Share

Megengan

Sehabis sholat shubuh, aku bergegas membantu di dapur.

Banyak tetangga ikut membantu mempersiapkan acara tasyakuran nanti malam.

Mas Rival membantu membersihkan halaman dan menata tanaman dibantu Fathir.

Arif memasang terop bersama Bapak dan warga lain.

Sedangkan Chintya berkutat dengan kue-kue bermacam jenis buatannya .

Ibu bermain bersama Kiara dan Alea.

Luna tentu saja masih menikmati mimpinya di kamar sana.

"Sini Ning, bantu Mak ngupas bawang", Mak Uwan memanggilku.

"Nggeh mak", aku segera duduk tanpa alas di samping Mak Uwan dan Bu Sekar.

"Mana Jeng , menantu barumu? Kok gak ikutan gabung disini, biar akrab sama warga lain", Bu Inge yang sedang mencuci ayam bertanya pada Ibuk yang sedang menuang air panas ke dalam botol susu Kiara.

"Masih di kamar Nge, kurang enak badan. Jadi aku suruh istirahat dulu aja. Kasian" , Ibuk menjawab pelan.

'Sakit apa? Bukannya anak itu baik-baik aja kemarin?, Pasti alasan Ibuk aja nih. Ibuk kan selalu saja begitu. Gak pernah mengumbar aib orang lain, apalagi anaknya' sedikit rasa iri muncul dari dalam hatiku.

Bu Inge hanya manggut-manggut.

Mak Uwan menyikutku, "Ibukmu itu suayang toh sama mantunya? Tak lihat-lihat mantunya itu sering keluar ,gapernah sobo omah lho Ning, papasan sama tetangga lainnya aja diem . Angkuh gitu ndak ada mesem-mesem e lho."

"Iya Ning bener, pas itu saya ketemu di jalan depan . Mbok ya permisi kalo lewat, ndak lho . Malah nglakson keras sampe Wiwit-cucuku bangun karena kaget. Di ingetin malah melengos gitu aja. Warga sini pada igit-igit ,ndak ada sopannya sama sekali sama yang lebih tua. Kami ini mau negur Lujeng (Ibuk) kok ya ndak enak. Ibukmu itu baik banget, ndak tega yang mau nasehatin." Bu Sekar ikut menimpali, dengan suara sedikit berbisik tentunya.

"Yah mau gimana lagi Mak, Buk. Ningsih juga sudah bilang ke Fathir. Tapi ya tetep aja, Ningsih ndakmau dikira terlalu ikut campur Mak, takut salah paham sama Ibuk" aku berusaha menjelaskan.

Hhhhhaaahhmmmm...... Mak Uwan dan Bu Sekar tak berbicara lagi, sibuk melanjutkan mengupas bawang.

Kami bersenda gurau ngalor ngidul membahas ke-absurdan seputar rumah tangga.

"Wah ,pada seru nih rame-rame . Minta tolong kalo bercanda agak dikecilin ya Buibu suaranya. Mengganggu kenyamanan saya, saya jadi bangun. Kurang tidur bisa bikin saya pusing soalnya . Jadi mohon dimengerti yaa semua." Luna muncul di dapur hendak mengambil minum lalu membawanya ke kamar.

 

Semua warga memandangku dengan geram, aku hanya mengangkat bahu.

'Wes sekarepmu, Lun' aku sedang malas berdebat dengannya. Tak ingin merusak suasana.

*****

Sore hari ,semua hidangan sudah rapi tertata di meja. Para tetangga berpamitan untuk mandi dan bersiap mengikuti pengajian.

Ibuk sudah siap dengan gamis pemberian dari Luna.

Semua duduk manis menunggu undangan datang.

Luna keluar dari kamar, mengambil tempat duduk di samping Fathir.

Aku melotot melihat pakaiannya.

Luna memakai mini dress sepaha berwarna gold , riasan makeup natural dan rambut yang dicepol memperlihatkan leher jenjangnya yang putih mulus.

Pengajian dengan pakaian seperti itu? Sint*ng !!!

"Lun, pake pakaian yang agak sopan dong, ini dirumah Bapak lho. Ga enak diliatin yang lain, bukan mahram."

 

Luna menatapku sengit, lalu berlalu masuk ke dalam.

 

Berulang kali aku mengingatkan adik ipar ku satu itu, LUNA. Istri dari adikku itu sungguh menggemaskan !

 

 

Fathir ikut menyusul masuk ke dalam.

Chintya hanya tertawa melihatku menahan emosi.

Terdengar kasak-kusuk dari sebagian tetangga yang sudah datang.

Aku bisa melihat, wajah Bapak merah padam.

***

Luna muncul kembali memakai tunik motif bunga dipadukan dengan legging hitam, tak lupa pashmina yang dipakai asal di sebagian kepala, memperlihatkan setengah rambutnya.

Mendingan lah daripada penampilannya tadi.

Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar dan khidmat.

Semua semangat menyambut bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh berkah.

***

Sudah menjadi rutinitas tahunan, setiap hari pertama puasa , wajib sahur dan berbuka puasa bersama di rumah Ibuk.

Aku menunggu Mas Rival pulang bekerja, baru kami berangkat bersama ke rumah Ibuk.

Senang sekali dipertemukan dengan Ramadhan lagi bersama keluarga yang utuh dan dalam kondisi sehat. Meskipun kedatangan satu personil yang ajaib.

Alarm ponsel ku berbunyi.

Pukul 03.00

Aku bergegas ke dapur menyiapkan makan untuk sahur keluarga kami.

Ibuk sudah berada di meja mengiris bawang dan cabai.

"Masak apa Buk?"

