Share

Bucin

Sudah hampir tiga jam Luna tak kunjung kembali, aku berniat menyusulnya.

Hendak mengeluarkan matic dari garasi, Luna datang membuka pagar.

"Nih Mba dagingnya, aku masuk duluan ya. Capek", belum sempat kutanya mengapa sampai selama ini hanya membeli daging . Tapi ku urungkan niatku, kasihan mungkin dia lelah.

Luna banyak berubah akhir-akhir ini, menjadi pendiam seperti banyak beban.

'ah sudahlah, biar menjadi urusannya' , aku memutuskan langsung membawa daging menuju dapur sekalian membantu Ibu memasak.

***

Selepas adzan magrib, Mas Rival menjemputku .

Kami berkumpul di meja makan, menikmati masakan Ibu.

Luna terlihat gusar sambil memainkan ponselnya. Sesekali menghembuskan nafas panjang.

"Kenapa Lun? Ada masalah?", Fathir menyadari perubahan istrinya.

Luna hanya memasang senyum sambil menggelengkan kepala.

Sebelum pulang, aku berniat beberes membantu Ibu mencuci piring.

Fathir menemani Mas Rival mengobrol di teras bersama Bapak .

Ibu sedang bermain bersama Alea.

Asyik mencuci piring, samar-samar aku mendengar suara cekikikan dari arah belakang.

Bulu kuduk ku meremang, baru pukul 7 malam. Suara siapa ?

Aku membuka jendela dapur , terlihat halaman belakang Bapak yang di penuhi kandang ayam dan peliharaan lainnya.

Tak ada siapa-siapa.

Hendak kututup lagi jendelanya, mataku tertuju ke arah seberang , pantulan badan seorang wanita sedang berdiri sambil mendekatkan ponsel ke telinga.

Asyik menelpon.

Kupicingkan mata, menajamkan penglihatan.

Seorang wanita berambut sebahu, memakai kaos tanpa lengan dan hotpants berwarna biru langit.

Bukankah itu Luna? 

Sedang apa dia diluar malam-malam ? , Telfonan dengan siapa hingga membuatnya cekikikan?

Luna sepertinya  mengakhiri telfonnya, berbalik hendak kembali menuju kesini.

Aku terburu-buru melanjutkan menyuci piring, seolah-olah tidak tau sedang mengintipnya.

"Loh Mba? Belum pulang", sedikit terkejut Luna melihatku berdiri di depannya.

"Sebelum pulang beberes dulu dong, kan aku disini tamu".

"Oh. Baguslah kalau nyadar! Kan Mba disini tamu, rumah ini kan jatah Mas Fathir seperti kata Bapak " Luna menyunggingkan senyum mengejek. Wah kembali lagi sifat aslinya muncul.

Aku geram.

Aku kira sudah berubah, ternyata tidak.

Dengan cueknya Luna pergi dan masuk ke dalam kamarnya, sama sekali tak berniat membantuku .

Aku mengelus dada pelan, SABAR.

---    ---

Aku berpamitan pada Bapak&Ibu sebelum pulang.

Luna muncul dari kamarnya sambil berteriak.

"Mas Fathir, bagi uang dong! .  Aku pengen nongkrong sama temen-temen besok. Sekalian beli baju, aku udah gak punya stock baju baru lagi nih", celotehnya.

 Matanya tetap menatap layar ponselnya, tangannya menengadah ke arah Fathir.

Fathir membuka dompetnya, mengeluarkan lima lembar pecahan seratus ribuan,lalu memberikannya ke tangan Luna.

Luna dengan cepat menghitung, "loh Mas? Kok segini? Ini buat makan sama temen-temen aku aja kurang lho, terus buat baju nya mana?".

Aku kesal melihat pemandangan ini .

Gak bisa apa di omongin berdua aja di kamar gitu? Gak harus teriak-teriak di depan keluarga kayak gini . Apalagi di depan Ibu&Bapak.

"Mas belum ambil uang, nanti ya. Mas tambahin kok buat beli bajunya." Fathir dengan lembut mengusap tangan Luna.

"Yaudah, bener lho ya! Awas aja kalo bohong." Tanpa aba-aba Luna kembali masuk ke kamarnya.

Menganggap kami semua patung (kecuali Fathir).

"Jangan terlalu kau manjakan istrimu, beri dia ketegasan sedikit , tapi bukan berarti kasar, ngerti Fathir?", Bapak menegur Fathir.

Fathir hanya mengangguk sopan.

 

Kurasa fathir benar-benar bucin tingkat dewa .

Mana ada lelaki normal yang mau harga dirinya dijatuhkan seperti itu, apalagi di depan keluarganya sendiri. 

Membentak suami saja sudah dosa besar, apalagi mempermalukannya seperti yang dilakukan Luna tadi.

"Kamu kenak Luna dimana sih? Kok bisa sifatnya kayak Iblis gitu. Kelewatan itu namanya, durhaka sama Suami. Kamu juga jadi Suami jangan lembek dong! Apa perlu Mba yang kasih dia pelajaran?" Napasku memburu, aku sangat emosi.

