberangan dengan pemuda berpakaian serba merah.
Si pemuda berpakaian merah kembali tersenyum. “Aku Chia Yun,” ucapnya sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada.
“Salam kenal saudara Chia,” Yan Chen membalas penghormatan.
Pemuda itu terdiam sejenak. Ia menatap pemuda berpakaian merah bernama Chia Yun itu dengan serius. Seolah-olah sedang mencari sesuatu dari pemuda yang berada di hadapannya.
“Apakah saudara Chia ini anggota keluarga dari Pendekar Elang Merah Chia Haocun dari Pulau Api Abadi?”
Chia Yun menggelengkan kepala. “Aku bukan anggota keluarga terkenal itu,” jawabnya kemudian singkat dan tenang.Yan Chen mengerutkan keningnya. Ia lalu bertanya, “Sebenarnya saudara Chia sedang hendak kemanakah?” Yan Chen bertanya sambil memanggil pelayan. Ia kemudian meminta izin kepada Chia Yun memesan makanan terfavorit di rumah makan itu. Ia juga mengatakan akan mentraktir pemuda itu.“Aku hanya seorang pengembara yang kebetulan lewat kota ini, saudara Yan,” jawab Chia Yun seraya menganggukkan kepala menerima tawaran Yan Chen tadi.Yan Chen mengernyitkan keningnya. Ucapan itu sebenarnya sebuah perkataan yang sering dikeluarkan seorang pendekar pengembara. Namun Yan Chen tidak melihat ciri-ciri itu pada diri Chia Yun. Bahkan ia tidak merasakan adanya pancaran kekuatan dari tubuh pemuda itu. Itu artinya Chia Yun tidak memiliki basis kultivasi dan menandakan ia bukanlah seorang pendekar, namun hanya orang biasa yang tidak memiliki kemampuan beladiri.Memang tidak jarang seseorang ya
“Memberi hormat kepada ketua agung!” seru seluruh anggota sekte Bintang Api yang berdiri di depan bangunan utama itu serentak seraya berlutut memberi hormat.“Bangunlah!” ucap Chang Wu Tian lirih. Serentak semua orang bangkit. Namun tiba-tiba saja dua orang murid utama sekte Bintang Api yang berada di belakang sang ketua maju lalu berlutut.“Guru, semua ini kesalahan kami, tidak ada sangkut pautnya dengan sekte ini. Kami berdua siap mempertanggung jawabkan apa yang sudah kami lakukan. Sekte ini tidak perlu menanggung dosa-dosa yang kami perbuat.”“Hmmm.. Apakah kalian sudah menentang keputusanku. Apapun yang terjadi dengan kalian juga menjadi tanggung jawab kami orang-orang sakta bintang api. Bahkan sekalipun yang berada di posisi kalian itu adalah orang-orang sekte di tingkat bawah, tetap orang-orang sekte Bintang Api akan membelanya,” sahut Chang Wu Tian dengan suara bergetar.“Guru, kejadian yang menimpa keluarga Liong di kota Hongye memang dikarenakan kebodohan kami yang tidak b
Dari arah berlawanan dari pintu gerbang nampak kepulan debu berterbangan. Barisan berwarna merah bergerak cepat ke arah kota Xianghe. Barisan yang berisi ribuan orang dari Sekte Beruang Merah. Mereka memang melakukan penyerangan dengan kekuatan penuh tanpa menyisakan sedikitpun orang di markas mereka.Ketegangan langsung menyelimuti para prajurit dan pendekar yang berjaga di pintu gerbang masuk kota Xianghe. Perlawanan terhadap Sekte Beruang Merah yang terkenal ganas itu langsung dipimpin oleh pemimpin kota Xianghe yang bernama Kiang Lu.“Kalau pasukan kita terlihat akan kalah, kalian larilah bawa penduduk ke persembunyian sementara. Tempat itu sudah aku persiapkan sedemikian rupa dan tidak akan mereka mengetahui,” ucap Pemimpin Kota.Para pendekar dan bawahan pemimpin kota nampak terharu mendengar ucapan sang pemimpin. Ucapan itu pertanda bahwa Pemimpin Kota akan tetap berada di tempatnya tak ingin melarikan diri apabila hal yang tidak diinginkan terjadi.“Seraaaang!”Pemimpin kota b
Di gelanggang peperangan, pertarungan semakin menunjukkan posisi Sekte Beruang merah berada di atas angin. Enam orang utama Sekte Bintang Api semakin kewalahan dan harus jatuh bangun untuk menghindari serangan lawan yang mengandung racun. Namun di saat mereka sudah dalam keadaan tidak berdaya tiba-tiba saja sebuah kejadian luar biasa terjadi."A-apa yang terjadi?”Ketua Sekte Beruang Merah benar-benar dibuat terkejut. Entah apa yang terjadi tiba-tiba saja keempat orang panglima bawahannya roboh dengan keadaan kepala terpenggal. Ia sama sekali tidak melihat pergerakan yang melakukan pembunuhan brutal itu. Tiba-tiba saja keempatnya roboh dengan kepala terpisah dan darah berhamburan.Hanya orang-orang Sekte Bintang Api yang dapat menebak apa yang sebenarnya terjadi. Mereka yakin yang melakukan hal itu adalah pemuda yang tempo malam datang ke Markas Sekte Bintang Api. Dengan kesaktiannya yang bagaikan Dewa saja tentu dengan mudah melakukan hal tadi. Sedangkan masuk ke dalam Sekte Bintang