"Bikin sarden sama dadar telur aja Nduk. Simple aja buat sahur, seperti biasa"

Aku mengangguk paham.

"Lho, Chintya belum bangun?"

"Sudah tadi Nduk, bikin susu buat Kiara. Mungkin masih menyusui Kiara di kamar"

Aku dengan sigap memecah delapan butir telur ke dalam mangkok besar, menambah terigu sedikit serta menaburi garam dan penyedap rasa secukupnya.

Setelah makanan tersaji, aku segera membangunkan Mas Rival dan Fathir.

Tok .. tok .. tok..

"Thir, ayo bangun. Sahur dulu Dek" 

Fathir membuka pintu sambil mengucek mata.

"Iya Mba, tunggu sebentar ya. Aku bangunin Luna dulu"

"Oke, langsung ke meja ya. Semua udah nunggu tuh. Jangan lama-lama"

Setelah hampir sepuluh menit.....

Fathir bergabung bersama Luna.

Luna terlihat menguap beberapa kali .

Rambutnya acak-acakan, memakai babydoll selutut yang tampak kusut.

Tampilannya acakadul.

"Alhamdulillah masih diberikan kesehatan buat keluarga besar kita, semoga ibadah puasa kita lancar sampai selesai. Aamiin"

Bapak memimpin do'a.

Ibuk mengambilkan nasi dan lauk untuk Bapak .

Bergantian aku dan Chintya mengambilkan untuk suami masing-masing.

Fathir hanya diam, menunggu Luna mengambilkannya nasi dan lauk.

Namun, apa yang terjadi?

Luna tertidur di atas meja bertopang kedua tangannya. Kepalanya tertunduk.

Aku hanya geleng-geleng melihat tingkah konyolnya.

Fathir tampaknya masih bersabar, ditepuk halus pundak Luna, disandarkan badannya ke kursi.

Luna mengerjap beberapa kali.....

"Kalo ngantuk tidur aja, gausah sahur! Bikin selera makan ilang aja kamu ini", kesal sekali aku dibuatnya.

Luna mengerucutkan bibir.

Pandangannya melihat ke atas meja.

Matanya terlihat malas , aku tau iparku itu tak berselera.

"Mas , aku ndak sahur ya. Ngantuk banget nih. Pusing kepalaku. Aku lanjut tidur aja yaaa. Dah"

Tanpa menunggu jawaban Fathir, Luna meninggalkan meja menuju kamarnya.

Tuh kan, aku bilang juga apa. Luna tuh pilih-pilih banget soal makanan, ngantuk disertai pusing hanyalah alibinya.

Sepertinya semua anggota keluarga sudah kebal dengan tingkah Luna, terbukti semua hanya diam saja melanjutkan makan. Seolah tak terjadi apa-apa.

Fathir makan dengan kepala terus menunduk.

Mungkin malu sama kelakuan Luna.

Aku terbangun pukul 09.00 , selepas sholat shubuh aku kembali tidur karena rasa kantukku teramat sangat.

Bapak&Ibu mungkin pergi ke sawah, Alea masih tidur.

Chintya sedang membaca majalah berisi kumpulan resep sambil menemani Kiara bermain di karpet ruang tamu.

Terdengar suara sendok beradu dengan piring .

Siapa yang makan di saat puasa gini?

Aku bergegas menuju meja makan.

Aku melongo, melihat Luna makan sambil memainkan ponselnya.

"Lho Lun , kamu ga puasa? Kok malah enak-enakan makan di sini"

"Kemarin kan ga saur Mba, laper. Lagian kalo puasa tuh aku suka lemes gitu , udah deh Mba urusanku lah mau puasa atau nggak. Jangan bawel"

Aku sungguh geram. Ga pernah diajarin sopan santun nih anak. Makin ngelunjak.

Sabar.... Sabar......

Aku tidak ingin kehilangan pahalaku, apalagi di bulan suci seperti ini.

Aku hanya menghembuskan napas panjang, membuang emosiku bersama helaan napas .

Hendak berlalu meninggalkan Luna yang sedang asyik makan, kembali suara cemprengnya terdengar.

"Jangan bilang Fathir lho Mba, awas aja kalo Mba jadi tukang ngadu di keluarga ini"

Ancamnya tajam.

Apa tadi dia bilang? Beraninya dia mengancamku!

"Urus urusan masing-masing. Terserah aku dong mau jadi tukang ngadu juga bukan urusan kamu!"

Aku membalasnya tak kalah sengit .

"Oh yaudah gapapa . Tapi jangan salahin aku kalo Bapak&Ibu jadi stres gara-gara aduan Mba. Silahkan" tantangnya.

Aku tak menggubris, bisa batal puasaku meladeni makhluk astral satu ini .

Enaknya diapain ya iparku yang satu ini??!!!

****         ****      ****

Maaf kalo ada salah kata dalam penulisan, maklum masih belajar hehe.

Terimakasih banyak yang sudah merelakan koin untuk membaca cerita recehku ini, semoga Allah SWT melancarkan rejeki kalian semua & memudahkan segala urusannya. Semoga Allah SWT menggantinya dengan rejeki yang berlipat-lipat dan semoga kalian semua diberikan kesehatan selalu. Aamiin yarobbal aalaamiin.

 

 

Buat para pembaca , tinggalin jejak donggg , jangan lupa di subscribes yaaa karena gratis. Biar ada notif kalo update bab baru.

 

 

 

 

Jangan lupa baca cerita2 ku lainnya ya, kasih bintang lima nya. Dan ditunggu krisan nya. Biar aku makin semangat gitu ngarang ceritanya. Hehehe

 

 

Salam senja manise dari mamak othor ini😘😘😘😘😘

 

 

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status