"Iya Mba, maafkan Fathir belum bisa jadi suami yang baik buat diteladani Luna, tapi Fathir janji kok Mba, Fathir pasti bisa jadikan Luna lebih baik lagi" Fathir tampak sabar , ucapannya sangat tenang.

"Sstt...Udah ayo pulang Dek, nanti makin ribut. Gausah ikut campur ya, yuk Sayang kita pulang" Mas Rival menggandeng tanganku menuju mobil.

Lihat saja, kalau besok masih kelewatan, biar aku yang turun tangan.

Aku sudah habis kesabaran menghadapi Iblis satu itu. Geram.

***      ***     ***

Malam telah larut, Alea sudah tidur di kamarnya.

Mas Rival pun sudah berkutat dengan mimpinya.

Aku belum bisa tidur, asyik menyusuri ponsel, aku mengamati semua status w******p teman-temanku.

Luna memasang status tepat 2 menit yang lalu .

 'rempong banget ya tinggal sama mertua. Cerewet abisssssss !!! ' tulisnya.

Jariku pun gatal ingin mengomentari statusnya,

' makanya tinggal dirumah sendiri dong kalo gamau ribet '

Pesanku bercentang dua biru, Luna hanya membacanya.

Hingga 20 menit kemudian, statusnya sudah tidak ada. Dihapus mungkin.

Beralih ke F******k, terpampang status dari akun Maheswara baru 5 menit yang lalu.

'Mau tanya dong, aku tinggal sama mertua . Mertua ku cerewet banget, kayaknya ga suka gitu sama aku, belum lagi iparku yang suka usil, kepo dan ikut campur masalah rumah tanggaku.

 Menurut kalian gimana? Saran dong menghadapi ipar dan mertua yang menyebalkan? Komen ya'

Baru ada 2 komentar di statusnya.

'pindah aja Mbak,gampang' , komentar dari akun bernama LILIS AJHA.

'gausah diladenin Mba, sabar aja . Semangat! Smoga mereka cepet sadar dan dapat balesannya', komentar lainnya dari akun ARIN CHUBBY.

Kali ini aku ikut berkomentar, toh ya Luna gak tau kalo ini akunku.

Biar aku kerjai aja sekalian!

'lawan Mba kalo emang kamu bener, Jangan kasi kendor ! Eh tapi , apa jangan-jangan kamunya aja kali yang nyebelin?. Gaada asap kalo gaada api😁' . Aku ikut mengomentari statusnya.

Seenaknya fitnah keluargaku, aku tau banget kalo Ibuk sayang sama Luna . Bapak pun juga gapernah kasar atau ikut campur masalah Luna . Luna aja yang keterlaluan.

Belum ada balasan dari Luna, aku memutuskan untuk tidur.

***

Besok akan ada tasyakuran di rumah Bapak&Ibu untuk menyambut bulan Ramadhan 2 hari lagi.

Memang rutin setahun sekali Bapak&Ibu mengadakan acara seperti itu.

Sore ini kami sekeluarga akan menginap dirumah Ibu untuk membantu persiapan acara.

Mas Rival mengajak ke Swalayan terlebih dahulu membeli kue dan buah untuk oleh-oleh.

Aku menuntun Alea memasuki area Swalayan, sedangkan Mas Rival memarkir mobil.

"Bunda, eskrim ya" Alea meminta  eskrim di gerai A&M yang berada di dalam swalayan.

Aku mengantri pesanan Alea, setelah selesai Alea memakan eskrim dengan lahap.

Hendak keluar dari gerai, mataku menangkap sosok yang tak asing sedang membelakangiku.

Seorang wanita memakai span mini ,kaos ketat berwarna maroon dan heels berwarna hitam.

Tas yang digantungkan di kursi membuatku mematung.

Sangat kukenali, itu Luna.

Di hadapannya ada Frans, tetangga baru Chintya di komplek tempo hari .

Sayangnya ponselku ada di dalam mobil, aku jadi tidak bisa merekam kejadian ini.

Sedang apa mereka?

Benar dugaanku , kalau Luna dan Frans memang ada hubungan bahkan sebelum Luna menikah dengan Fathir.

Seperti yang kutemukan di F******k milik Maheswara.

Untuk apa mereka bertemu di tempat terbuka seperti ini? Berdua lagi!

Luna kelewatan, lihat aja . Akan aku adukan nanti ke Fathir.

Aku cepat-cepat meninggalkan gerai , takut ketahuan sedang memergoki mereka.

Mas Rival menatapku heran, aku terlihat seperti memikirkan sesuatu.

"Kenapa Yang? Kok gelisah?", Mas Rival menggenggam tanganku.

"Ndak kok, ayok buruan belanja. Takut kemalaman kasian Ibu sudah nunggu" aku mengalihkan perhatian Mas Rival, takut Mas Rival juga memergoki mereka.

Belum saatnya, aku akan mengumpulkan bukti terlebih dahulu sebelum mengepung Luna hingga tak bisa mengelak.