Yuan Chao dan Yuan Ming bergerak membantu sang guru besar sekte Bintang Api. Meskipun mereka sebelumnya sudah dilarang namun mereka tak menghiraukan pesan gurunya itu. Mereka lebih rela harus mendapatkan hukuman dibandingkan harus kehilangan guru besar mereka. Kebetulan sekali saat itu keadaan Chang Wutian benar-benar dalam keadaan terjepit."Bedebah!"Ketua sekte beruang merah memaki keras karena pukulan yang tadinya hendak ia lontarkan kepada ketua sekte Bintang Api gagal akibat ia diserang dari belakang oleh kedua murid lawannya itu. Akibatnya harus berjumpa di tangan karena serangan yang dilontarkan oleh dua murid utama sekte bintang api itu bukanlah serangan main-main. Mereka menggunakan seluruh tenaga mereka untuk melakukan serangan tadi. Yuan Chao dam dan Yuan Ming terlihat lemas setelah mengerahkan seluruh tenaganya tadi untuk menyerang demi melakukan penyelamatan terhadap guru mereka. Keduanya tidak bisa langsung melakukan pergerakan setelah mengeluarkan serangan tadi. Ke
“Sudahlah saudara Chia. Kita bicarakan yang lain saja,” ucap Yan Chen mengalihkan pembicaraan.Chia Yun pun tersenyum. Ia tahu sahabat barunya itu mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia sendiri sebenarnya tidak menyukai bahasan yang dibicarakan oleh Yan Chen. Apalagi itu kaitannya dengan sekte milik pemuda itu yang tidak seharusnya dikatakan kepada orang lain."Selanjutnya hendak ke mana saudara Cia? Apakah kau akan tetap tinggal di sini dalam waktu yang lama?" tanya Yan Chen."Aku masih tetap di kota ini sampai lima hari kedepan kakak Yan! Ada apakah? apakah kau ingin aku segera meninggalkan kota ini seperti yang kau katakan tempo lalu?" jawab Chia Yun dengan senyuman.Yan Chen menjadi tidak enak hati dan serba salah mendengar ucapan Chia Yun itu. Padahal niatnya bukanlah seperti yang dikatakan pemuda itu. Bahkan ia sangat senang dengan keberadaan Chia Yun yang masih menetap di kota Xiang He. Karena hanya pemuda itu yang ia rasa cocok berteman dengannya.“Tidak ada sama sekali niat
“Guru kami sudah siap untuk menyerahkan diri. Jangan sampai hanya karena kami berdua sekte ini hancur. Kami siap mempertanggung jawabkan semua yang memang kami melakukannya.” ucap Yuan Chao.“Aku sudah memutuskan kita akan menghadapinya bersama. Waktu lima hari ini sudah cukup untuk memikirkan rencana matang menghadapi pemuda itu. Dia pernah membantu kita dalam peperangan melawan sekte beruang merah, Aku yakin dia masih memiliki kebaikan dalam hatinya. Maka celah itulah yang kita coba untuk masuki.”Yuan Chao dan Yuan Ming tidak bisa lagi membantah ucapan Chang Wutian sang guru besar. Ia tahu persis apabila gurunya itu sudah memutuskan maka tidak akan ada yang bisa menentangnya. namun ia sudah memiliki rencana apabila memang pemuda yang menuntut dan balas itu datang.“Yuan Chao, di desa ujung perbatasan kota Xianghe terdapat sebuah desa yang bernama desa Tu Ding. Saat ini desa itu sedang mengalami kekacauan akibat munculnya manusia siluman yang sering memakan jantung bayi penduduk
“Grhhhhh… Rupa-rupanya mereka kembali mengundang para ahli beladiri. Berani sekali mereka menantangku. Akan kuhabisi hari ini kepala desa itu agar menjadi peringatan bagi yang lain.”Sosok bayangan hitam itu berhenti di antara dua pepohonan. Pandangan matanya tajam ke arah Balai Desa. Ia merasakan adanya kekuatan yang cukup besar di dalam kediaman kepala desa itu.Wajah sosok bayangan hitam itu sangat menyeramkan. Seluruh tubuhnya dipenuhi dengan bulu mirip seekor gorila. Diantara sela-sela bibirnya terlihat taring panjang yang cukup tajam. Benar-benar wujud siluman atau iblis yang menyeramkan. Di dalam tubuhnya pun terdapat inti kekuatan yang besar.Siluman itu berjalan mendekati balai desa. Tiba-tiba saja tubuhnya berubah menjadi layaknya manusia normal. Seluruh bulu-bulu di tubuhnya seakan masuk kedalam. Ia pun menjadi sosok lelaki berusia sekitar 40 tahunan.“Ada orang?” seru lelaki jelmaan siluman itu ketika ia berada tepat di depan balai desa.Beberapa saat kemudian kepala des