***

Sudah 2 jam aku dirumah Ibu, kulihat Luna belum juga pulang.

Iseng aku bertanya pada Fathir yang asyik memainkan ponsel.

"Luna kemana Thir? Kok daritadi ga kelihatan?"

"Pergi sama temennya Mba, lama ga ketemu katanya, jadi pergi makan bareng. Udah ijin Fathir kok"  masih asyik memainkan game domino di ponselnya.

"Ehmm temen cowo apa cewe nih? Kok kamu ga diajak?" Tanyaku menyelidik.

"Cewe lah Mba, ngapain aku ikut? Yang ada pada rempong deh, cewe-cewe kalo udah ketemu tuh pasti ghibah. Bikin pusing aja" Fathir tetap tak curiga dengan pertanyaanku.

"Yakin sama cewe nih? Kamu tau darimana kalo Luna sama cewe? Jangan terlalu di biarkan istri sering keluar tanpa suami. Haram lho! Pamali" aku mengingatkan.

"Yakin lah Mba, nih lihat", Fathir menunjukkan ponselnya.

Terlihat ruang obrolannya bersama Luna, Luna mengirimkan foto selfi bersama seorang wanita berhijab sedang tertawa bersama di rumah makan. Foto itu dikirim sekitar 3,5 jam yang lalu.

Luna memakai kaos maroon ,span mini dan tas mirip seperti yang kulihat di Swalayan tadi.

Bagaimana bisa?

Aku mendesah......

Rupanya Luna terlalu mahir.

Ahh ataukah aku yang suudzon?

Lagi-lagi mulutku terkunci.

Aku tak mempunyai bukti untuk menyangkal jawaban Fathir.

Fathir terlalu polos dibodoh-bodohi oleh Luna.

Aku tak kehabisan akal.

"Coba deh sekarang vicall , masa keluar berjam-jam ga ngabarin lagi suaminya sih?", Pancingku.

Fathir menghubungi Luna, terlihat berdering namun tak diangkat.

'Rasain kamu Lun, pasti kamu lagi gugup kan sekarang?', senangku dalam hati.

"Paling lagi ontheway pulang Mba, nyetir kan gaboleh hape an"

Astaga... Adikku sayang Adikku malang. Kenapa polos sekali sih. Hatinya sungguh putih, tak ada sekilas pun berburuk sangka dengan orang lain,apalagi ke sang istri.

"Coba aja lagi, khawatir kenapa-kenapa. Sapatau bannya kempes kek atau apa"

Hendak menghubungi kembali, terdengar deru mobil memasuki garasi. Luna pulang.

Fathir menatapku teduh.

Aku melengos.

Dewi fortuna rupanya sedang berpihak ke Luna saat ini.

Terlihat Luna datang membawa beberapa kantong belanja dan aneka kue.

"Eh ,Mba Ningsih. Daritadi Mba?", Ucapnya cengar-cengir.

"Hmmm. Darimana? Kelihatan seneng banget tuh muka?", Tembakku .

"Iya dong Mba. Habis shopping dong. Istri kan harus kelihatan paripurna di depan suami. Ya kan Mas?" Tatapannya beralih ke Fathir.

Fathir hanya tersenyum sambil mengacak rambut Luna gemas.

Pemandangan di depanku seketika membuatku mual.

"Ibuukkkkk, ini Luna beliin bolu kukus 5box sama kurma ajwa. Buat selingan cemilan acara besok. Luna juga beliin ibuk gamis lho! Nih lihat" Luna mengeluarkan semua isi kantong belanjanya .

Ibu mendekat , mengambil gamis dari tangan Luna .

"Makasih ya Nduk, semoga makin lancar rejekinya", aku bisa melihat pancaran mata Ibu bahagia.

Hatiku menghangat, rasa kesalku kepada Luna beberapa jam lalu seakan sirna, tersiram kebahagiaan Ibuk.

'Ada sisi baiknya juga ternyata Luna', aku sedikit menyesal sudah berburuk sangka terus ke Luna.

"Yaudah, aku mau mandi terus istirahat ya Buk. Pegel soalnya", Luna melengang memasuki kamarnya.

Ibuk hanya tersenyum.

***          ***             ***

Terimakasih banyak yang sudah merelakan koin untuk membaca cerita recehku ini, semoga Allah SWT melancarkan rejeki kalian semua & memudahkan segala urusannya. Semoga Allah SWT menggantinya dengan rejeki yang berlipat-lipat. Aamiin yarobbal aalaamiin.

 

 

Buat para pembaca , tinggalin jejak donggg , jangan lupa di subscribes yaaa karena gratis. Biar ada notif kalo update bab baru.

 

 

 

 

Jangan lupa baca cerita2 ku lainnya ya, kasih bintang lima nya. Dan ditunggu krisan nya. Biar aku makin semangat gitu ngarang ceritanya. Hehehe

 

 

Salam senja manise dari mamak othor ini😘😘😘😘😘

 

 

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status